Mohon tunggu...
Irwan Sutisna
Irwan Sutisna Mohon Tunggu... Lainnya - Economic Statistician

Badan Pusat Statistik | Universite Paris 1 Sorbonne | Contact Me : irwan@bps.go.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Agnez Mo, Cinta Laura & Lunturnya Pesona "The American Dream"

17 Oktober 2017   02:15 Diperbarui: 17 Oktober 2017   03:07 3325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agnez Mo, penyanyi asal Indonesia yang sedang merintis karir di Amerika Serikat, beberapa waktu yang lalu meluncurkan single terbaru bertajuk "Long As I Get Paid". Sudah beberapa tahun belakangan ini Agnez 'hijrah' ke Negeri Paman Trump tersebut. Dia memutuskan bolak-balik Jakarta-Los Angeles demi meniti karir di negara itu. Tak berbeda jauh dengan Agnez, aktris muda berdarah Indonesia-Jerman, Cinta Laura Khiel, juga sedang berjuang menaklukan Hollywood. Walaupun sudah membintangi beberapa film Hollywood namun tampaknya dara cantik lulusan Columbia University ini masih harus kerja keras agar namanya benar-benar berkibar di kiblat film dunia tersebut.

Jauh sebelum Agnez dan Cinta, ada jutaan penduduk dunia telah hijrah menuju Amerika Serikat untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik. Sejak diberlakukannya kebijakan liberalisasi imigrasi tahun 1965, jumlah imigrasi generasi pertama yang menetap di Amerika Serikat telah bertambah menjadi empat kali lipat, dari yang awalnya berjumlah 9,6 juta jiwa pada tahun 1970 melonjak menjadi 38 juta jiwa pada tahun 2007. Mayoritas dari para imigran tersebut berasal dari Meksiko, India dan Filipina (Wikipedia). Amerika Serikat adalah negara telah menerima penduduk legal sebagai permanen resident lebih banyak daripada negara mana pun di dunia. Bahkan imigrasi telah menjadi sumber pertumbuhan penduduk Amerika yang paling besar.

Banyaknya orang yang berbondong-bondong menuju Amerika Serikat tidak lepas dari harapan dan keyakinan mereka tentang kehidupan yang lebih baik di negeri impiannya, "American Dream". American Dream, atau "mimpi orang Amerika" pertama kali diperkenalkan oleh James T. Adams pada tahun 1931. American Dream adalah sebuah kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amrika Serikat dimana mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu mereka percaya di Amerika-lah impian dan kebahagiaan hidup mereka akan terwujud.

Masihkah berharap pada "The American Dream"

Setiap imigran yang berpindah dari suatu negara ke negara lain tentunya memiliki alasan masing masing. Ada yang hijrah demi melebarkan karir, popularitas, kekayaan atau mencari kehidupan yang lebih aman dan nyaman. Pada intinya mereka semua itu hijrah demi memperoleh kebahagiaan dalam hidup. Tapi apakah Amerika Serikat masih bisa diharapkan untuk bisa memberikan kebahagiaan hidup?

Dalam rangka memperingati Hari Kebahagiaan Internasional, PBB mengeluarkan World Happiness Report yang mengukur tingkat kebahagiaan rakyat dari sebuah negara. Dalam laopran tersebut terdapat pula rangking negara-negara yang rakyatnya paling bahagia. Lalu siapakah negara paling bahagia di dunia? Apakah Amerika Serikat dengan "American Dream" nya? Atau jangan-jangan Indonesia? 

Dalam laporan tersebut tercatat 5 besar negara paling bahagia di dunia ini didominasi oleh negara-negara di Scandinavia. Dari 155 negara peringkat paling atas sebagai negara paling bahagia adalah Norwegia disusul Denmark dan Islandia. Sedangkan Swedia berada diperingkat 10. Lalu dimanakah Amerika Serikat? Ternyata berada di posisi ke 14. Mengapa negara Skandinavia mendominasi peringkat negara paling bahagia?

Sistem Kesehatan yang sangat baik

Negara-negara Skandinavia memiliki sistem jaminan kesehatan yang sangat baik. Pemerintahnya, dari pemerintah pusat sampai dengan pemerintah local, bekerja sama membangun sistem kesehatan nasional yang terpadu dengan alokasi anggaran yang tidak sedikit. Swedia contohnya, pada tahun 2015 mengalokasikan 11.9% Pendapatan Domestik Bruto-nya untuk jaminan kesehatan. Angka ini adalah yang terbesar di Eropa (Wikipedia).

Salah satu indikator yang ampuh digunakan untuk melihat seberapa baik kualitas kesehatan adalah Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate). Angka kematian bayi di Amerika Serikat sebesar 6.06 kematian dari 1000 kelahiran. Sedangkan di negara-negara Skandinavia untuk 1000 kelahiran diperkirakan hanya 2.74 kematian di Swedia, 4.24 kematian di Denmark dan 3.52 kematian di Norwegia. Sebagaimana bisa dilihat pada grafik 1, dibanding 5 negara maju di dunia lainnya; Prancis, Irlandia, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat, Swedia memiliki angka kematian bayi paling kecil.

 

untitled-59e505eef3d9e57e7a2ca9b2.jpg
untitled-59e505eef3d9e57e7a2ca9b2.jpg
Grafik 1 : Perkembangan Angka Kematian Bayi Negara OECD

Selain itu penduduk di negara-negara Skandinavia juga memiliki rata-rata harapan hidup yang semakin lama seiring dengan semakin baiknya kualitas hidup di negara-negara tersebut. Perkiraan rata-rata angka harapan hidup penduduk di Norwegia sebesar 80,2 tahun, di Denmark 78,63 tahun dan di Swedia 81.8 tahun. Sedangkan di AS sendiri rata-rata angka harapan hidup penduduknya sebesar 78,37 tahun.

Negara-negara Skandinavia juga memiliki kualitas kesehatan terbaik di dunia. Hampir semua pengobatan di negara-negara ini gratis karena dibiayai oleh pajak. Pajak dinegara ini cukup tinggi memang. Namun hal itu bukanlah hal sia-sia karena pengobatan disini sangat membuat rakyatnya bahagia. Misalnya selain mendapatkan sekotak peralatan bayi berisi perlengkapan bayi, pakaian dan mainan, pemerintah Swedia juga memberikan tunjangan sebesar 1.125 Kronor (atau 1,5 juta rupiah) bagi warganya yang melahirkan anak. Ini nih yang namanya, banyak anak banyak rezeki.

Sistem Pendidikan Terbaik

Pendidikan adalah salah satu aspek paling penting yang harus jadi pertimbangan terutama guna mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas. Dua puluh lima tahun yang lalu, ketika banyak sekolah di dunia masih mempersiapkan siswanya untuk menghadapi abad 20, negara-negara Skandinavia pada saat yang sama sedang menyusun kembali kurikulum mereka agar siswanya lebih kreatif, kolaboratif dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik yang saat ini disebut dengan kemampuan abad 21.

Pendidikan di negara Skandinavia, bahkan untuk jenjang universitas, dibiayai oleh negara. Pendidikan yang baik tidak hanya dapat dijangkau oleh orang-orang kaya saja tapi oleh semua orang dari berbagai kalangan. Bahkan untuk seorang anak yang berasal dari keluarga tidak mampu sekalipun mudah baginya untuk menjadi professor karena pendidikan di negara ini gratis. Hal ini tentunya sulit (atau bahkan tidak mungkin) kita temukan di Amerika Serikat. Apalagi kita tahu kalau Amrika Serikat terkenal dengan pendidikannya yang mahal. Dimana rata-rata pengeluaran untuk biaya pendidikan disana sekitar USD 30.000,- atau sekitar Rp. 390 juta per tahun (kurs Rp. 13.000 per 1 USD).

Perkonomian yang stabil dan sejahtera

Di negara-negara Skandinavia, tidak ada yang namanya bekerja sampai larut malam apalagi pada akhir pekan. Negara-negara Skandinavia juga termasuk negara yang memiliki jumlah jam kerja paling sedikit di dunia, rata-rata seminggu hanya sekitar 34 jam saja. Belum lagi disela-sela jam kerja terdapat istirahat 15 menit sebanyak 2 kali yang bisa dipakai untuk ngopi atau ngobrol bersama teman. Namun hal ini tidak mengurangi tingkat produktivitas negara tersebut, justru pekerjaan menjadi semakin efisien. Sedangkan di Denmark, mereka memiliki habit ketat terhadap waktu pribadi, sehingga ogah melakukan pertemuan saat sarapan dan sekadar minum setelah bekerja. Waktunya pulang untuk diri sendiri atau keluarga, ya sudah, nggak boleh diotak-atik. Sehingga terjadi keseimbangan antara pekerjaan dengan kehidupan sosial dan keluarga.

Walapaupun terlihat 'santai' namun kesejahteraan masyarakat di negara Skandinavia tetap terjamin. Rata-rata pendapatan rakyatnya sebagaimana tercermin pada tingginya GDP per capita dari masing-masing negara Skandinavia. Demark memiliki GDP perkapita sebesar USD 56.210,23, lebih tinggi dari Amerika Serikat yang memiliki GDP sebesar USD 49.965,27. Begitu pula dengan Swedia yang memiliki GDP sebesar USD 55.244,65. Bahkan GDP Norwegia angkanya hampir dua kali lipat DGP Amerika Serikat yaitu USD 99.557,73.


Dan terakhir adalah alam yang Indah dan kehidupan yang nyaman

Terakhir yang membuat negara-negara Skandinavia begitu membahagiakan adalah alamnya yang indah dan terjaga. Pegunungan yang asri, air sungai yang jernih dan udara yang segar menjadi daya tarik sendiri. Negara-negara Skandinavia merupakan negara dengan Emisi Karbon Dioksida terkecil di dunia, bahkan Swedia hanya sebesar 5,44 tCO2 sedangkan Amerika Serikat mencapai 18,86 tCO2. Begitu juga dengan nilai (indeks) kualitas udara dan air, negara-negara ini unggul jauh dari Amerika Serikat dimana Norwegia dan Swedia mendapat nilai masing-masing 90,91 dan 90,79 untuk indeks kualitas air sedangkan Amerika Serikat sebesar 54,13.

3-indikator-keamanan-59e50835a01dff579e72f972.jpg
3-indikator-keamanan-59e50835a01dff579e72f972.jpg
 Tabel 1 : Indikator Kemanan Sosial

Aspek lain yang membuat negara-negara Skandinavia layak dihuni adalah faktor keamanan dan kenyamanan. Tingkat Kriminalitas Amerika Serikat hampir dua kali lebih besar dibanding negara Denmark dan Norwegia (lihat tabel 1). Begitu pula dengan Tingkat Pembunuhan, dimana tingkat pembunuhan di Amerika Serikat hampir 5 kali lipat atau lebih besar dari negara-negara Skandinavia.  Sedangkan untuk kepemilikan senjata, Amerika Serikat merupakan negara kedua terbanyak yang rakyatnya memiliki senjata. Adapun negara-negara Skandinavia rata-rata nilainya hampir sepertiganya bahkan kurang dari itu. Tampaknya pesona "The American Dream" kian lama kian memudar atau paling tidak kini "The American Dream" kini bisa dibaca dengan menggunakan aksen Skandinavia "Den Amerikanska Drommen" atau diganti menjadi "The Scandinavian Dream"!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun