Mohon tunggu...
HIJRASIL
HIJRASIL Mohon Tunggu... Administrasi - pemula

menjadi manusia seutuhnya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memaknai Libur Lebaran ala Pejuang Skripsi

12 Juni 2018   04:57 Diperbarui: 12 Juni 2018   07:16 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Dari atas Rumah Kos beratapkan genting pisawat berlalu lalang, dari jauh kedengaran anak-anak kecil melantunkan lagu bangun sahur dengan di iringi suara musik dari bekas-bekas kaleng. Di bulan ramadan ini puasa sudah sampai pada hari ke 27, tanda orang-orang mulai sibuk dengan persiapan mudiknya. 

Bagi para perantau khususnya mahasiswa yang belajar di daerah jawa pasti sudah menunggu momentum lebaran. 

Saat menjelang hari raya idhul fitri setiap kampus sudah pasti meliburkan aktivitas perkuliahan, kesempatan inilah di tunggu-tunggu setiap mahasiswa. Berkumpul bersama keluarga dan handaitaulan adalah saat-saat paling diharapkan setiap mahasiswa pada momentum lebaran.

Tidak terkecuali bagi mahasiswa yang sudah semester akhir seperti saya dan teman-teman lain, di hadapkan pada kuliah yang suda melebihi aturan lama kuliah, biaya SPP, dan deadline ujian dari dosen, di tambah desakan dari orang tua untuk cepat selesai adalah momok bagi setiap mahasiswa. 

Apalagi di saat momentum idul fitri, ini adalah saat-saat mahasiswa harus mengorbankan liburannya untuk tidak berlebaran bersama keluarga dan handaitaulan. 

Tidak seperti mahasiswa lain bila mau datang hari lebaran situs-situs penjualan tiket kereta api, pisawat, kapal laut selalu di kunjungi setiap hari. Walaupun belum mau memesan tiket setiap hari, selalu saja membuka laman website penjual tiket online untuk mendapatkan tiket murah. 

Bagi mahasiswa pejuang skripsi tentunya halaman-halaman kertas pada buku-buku tidak pernah sepi dari tangan-tangan yang selalu menjamanya setiap hari.

Saat orang lain berbondong-bondong ke mall, tokoh, dan pasar-pasar yang menjual pakain. Para pejuang skripsi berbondong-bondong ke toko buku dan perpustakaan serta warnet. Para penghuni kos-kosan mulai hilang satu persatu, surau-surau kekurangan jamaahnya. 

Setiap orang saling bertanya "mudik tidak" dan beragam jawaban bermunculan dari yang semangat, loyo dan sapai yang sedih, setiap orang yang mudik pasti akan mengambil jawaban dengan penuh semangat kalau akan "mudik", bagi yang loyo selalu saja mengeluarkan kata "nanti liat" tanda masih ragu-ragu sambil berpikir. 

Untuk setiap pejuang skripsi pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu saja membuat sedih meskipun jawaban yang dikeluarkan penuh retorika dan negosiasi dengan alasan yang serba dicari-cari untuk tidak menampakkan kesedihan.

Setaiap pejuang skripsi, Tenggelam dalam lembaran demi lembaran kertas dan tulisan pada setiap buku-buku adalah cara mengobati kerinduan bersama keluarga. berjuang untuk predikat prestisus, cumlao, dan untuk tidak di DO merupakan salah satu pelecut semangat biar cepat selesai. 

Bagi para pejuang predikat cumlau mendapatkannya menjadi peningkat harga diri saat wisuda, untuk yang tidak mendapatkan predikat cumlau wisudah saja sudah sangat bersukur.

Teruntuk pejuang skripsi yang sebelumnya sudah biasa pulang kampung, setiap tahun tentunya akan merasa sedikit sedih bila di lebaran tahun berikutnya tidak berkumpul bersama keluarga. Bagi para mahasiswa yang motonya pantang pulang sebelum mendapat gelar alias tidak pulang kampung dari awal masuk kuliah, momentum tidak bersama orang tua saat idhul fitri adalah sudah lumrah meskipun kadang selalu dilanda banjir air mata saat malam takbiran.

"merantaulah biar kamu merasakan betapa besarnya rindu pada orang-orang terkasih" mungkin kata-kata ini hanya berlaku pada para perantau khususnya bagi yang belajar jauh dari kampung halaman. Rindu bersama orang terkasih seperi orang tua menjadi bungu-bunga pelipur saat sedih. Begitupun saat-saat memasuki lebaran.

Senja mulai menghilang dari sang surya, beduk mulai terdengar di seantero kota, pertanda magrib akan tiba. di setiap surau selalu saja di sediakan berbagai jenis makanan untuk berbuka puasa, ketika awal sampai pertengahan puasa makanan yang disediakan selalu saja habis di jama. 

Menjelang mendekati hari lebaran makanan-makanan disediakan masih banyak tersisa seiring banyak mahasiswa mulai pulang kampung. 

Bagi yang masih bertahan menjadi kenikmatan tersendiri karena porsi makan bertambah, dan bisa disimpan untuk sahur. Hal Seperti ini menjadi hari kemenangan bagi para mahasiswa yang masih bertahan, dimana setiap kesabaran selalu saja berujung pada kenikmatan tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun