Patung besar di tempat paling tinggi menjadi tujuan utama pengunjung untuk berfoto, sekalian menikmati pemandangan Penang dari atas. Saya teringat dengan Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali yang juga punya patung raksasa.Â
Kek Lok Si dari bawah tidak terlihat istimewa. Kalau tidak ada fasilitas lift, kami tidak tertarik untuk naik. Jika di Genting Highland, objek wisata yang  juga jadi tempat judi terkenal di Malaysia, ada cable car, di sini ada lift besar berdinding kaca yang bergerak miring menanjak. Kemudian bersambung naik golf car, dan terakhir naik lift lagi, baru sampai di puncak.
Tanah berbukit dan medan yang sulit, ternyata dengan fasilitas transportasi modern punya nilai jual tinggi. Coba kalau Lembah Harau di kampung saya, Payakumbuh, Sumbar, punya lift seperti itu, akan lebih dahsyat.
Dari tempat penjualan tiket dan berlanjut ke jalur naik kereta kabel Penang Hill Railway, antrean telah mengular panjang. Padahal saya sengaja memilih berkunjung di hari Senin, dengan harapan tidak parah antrenya. Butuh waktu 50 menit baru kami dapat naik kereta yang menanjak tajam sejauh 2 km selama sekitar 5 menit untuk sampai di puncak.
Bukit Bendera mengingatkan saya pada The Peak di Hongkong, karena dari ketinggian Penang terlihat dipenuhi gedung jangkung dengan laut sebagai latar belakang.Â
Yang istimewa terlihat jelas ada dua jembatan panjang yang menghubungkan Penang dengan Semenanjung Malaysia, yang masing-masingnya jauh lebih panjang ketimbang Jembatan Suramadu.
Tapi keindahan Penang jika bukan dilihat dari atas, masih kalah dari Surabaya, atau juga dari kota lain di Malaysia seperti Kuching dan Melaka. Ironisnya, sebagai pulau kecil, wisata pantai bukan menjadi destinasi wisata utama. Di Georgetown yang merupakan daerah pelabuhan, malah sibuk dengan proyek reklamasi.Â
Perlu diketahui, etnis Melayu tidak begitu banyak terlihat di Penang. 70 persen penduduknya merupakan keturunan Tionghoa. Setelah itu baru keturunan India dan Melayu.Â
Jangan heran bila wisatawan muslim tidak begitu gampang menemukan masjid. Kebetulan kami beruntung menemukan surau (mushala) di halaman apartemen kelas bawah dekat tempat kami makan siang. Rata-rata penghuni apartemen tersebut warga muslim keturunan India.