Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mari Saling Introspeksi, Jakarta Harus Menjadi Kota yang Toleran

25 April 2017   05:57 Diperbarui: 25 April 2017   17:00 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi Antar Umat - http://www.nu.or.id

Ada yang menarik usai pilkada DKI Jakarta. Banyak media asing memberitakan bahwa hasil pilkada DKI Jakarta merupakan kemenangan kelompok muslim konservatif. Mulai dari BBC, CNN, Straits Times, Financial Times, New York Times, hingga ABC News memberitakan tentang kekalahan Ahok dalam pilkada DKI Jakarta. Pemberitaan media asing tersebut, tentu memberikan image yang negatif bagi negeri ini. Namun, bisa jadi memang begitulah adanya.

Usai pemberitaan tersebut, banyak pihak memberikan klarifikasi. Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan pemberitaan tersebut tidak fair. Karena Anies merupakan salah satu tokoh yang moderat. Direktur The Wahid Foundation Yenny Wahid, kepada Wakil Presiden AS Michael Pence, juga menyatakan bahwa pilkada DKI Jakarta tidak dimenangkan oleh kelompok radikal. Calon gubernur Anies Baswedan yang telah dinyatakan menang versi hitung cepat, juga menyatakan bahwa pemberitaan tersebut tidak benar. "Kita akan pastikan bahwa gubernur di Jakarta adalah gubernur semuanya yang menjalankan berdasarkan undang-undang, mengikuti konstitusi, dan menjaga kedamaian," jelas Anies dalam sebuah media.

Hal diatas merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Keberadaan sebagian ormas keagamaan yang menuntut Ahok mundur karena dianggap melakukan penodaan agama, dimaknai oleh media asing sebagai kelompok konservatif. Terlebih setelah itu sentimen SARA terus bermunculan hingga putaran kedua. Tapi itu sudah berlalu. Apa yang terjadi di pilkada DKI Jakarta, harus jadi pembelajaran kita bersama. 2018 akan banyak daerah menggelar pilkada serentak. Jangan sampai daerah lain diselimuti sentimen SARA seperti di pilkada Jakarta.

Jakarta sudah mempunyai calon pemimpin baru. Tidak hanya harus mewujudkan janji kampanye, tapi juga harus mampu membangun rekonsialiasi anta relit, antar masyarakat agar tidak lagi terjadi perselisihan seperti pada masa kampanye. Rekonsiliasi ini harus segera diwujudkan, karena membangun Jakarta harus dilakukan oleh semua pihak. Dari level masyarakat bawah hingga elit politiknya. Karena perlu dukungan semua pihak, maka Jakarta harus mampu menampung keberagaman. Karena keberagaman itulah, yang membuat Jakarta tumbuh menjadi kota metropolitan.

Jakarta memang identik dengan budaya Betawi. Tapi Jakarta juga banyak menampung para pendatang yang berasal dari berbagai kota. Jakarta juga banyak diisi masyarakat muslim. Tapi jangan lupa, tidak sedikit pula masyarakat Jakarta yang beragama Kristen, Hindu, Budha, bahkan ada juga yang menganut aliran kepercayaan. Pemimpin baru ibukota, harus mampu memastikan bahwa mereka semua mendapatkan hak dan kewajiban yang sama. Jika selama ini orang sensitif dengan persoalan agama, kedepannya masyarakat harus lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan agama.

Tuhan menciptakan manusia itu berbeda-beda. Tidak hanya bentuk fisiknya yang berbeda, tapi juga suku, adat istiadat, budaya dan keyakinannya. Karena perbedaan itulah, semestinya kita bisa saling mengenal dan mengerti terhadap tetangga kita atau teman kita, yang mungkin memiliki latar belakang yang berbeda dengan kita. Sebagai dasar negara, Pancasila telah mengajarkan lima nilai-nilai yang berasal dari budaya negeri ini. Dengan menerapkan Pancasila dalam keseharian, keberagaman yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka, akan tetap terjaga.

Dan Jakarta, ketika era kampanye kemarin sempat mempersoalkan keberagaman ini, sudah semestinya introspeksi. Dengan introspeksi, ketegangan yang sempat terjadi di level bawah diharapkan tidak terjadi lagi. Ingat, ujaran dan perilaku intoleran bukan budaya kita. Hal tersebut murni budaya dari luar yang dibawa masuk ke Indonesia. Perilaku intoleran harus pergi dari Jakarta. Karena intoleransi mendekatkan diri pada perilaku radikal dan terorisme. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun