Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari Terakhir Ujian Sekolah

20 Mei 2017   21:34 Diperbarui: 20 Mei 2017   22:02 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surat tugas itu tergeletak di atas meja. Menunggu untuk saya bawa pulang. Saya mendesah pelan. Kenapa saya jadi yang keluar?

“Ini terakhir buat Bapak. Kan tahun depan Bapak sudah tak di sini. Anggap saja sebagai kenang-kenangan”.

Saya masih mengingat kata-kata Bapak Kepala Sekolah seminggu sebelumnya. Saya hanya tak mengerti, biasanya segala administrasi pelaksanaan ujian di sekolah saya yang banyak mengerjakan. Kalau saya yang tugas keluar, lantas bagaimana?

(Hari Pertama)

Saya datang beberapa menit sebelum pukul setengah tujuh pagi. Gerbang sekolah masih terbuka separuh. Saya harus membuka gerbang dengan sempurna lantaran kecilnya pintu masuk. Selepas memarkir motor, saya lalu mencari letak ruang pengawas. Tak jauh dari parkiran motor, saya menemukannya.

Suasana masih sepi. Tak ada siapapun. Hanya suara anak-anak kelas 6 yang sayup-sayup saya dengar sedang mengikuti tambahan pelajaran. Dengan rasa heran, saya lalu duduk di sebuah kursi sofa yang saya yakini itu adalah kursi tamu. Di depannya, ada sebuah kertas bertuliskan nama-nama pengawas ujian. Termasuk, nama saya.

Sepuluh menit kemudian,  saya memainkan gawai. Lalu, munculah seorang ibu separuh baya tergopoh-gopoh membawa toples berisi makanan ringan. Beliau lalu menyalami saya dan meminta maaf jika tak ada siapapun yang menemui dan menyambut saya. Saya hanya  bisa tersenyum ramah. Respon yang (cukup) diplomatis.

Tak lama kemudian, muncul tiga pengawas lain. Ah, mungkin saya yang terlalu pagi. Tapi, pengalaman di sekolah saya tahun lalu, paling tidak pukul 6 pagi, di sekolah sudah banyak yang datang. Selain anak-anak Kelas 6 tentunya.

Beberapa saat kemudian, sang kepala sekolah datang. Seorang ibu, yang saya lihat dari nomor induk pegawainya beberapa tahun lagi akan purna. Beliau lalu menyalami kami. Tanpa banyak kata, beliau membuka pengarahan kepada pengawas ujian.

Pukul setengah delapan saya bersama satu rekan pengawas dari sekolah lain masuk ruangan. Saya mendapat kejutan. Bukan karena apa, sebagian besar rambut anak-anak peserta ujian berwarna kemerah-merahan. Saya yakin, itu bekas cat rambut. Namun, saya masih menyimpan kejutan saya. Tugas besar dimulai.

Selepas membagikan LJK dan soal, saya mulai mengisi daftar absen dan identitas peserta. Lagi-lagi, saya mendapat kejutan.  Di sebuah nama, tertera tahun kelahiran sang anak yang bagi saya tak lazim. Tahun ini, siswa yang mengikuti ujian, rata-rata berangka kelahiran tahun 2004 dan 2005. Sang anak memiliki tahun kelahiran 2000. Saya mengernyitkan dahi. Berarti, 17 tahun. Sontak saya melihat foto peserta dan melihat sang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun