Mohon tunggu...
ISJET @iskandarjet
ISJET @iskandarjet Mohon Tunggu... Administrasi - Storyteller

Follow @iskandarjet on all social media platform. Learn how to write at www.iskandarjet.com. #katajet. #ayonulis. Anak Betawi. Alumni @PMGontor, @uinjkt dan @StateIVLP. Penjelajah kota-kota dunia: Makkah, Madinah, Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Putrajaya, Washington DC, Alexandria (VA), New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco, Phuket, Singapore, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Dubai, Bangkok.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Film Negeri 5 Menara, Nostalgia Masa Sekolah

1 Maret 2012   18:42 Diperbarui: 10 April 2016   01:34 2741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_164095" align="aligncenter" width="640" caption="Berpose bersama keenam pemeran Sohibul Menara di XXI Cineplex Gandaria City (JET)"][/caption]

Hari ini, film Negeri 5 Menara diputar di bioskop. Saya sudah dua kali menikmati film tersebut. Kali pertama tanggal 17 Februari 2012 di bioskop Blitz Megaplex Pacific Place, bersama 20 Kompasianer atas undangan iB Perbankan Syariah-sponsor utama film. Lalu kali kedua saat premiere (pemutaran perdana) film di bioskop XXI Cineplex Gandaria City,  25 Februari 2012, juga atas undangan iB Perbankan Syariah.

Dari dua kali nonton itu, saya merasakan nostalgia secara visual di depan layar lebar. Setiap kali melihat menara Gontor, saya teringat kembali masa-masa SMA di sana. Teringat kantin di samping menara yang sering saya singgahi di sore hari untuk makan mie atau gorengan. Teringat saat bagian pengasuhan santri menghukum saya di dekat menara karena tidak ikut shalat Subuh berjamaah di masjid.

Maka kalau ada yang bertanya, "Film Negeri 5 Menara, bagus gak?" Saya selalu kesulitan untuk menjawabnya. Karena, sebagai orang yang pernah belajar selama lima tahun di sana, yang saya lihat di film itu ya diri saya dan teman-teman sekolah dulu. Ini mirip dengan apa yang pernah diwanti-wanti oleh Ahmad Fuadi, penulis novel Negeri 5 Menara dan alumnus Gontor yang lulusnya jauh tahun sebelum saya jadi santri Pondok Modern Darussalam.

Kalau saya dipaksa menjawab, sudah pasti saya jawab, bagus!. Tapi kalau membandingkan dengan bukunya, memang terasa ada sedikit perbedaan. Sang sutradara Affandi Abdul Rachman, saat mempromosikan filmnya di acara Kompasianival 2011, sudah menegaskan bahwa film garapannya itu merupakan versi lain dari novel yang dikarang oleh Fuadi. Sehingga kedua karya seni itu memang tidak bisa dibandingkan bulat-bulat.

Bertemu Kiai

Bobot nostalgia bertambah besar karena di acara preview film bersama Kompasianer, saya bertemu dengan kiai saya, KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA (begitu dulu saya selalu menulis namanya di berita-berita yang saya tulis di koran dinding "Darussalam Post" di Gontor), yang sengaja diundang oleh Fuadi ke Jakarta untuk ikut menyaksikan film tersebut. Saya juga bertemu dengan Ust Anang Ismail, wali kelas saya di kelas empat Gontor (1 SMA). Begitu bertemu dengan mereka dan teman-teman alumni lainnya, saya bersyukur tidak jadi menghadiri acara preview perdana film, seminggu sebelumnya. Waktu itu, Ahmad Fuadi mengundang saya langsung untuk bisa hadir di acara yang dihadiri oleh banyak menteri. Tapi sayang (atau untungnya) saya berhalangan hadir.

[caption id="attachment_164096" align="aligncenter" width="640" caption="Ki-ka: Ust Anang Ismail, saya, Ahmad Fuadi dan Kiai Syukri (JET)"]

13306019751057702848
13306019751057702848
[/caption]

Kiai Syukri dan Ust Anang adalah panutan saya. Pak Kiai adalah sosok pemimpin yang selalu menanamkan jiwa kepemimpinan ke anak-anak didiknya. Dia juga tidak pernah berhenti bekerja dan mengabdi untuk pondok dan santri-santrinya. Saat saya dan Fuadi bertanya apa kiat dia selalu tampil bugar dan tetap kuat keliling Indonesia sampai sekarang? Jawabnya singkat, olahraga setiap pagi.

Jawaban singkat juga dia berikan saat saya meminta komentarnya terhadap film Negeri 5 Menara: "Bagus. Bagus!"

Sedangkan Ust Anang adalah sosok guru yang istiqomah, pekerja keras dan paling rendah hati yang selama menjadi wali kelas selalu siap menjawab pertanyaan anak didiknya yang kurang paham terhadap satu pelajar. Kapan pun dan di mana pun kami mencegatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun