Mohon tunggu...
Heri Yan
Heri Yan Mohon Tunggu... -

saya ingin sukses kini dan nanti.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Budaya Meminta THR seperti Menagih Hutang

4 Agustus 2013   14:50 Diperbarui: 24 Juni 2016   07:18 21369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13755940741283354832

Hari - hari menjelang lebaran seperti sekarang ini,  bagi saya merupakan saat yang sangat tidak menyenangkan. Saya sebagai pemilik toko merasa diperas oleh mereka yang menggunakan kata sakti yang bernama THR. Bukan THRyang wajib kita berikan kepada karyawan, bukan pula THR yang biasa kita kasih kepada kerabat dan keluarga berupa biskuit kaleng dan sirup atau juga berupa uang jajan kepada bocah-bocah yang merupakan saudara atau keponakan kita, melainkan THR yang sering diucapkan oleh mereka yang bermental pengemis.

Kenal atau tidak kenal, punya hubungan atau tidak, semua minta THR. Siapa saja orang bermental pengemis yang saya maksud:

1. Pihak Kelurahan

Saya tidak bermaksud menyebutkan semua pegawai kelurahan, tapi ini mungkin inisiatif oknum satu atau dua orang pegawai kelurahan atau mungkin ini langsung perintah dari sang lurah? saya tidak tau juga, yang pasti mereka tidak pernah absen meminta THR setiap tahun. Saya ingat sekali di saat awal mendirikan toko, ijin dipersulit dan harus memberikan uang pelicin.

Tapi di saat toko sudah berdiri, mereka rajin sekali menebar surat cinta yang isinya meminta sumbangan dan THR. Padahal kan mereka katanya dapat gaji ke-13.

2. Aparat Negara

Nah, ini juga saya katakan Oknum ya. Tidak melibatkan Institusi dan keseluruhan, hanya oknum. Polisi, TNI, Babinsa. Kalau para oknum ini mereka sebenarnya tidak meminta secara langsung ataupun pake surat - suratan. Mereka biasanya datang lalu ngajak ngobrol basa-basilah, sedikit agak menjilat. Mereka mengharapkan pengertian kita, tapi kalau belum dikasih mereka datang terus tiap hari, pokoknya pusing deh. Nah kalau kita gak ngerti-ngerti juga dan sudah mau mendekati hari lebaran baru mereka terang- terangan meminta.

3. Preman

Kalau golongan yang satu ini (preman ormas ataupun preman kampung) bukan lagi oknum. Ini memang mungkin pekerjaan mereka atau mungkin ini adalah Hobi mereka.

4. Tukang Ojeg

Ini yang bikin saya geleng-geleng kepala. Hanya karena toko saya dekat pangkalan tukang ojeg, mereka berani meminta dan merasa wajib diberi THR. Biasanya sang ketua ojeg datang membawa kertas yang isinya daftar nama-nama ojegkers bisa sampai 30-40 nama, gileee. Entah benar atau tidak, kalau diperhatikan rasa-rasanya ojegkersnya gak lebih dari 10 orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun