Mohon tunggu...
Politik

Pendukung Ahok-Djarot Kebakaran Jenggot

15 Maret 2017   20:13 Diperbarui: 15 Maret 2017   20:31 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini bukan lucu-lucuan, tapi sekedar bertanya, memangnya pendukung Ahok ada yang berjenggot? Bukankah pendukung berjenggot sering dinegasikan dengan pendukung Anies-Sandi, lalu secara agakmiring diklaim sebagai orang radikal dan intoleran versi mereka? Lalu jenggot yang mana yang kebakaran? Tapi bolehlah, anggap saja jenggot yang ada diketiak mereka (rupanya ketiak mereka berjenggot, toh, tapi disembunyikan! Hmmm).

Ini sebenarnya sebuah analogi sederhana, bagaimana para pendukung Ahok sedang (merasa) kebakaran jenggot sehingga kalap lalu menyerang secara serampangan, dan lucunya, sekarang mulai berpindah peran menjadi korban yang terdholimi. Aneh, kan? Apa mereka belajar pada SBY, yang dulu habis-habisan “dihinakan” oleh mereka? Kasian.

Serangan mereka yang bertubi-tubi, akhir-akhir ini kepada Anies-Sandi, adalah representasi dari kebakaran jenggot yang secara sadar disembunyikan oleh mereka. Anies dilaporkan atas kasus korupsi, sementara Sandi disangkut-pautkan dengan dua kasus yang kini dilaporkan ke Kepolisian. Anies-Sandi diserang dengan isu agama yang (katanya sering) dimainkan, sementara mereka menikmati itu untuk terus dimainkan. “Ngalap berka”, istilahnya. Anies-Sandi katanya mendukung radikalisme, teroris, dan yang terakhir, Anies dikatakan ingin membawa suasana orde baru.

Anies diserang dengan programnya yang penuh dengan khayalan, tanpa mereka sadari bahwa program yang mereka serang adalah program yang sebenarnya mereka takutkan. Anies diserang dengan intimidasi untuk membongkar affairyang dilakukannya dengan mahasiswinya, lalu ada juga yang menyerang dengan isu nikah sirri. Anies juga dipertanyakan karena statusnya yang belum haji. Miris memang, tapi begitulah. Sementara Sandi juga dihajar karena salah satu anak perusahaannya yang terlibat dalam perusahaan Aetra dikatakan begitu meyengsarakan, tanpa disadari, bahwa penentu harga air itu sudah melalui pergub 2007.

Anehnya, #OKOCE dan #OKOTrip yang kemarin “dihinakan” sedemikian rupa, sepertinya “dikloning” oleh mereka. Mereka yang biasanya kreatif untuk membuat komentar yang sadis dan sarkas, akhir-akhir ini terlihat kelimpungan. Aneh, memang. Tapi itulah perkembangan yang terjadi. Apakah ini akan sesuai dengan diktum yang sering dikatakan oleh banyak orang, bahwa calon petahana yang mulai meniru cara yang dilakukan penantangnya, biasanya akan kalah. Iyakah? Sepertinya akan menjadi iya dan nyata.

Sekarang, pendukung Ahok yang biasanya cadas dan sadis di dunia maya, mulai memainkan playing victim.Memainkan peran, seakan-akan sebagai pihak terdholimi. Kita tidak bisa melihat kaitan secara khusus teori yang dipakai ini dengan pola yang sering dilakukan oleh SBY, yang dari awal mendapatkan serangan dan “tamparan” luar biasa oleh tim media Ahok di dunia maya. Rupanya, mereka sekarang mempergunakan cara seperti itu juga. Padahal, sampai sejauh ini, banyak pendukung AHY, yang berpindah ke kubu Anies-Sandi, bukan ke Ahok-Djarot.

Memainkan peran terdholimi seperti apa? Lihat saja statementmereka ketika berkata (yang intinya), “kasihan para pendukung Ahok, jenazah mereka ditolak karena mendukung Ahok. Mereka juga ada yang dikeroyok. Mereka diacuhkan di tengah komunitasnya. Hidup sudah seperti pada masa Orba”. Duh, apa yang bisa dimaknai dari kalimat ini kecuali sebagai ungkapan terdholimi dan tersakiti? Mereka minta dikasihani, karena mereka sadar, apapun yang mereka lakukan, berhenti pada satu kalimat yang tidak bisa mereka bantah, bahwa “calonmu sedang terdakwa kasus penistaan agama, dan terbukti berhasil memecah belah persatuan umat”.

Anggap saja tulisan ini berlebihan, tapi diakui atau tidak, cara-cara norak yang sedang mereka upayakan, adalah representasi dari kebakaran jenggot yang sesungguhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun