Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sofosbuvir, Harapan Baru yang Ditunggu-tunggu Pasien Hepatitis

29 Juli 2016   13:28 Diperbarui: 10 Januari 2017   13:35 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menandai peringatan hari Hepatitis sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Juli, isu mengenai ketersediaan Sofosbuvir di Indonesia menjadi fokus permintaan khusus para pasien Hepatitis C di Indonesia. Bagi para pasien penderita hepatitis maupun para aktivis mungkin sudah sering mendengar munculnya obat baru untuk pengobatan Hepatitis C ini. Karena di tahun 2013, obat ini baru saja mendapat persetujuan dari United States Food and Drug Administration (US FDA), namun distribusinya masih belum beredar luas.

Sofosbuvir merupakan obat hepatitis pertama golongan Polymerase Inhibitor HCV, yang bekerja dengan menghambat enzim Polymerase sehingga proses replikasi HCV (Hepatitis C Virus) terhambat. Obat ini diklaim memiliki efektifitas hingga 90% lebih, dalam mengobati hepatitis dengan efek samping yang lebih minimal dibandingkan pendahulunya, Pegylated Interferon, meskipun sama-sama dikombinasikan dengan Ribavirin (RBV). Bahkan harganya pun lebih murah dibandingkan Interferon.

Sofosbuvir tersedia dalam bentuk obat oral (penggunaan melalui mulut) berupa tablet dengan dosis 400 mg sekali sehari. Namun lama penggunaannya yang dikombinasi dengan Ribavirin, tergantung jenis HCV yang menginfeksi. Untuk HCV Type 1 & 4, kombinasi Sofosbuvir dan RBV ditambah Interferon digunakan selama 12 minggu. Sedangkan untuk HCV Type 2 kombinasi Sofosbuvir dan RBV digunakan selama 12 minggu. Dan HCV Type 3, kombinasi kedua obat ini digunakan selama 24 minggu. Efek samping yang ditimbulkan pun lebih ringan, seperti sakit kepala, mual, insomnia, ruam, diare, anemia dan sebagainya.

Dengan adanya obat ini, tentu memberikan harapan sembuh lebih besar bagi para penderita Hepatitis C. Namun obat ini masih tergolong mahal dan belum banyak tersedia di Indonesia karena obat ini belum di-cover Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sofosbuvir sendiri masih dalam proses kajian di Badan POM, sehingga pasien hepatitis di Indonesia masih kesulitan mendapatkannya. Beberapa pasien bahkan sampai harus ke luar negeri seperti India and Amerika Serikat untuk mendapatkan obat tersebut.

Harapan ke depannya, semoga obat ini bisa segera tersedia di Indonesia dan di-cover dalam JKN. Ada sekitar 7 juta penderita Hepatitis C di Indonesia yang membutuhkan pengobatan, sebelum akhirnya berkembang menjadi kanker dan sirosis (pengerasan hati) yang berujung pada kematian. Dan pastinya sebagian besar para penderita ini memiliki kemampuan ekonomi yang terbatas. Harga puluhan juta untuk membeli obat ini tentunya akan sangat membebani mereka. Semoga Kementerian Kesehatan dan Badan POM bisa segera mempercepat pengadaan Sofosbuvir di Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun