Mohon tunggu...
Deni imo
Deni imo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persatuan dan Kesatuan di Bibir Jurang

14 Juni 2017   09:48 Diperbarui: 14 Juni 2017   09:55 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu belakangan ini kita telah menjadi bangsa yang terkotak-kotak dan terbawa arus kepentingan partai pendukung dalam Pilkada Jakarta. Salah satu bukti nyata adalah ketika Ahok dijatuhi vonis dua tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat para pendukung Ahok melakukan demo hingga malam hari.

Pendukung Ahok mengklaim dirinya sebagai warga yang kebhinekaan, sementara kelompok muslim dianggap anti kebhinekaan. Hal inilah yang membuat persatuan dan kesatuan berada dibibir perpecahan. Dengan adanya kondisi tersebut berbagai pihak mengambil langkah untuk mempersatukan kembali warga yang beda kepentingan.

Melihat kondisi bangsa sekarang ini membuat Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo melontarkan pernyataan bahwa TNI wajib menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan dan menjaga persatuan Indonesia.  Artinya TNI tidak boleh tersekat-sekat dalam ras, suku, agama dan golongan. TNI adalah satu, yakni Tentara Nasional Indonesia, yang bisa berdiri tegak di atas semua golongan.

Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia serta perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan oleh segenap bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, berbagai daerah, berbagai agama, berbagai golongan dengan mewujudkan cita-cita tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

 Bangsa Indonesia memiliki sejarah yang panjang dalam masa pemerintahan kolonial Belanda atau penjajahan. Kondisi ini telah melahirkan cita-cita akan masa depan yang sama, dan merasa memiliki perasaan senasib untuk bebas dari cengkraman bangsa penjajah. Perasaan senasib sepenanggungan ketika sama-sama hidup di alam penjajahan menjadikan mereka bersatu padu bangkit berjuang melawan penjajah tanpa memandang latar belakang suku, agama dan asal-usul etnis maupun bahasanya. Bersyukurlah bahwa kita memiliki institusi TNI yang mampu menjadi perekat dan merangkul semua golongan yang ada.   

Atas dasar itu maka merajut keragaman dengan baik adalah jawaban untuk mengurangi potensi perpecahan. Proses demokrasi terutama saat-saat Pilkada kemarin tak jarang menimbulkan konflik yang jauh dari cita-cita demokrasi.

Oleh karena itu demi menjaga Kebhinekaan tetap utuh kita harus mampu mengeliminasi potensi resiko yang akan terjadi.  Perbedaan identitas, etnis, budaya maupun agama hanya mampu dijahit dengan jarum Kebhinekaan yang berasaskan Pancasila. Kalau kita memahami semangat Nasionalisme tentu perpecahan atas dasar SARA tidak akan terjadi. Arti Penting Persatuan dan Kesatuan bagi bangsa Indonesia adalah sebagai alat untuk cita-cita Proklamasi kemerdekaan yakni masyarakat yang adil dan makmur bukan hanya pencitraan dan bukan pula dengan janji-janji palsu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun