Mohon tunggu...
Imam Prasetyo
Imam Prasetyo Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya muslim

Selanjutnya

Tutup

Politik

Iwan Bopeng (Timses Ahok) Akhirnya Bonyok?

20 Februari 2017   08:34 Diperbarui: 4 April 2017   18:22 27113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Video sesumbar dari tim baju kotak-kotak (sebuah simbol tentang sektarianisme dalam sudut pandang penulis) yang telah memotong tentara ditengah ribut-ribut antara PPS dengan serombongan tim advokasi hukum (katanya). Wajah yang jauh dari sebuah ekspresi cendikia selain tongkrongan preman yang diberi fasilitas baju kotak-kotak tersebut sontak memantik resaksi sejumlah orang di Youtube. Mulai dari tentara yang merasa tersinggung dengan teriakan si Iwan Bopeng tersebut hingga masyarakat sipil yang tidak terima dengan petentang-petenteng tim sukses Ahok itu.

Iwan mewakili sekian kasus dari drama pencoblosan kemaren. Kasus yang paling menggelikan adalah satu TPS 100% dimenangkan oleh Ahok-Djarot. Akal sehat yang mulai diremehkan oleh paslon yang memang kondang dengan prilaku barbar tersebut (kasus di TPS 32 Cililitan). Meskipun kemudian disampaikan oleh Ketua RW setempat dengan logika bahwa para pemilih disana adalah para penikmat lapo tuak. Entah apa korelasi dengan kemenangan 100% itu. Setidaknya ada saksi-saksi dari paslon lainnya dan beberapa warga yang sadar dan waras yang masih meletakkan akal sehatnya saat memasuki bilik suara.

Hasil dari pemilihan kemaren setidaknya menunjukkan profil pendukung. Setidaknya publik bisa membuat gambaran seperti apa dan siapa saja para pendukung dari masing-masing paslon. Sebuah statemen dari Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah yang notabene orang Batak dengan marga Simanjuntak menyatakan adanya prilaku primordial yang kental sebagai motif paling esensi dari alasan mereka memilih Ahok. Pertama kesamaan etnis, setidaknya itu yang diungkap oleh Dahnil sebagai sebuah titik kebangkitan kelompok etnis tionghwa untuk berpolitik setelah selama ini diarahkan oleh Orde Baru hanya di kanal bisnis semata yang kemudian ternyata berujung kepada dominasi ras ini di bidang ekonomi (baca: bisnis). Dan kemudian menurut Dahnil adalah soliditas warga yang sama keyakinannya dengan Ahok. Mereka militan dan mempertunjukkan seguyup sepenanggungan. Khotbah-khotbah yang intens dan kuatnya Ketua Lingkungan (sebuah jabatan sosial di internal agama tertentu) untuk selalu memompa semangat untuk memenangkan Ahok.

"Berangkat dari survei SMRC tersebut, saya ingin menyatakan kekaguman saya terhadap saudara-saudara kita etnis Tionghoa dan saudara-saudara kita yang beragama Kristen yang sangat solid memilih Ahok, dimana Ahok berasal dari etnis Tionghoa dan beragama Kristen," jelas Dahnil pagi ini (sumber RMOL.co)

Dan nyatanya, bisa disimpulkan Ahok betul-betul di topang nyaris seratus persen ras tertentu dan agama tertentu, sisanya hanyalah individu-individu seperti Iwan Bopeng yang "berkhotbah" tentang fleksibelitas Allah dalam kasus babi misalnya. Iwan Bopeng mendadak religius.

"Saudara-saudara kita sebangsa dan se-Tanah Air yang memilih Ahok tersebut telah memberikan teladan baik tentang makna persatuan dan kesatuan," demikian Presiden Religion for Peace Asia and Pacific Youth Interfaith Network. Sebuah sindiran halus untuk persaudaraan muslim agar bisa mengambil contoh terindah dari para pendukung Ahok bahwa pendekatan primordial saat kita memutuskan untuk menunjuk seseorang berdasarkan apa yang menjadi panutan hidup, misalnya agama bukan sebuah pilihan sikap yang keliru, tidak demokratis, anti Pancasila dan seterusnya. Toh para penikmat lapo tuak, para pemilih dari etnis tionghwa menjadikan simbol-simbol agama dan ras sebagai basis sikap.

Iwan Bopeng akhirnya bonyok. Wajahnya yang sebelumnya terlihat begitu sangar, sangat confident dan arogan berakhir sudah. Beberapa tayangan video yang di unggah ke Youtube menampakkan wajah tim advokasi Ahok tersebut (sesuai dengan sesumbar Iwan di tempat kejadian). Mata lebam dan hidung berdarah setidaknya menunjukkan adanya limitasi arogansi. Yang kita tunggu berikutnya tumbangnya Ahok sebagai sentral dari beberapa prilaku dan sikap para pendukungnya di beberapa TPS (kasus TPS 54 Kelapa Gading). Datang serombongan dengan bermodalkan E-KTP dan tanpa menunjukkan formulir C6 memaksa untuk bisa memberikan hak suaranya. Arogansi. Ya! betul prilaku arogan yang mengalir dari sang idola dan runut hingga ke masyarakat akar rumput yang mengidolainya.

Salam Bonyok Untuk Sesumbar!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun