Sebuah prosesi yang sangat langka terjadi di tengah carut-marutnya kebobrokan birokrasi di tanah air. Namun tidak untuk di Jogja. Ahmad Fadli adalah jawaban bahwa masih ada sosok sosok pejabat yang sangat dicintai warga yang dilayaninya. Linangan airmata seribuan pedagang dari 33 pasar tradisional di Kota Yogyakarta menjadi bukti nyata.
Kamis siang 26 April 2012, dibawah langit mendung Kota Yogyakarta rintikan hujan berbaur dengan tangisan para pedagang Pasar Tradisional se-Kota Yogyakarta. Mereka berjalan berarakan menuju Balaikota Yogyakarta. Mereka bermaksud mengantar mantan Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Ahmad Fadli ke tempat tugasnya yang baru sebagai Asisten 1 bidang Pemerintahan Sekda Kota Yogyakarta. Sejak 3 hari lalu (selasa 24/4) Ahmad Fadli dipindahtugaskan oleh Walikota Jogja Haryadi Suyuti.
[caption id="attachment_177313" align="alignnone" width="500" caption="Becak hias disiapkan untuk menjemput Ahmad Fadli. foto:Hageng2012"][/caption]
[caption id="attachment_177315" align="alignnone" width="500" caption="Ahmad fadli dinaikkan becak oleh para pedagang pasar tradisional. foto:Hageng2012"]
Selain menempatkan Fadli sebagai ’cucuk lampah’ dalam rombongan itu. Mereka juga berkonvoi membawa berbagai macam jajanan tradisional, puluhan tumpeng, buah-buahan dan bermacam dagangan khas Pasar Tradisional. Arak-arakan yang sangat meriah dengan iringan musik akustik yang berasal dari bunyi-bunyian angklung yang digabung dengan berbagai benda yang menghasilkan suara cukup merdu. Kelompok musik ini seringkali manggung di jalanan sekitar Malioboro. Tak hanya para pengurus komunitas pedagang pasar tradisional namun juga ibu-ibu buruh gendong turut serta dalam rombongan itu.
[caption id="attachment_177311" align="alignnone" width="500" caption="Kedatangan seribuan pedagang yg dimeriahkan dengan tetabuhan musik akustik. foto:hageng 2012"]
Kedatangan mereka disambut oleh Walikota Haryadi Suyuti beserta Sekda baru Ibu Titik Sulastri beserta Kepala Dinas Pengelolaan Pasar yang baru Bp. Suyono. Mereka disambut hangat dengan duduk lesehan di Pendopo Balaikota. Acara seserahan pun dilakukan, saya menggambarkan hal itu seperti terjadi pada seserahan calon pengantin. Meski dengan berat hati, Ahmad Fadli diserahkan oleh para pedagang kepada Walikota untuk mengemban amanah lain.
[caption id="attachment_177316" align="alignnone" width="500" caption="Para pedagang pasar membawa "]
Walikota Jogja Haryadi Suyuti menyambut baik hal ini. Ia berterimakasih kepada semua pedagang pasar tradisional atas kekompakan mereka selama ini membuat pasar tradisional di Jogja semakin tertata. Ia berharap kepada seluruh pedagang untuk selalu jujur dan pantang menyerah. Pasar tradisional tidak akan kalah bersaing dengan pasar modern jika semua pedagang berprinsip pasare resik atine becik rejekine apik.
[caption id="attachment_177319" align="alignnone" width="500" caption="Walikota Jogja Haryadi (bercaping) menyambut kedatangan para pedagang pasar. foto:Hageng2012"]
Ahmad Fadli, pria berkulit legam asal Madura yang telah 5 tahun mengemban amanah sebagai ’Bapaknya’ para pedagang pasar tradisional itu dikenal sangat santun. Selain sebagai PNS ia juga memimpin sebuah pesantren di lingkungan tempat tinggalnya. Tak heran kalau ia adalah pribadi yang sangat religius. Fadli pintar menyelami dan berbaur dengan berbagai karakter pedagang pasar. Ia hadir untuk mengayomi, melindungi, membimbing, dan memberikan sesuatu yang nyata. Bersama Ahmad Fadli dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pasar tradisional di kota Yogyakarta banyak meraih penghargaan. Pasar Lempuyangan dan Pasar Beringharjo tercatat pernah meraih penghargaan tingkat nasional dalam penilaian Adipura. Dalam sekian kali relokasi pedagang pasar pun berlangsung tanpa pernah ada gejolak. Pasar Klithikan Pakuncen dan Pasar ’PASTHY’ menjadi contoh nyata bagaimana berkumandangnya pasar tradisional di Jogja.
[caption id="attachment_177321" align="alignnone" width="500" caption="Ahmad Fadli ditengah aplaus para pedagang pasar ketika menyampaikan sambutannya. foto:Hageng2012"]
Apa kata Fadli pada kesempatan itu :
Saya bahagia sekaligus hati saya tenang karena Bapak Ibu pedagang semua akan terus senantiasa bergerak maju. Semangat untuk memajukan pasar tradisional tidak pernah surut. Saya menangis karena saya mencintai Bapak Ibu semua, sulit rasanya harus terpisah setelah setiap waktu kita bersama. Di pagi subuh, siang, sore dan malam kita bersama-sama memajukan pasar tradisional.
Semuanya nanti akan diteruskan oleh Pak Suyono. Saya harap kekompakan antara dinas dan pedagang akan terus dijaga. Saya yakin pasar tradisional ora bakal ilang kumandange. Maju terus wujudkan cita-cita bersama. Pasare resik atine becik rejekine apik, semua rejeki yang halalan dan toyyiban akan datang dari Allah Swt.
Saya mohon ijin pamit untuk berkarya di Balaikota mendampingi bapak Walikota. Saya doakan pasar tradisional akan terus bertambah maju. Saya juga ingin tali silaturahmi kita takan terputus. Terimakasih kepada semua pedagang, terimakasih kepada semua pengurus paguyuban, terimaksih saya telah diantar sampai disini. Semoga Allah Swt membalas kebaikan bapak ibu semua.
Prosesi itu diakhiri dengan doa bersama, mereka terus berharap agar dapat mengais rejeki halal di pasar tradisional.
Salam Jogja Istimewa