Mohon tunggu...
Ivan Jayadi
Ivan Jayadi Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis Yang Aktif Berpartai Di PSI sebagai Sekretaris DPC Sukun

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kelanjutan Indonesia Reborn II (Meletakkan Dasar Indonesia Baru Dua Ratus Tahun Ke Depan)

4 Maret 2017   15:46 Diperbarui: 12 Maret 2017   18:00 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Al Quran merupakan Kitab yang telah Disempurnakan Allah. Di dalamnya begitu banyak hikmah dan ilmu, yang meliputi segala sesuatu untuk kepentingan umat manusia, terutama yang berkaitan dengan penegakan ahlakul karimah. Banyak Petunjuk Allah tentang segala sesuatu yang belum terkuak, yang perlu secara bertahap Dibukakan Allah pada manusia di dalamnya. Karena itu, daripada waktu dihabiskan menebar kebencian, menyuburkan permusuhan, dan memupuk kebanggaan diri semu, yang semua itu ahlak tercela dan berdosa, lebih baik digunakan untuk menikmati betapa Indah dan Agungnya Firman-firman Allah di dalamnya dan membuka rahasia Ilmu dan Hikmahnya, agar hidup tidak merugi dan lebih bermanfaat dan berarti. 

Tentu saja, untuk membuka Ilmu dan HikmahNya, orang harus senantiasa rendah hati dan tidak sombong, serta bersifat terbuka dan berpikir positif kepada apa saja dan siapa saja. Untuk melakukan itu semua, sesungguhnya seumur hidup anak manusia tidak akan cukup, sehingga tidak mungkin seorang Muslim sempat berbuat tercela, karena Ilmu dan Hikmah Allah yang bisa ditemukan lewat Petunjuk Allah di dalam Al Quran, bisa membuka Ilmu dan HikmahNya yang amat luas dan dalam, yang Dikatakan Allah, "Apabila seisi air dari tujuh samudera dijadikan tinta, kemudian ditambah tujuh kali yang serupa itu, tetap tidak akan cukup untuk menuliskan Ilmu dan HikmahNya.

Tetapi kalau dengan pedoman terjemahan dan tafsir Al Quran yang sekarang ini, tentu saja susah bahkan bisa jadi mustahil untuk mengajak orang ke arah itu, karena dengan berbagai kesalahan terjemahan dan tafsir yang sekarang, jika memaksakan diri membaca beserta isinya, orang malah bingung tidak karuan, karena terasa tidak singkron antara petunjuk penerjemah dan penafsir dengan isinya yang jauh lebih luas, pekat, dalam, dan amat kompleks. Namun, sampai saat ini, umumnya orang sudah malas membaca lebih lanjut. 

Kebanyakan orang Indonesia sudah terkenal sangat malas membaca. Karena itu kebanyakan orang hanya membaca kesimpulan penafsir dan penerjemahnya saja. Apalagi dengan adanya penambahan-penambahan dalam penyajiannya, membacanya jadi terasa sangat membosankan, tersendat-sendat, dan sangat membingungkan. Oleh sebab itu ada anggapan umum yang tidak terungkapkan, lebih enak jika membaca tulisan Arabnya, meskipun tidak mengerti isinya sama sekali. 

Apalagi jika membacanya dengan suara dan lagu yang merdu, fasih, dan lancar. Wah, bisa dipamerkan ke calon mertua atau ke orang kampung lewat pengeras suara. Makanya, hampir merata Umat Muslim negeri ini sudah buta isi Al Quran, gemar pula melakukan kebiasaan pamer yang merupakan salah satu bentuk syirik halus, yang merusak agama seseorang. Karena itu, agama Umat Muslim di negeri ini, rata-rata kacau-balau.

Apalagi, kebanyakan pengetahuan agama Umat Muslim di negeri ini, didapatkan bukan dari terjemahan Al Quran yang benar dan obyektif, tetapi dari tafsir para ulama'. Ya, pemahaman Umat Muslim di negeri ini lebih banyak dipenuhi oleh tafsir ulama' daripada memahaminya langsung dari Firman Allah yang bisa menyejukkan hati. Karena itu, sangat jarang pemahaman Umat Muslim di negeri ini yang tak bermuatan emosi dan maksud tertentu sesuai dengan subyektifitas ulama'nya. 

Bahayanya, kalau ulama'nya ulama' yang tak benar dan tidak lurus, suka menuruti nafsu dan bisikan iblis dan setan, tidak segan memanfaatkan kodam-kodam terutama kodam mahluk halus demi meraih keuntungan materi dan kemashuran. Karena itu sangat berbahaya, jika dalam pemahaman sampai bersandar pada para ulama' bukan pada Terjemahan Al Quran yang benar-benar murni dan asli tanpa pengurangan dan penambahan. Tetapi yang seperti itulah yang rata atau umum di negeri ini.

Kecenderungan itu sebenarnya sudah bisa ditangkap dari nama kitab sucinya, yaitu Tafsir dan Terjemahan Al Quran, bukan Terjemahan dan Tafsir Al Quran. Dari nama itu saja sudah bisa ditangkap tafsir ulama' yang didahulukan, bukan Firman Allah. Celakanya, terjemahannya saja sudah banyak yang salah dan tak tepat, apalagi tafsirnya? Maka dari itu, Agama Muslim yang sesungguhnya telah Dibuat Allah mudah, malah menjadi rumit dan berbelit-belit, bahkan susah sekali ditangkap intinya. Kalau orang memaksakan menelusuri Ilmu dan Hikmahnya dengan sesuatu yang sudah mengandung kesalahan dan kacau-balau, maka bisa tersesat ke mana-mana. 

Terlebih lagi, budaya berpikir secara rasional dan menggunakan akal sehat di negeri ini masih cenderung amat kurang, sehingga kebanyakan orang terjebak pada mistik dan tahayul atau talk tahan dan jadi ikut menyimpang seperti orang barat yang merendahkan nilai agama dan tak percaya pada sedikit pengetahuan tentang yang gaib.

Maka dari itu, corak keagamaan di negeri ini kebanyakan didominasi oleh dua ekstrem itu. Kalau tidak terlalu berbau mistik tradisional, pasti kebarat-baratan. Keduanya bukan merupakan pemahaman Muslim yang benar, karena Agama Muslim merupakan jalan tengah yang sangat netral dan bisa menampung. Namun, Agama Muslim sangat selektif sesuai dengan Petunjuk Al Quran, juga tidak boleh sampai berlebihan, karena berlebihan adalah perbuatan setan. Oleh sebab itulah, sesungguhnya kalau Umat Muslim benar pemahaman Al Qurannya, maka antara Umat Muslim dan Indonesia bisa diibaratkan seperti Krishna dan para Pandawa: "Klop seperti gula ketemu kopi".

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun