Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Perlu Meningkatkan Kinerja Kementerian Terkait untuk Mengatasi Ancaman Triple Planetary Crisis

10 Mei 2024   15:59 Diperbarui: 10 Mei 2024   16:01 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://bsilhk.menlhk.go.id

Berbagai aktivitas ekonomi manusia seperti eksploitasi bahan bakar fosil, pembangkit listrik, pertanian, industri, transportasi, dan proses industri lainnya, termasuk dalam sektor-sektor yang berkontribusi pada peningkatan emisi CO2, metana, dinitrogen oksida, serta gas lainnya. Menurut laporan WMO, pertumbuhan CO2 saat ini secara signifikan melebihi era pra-industri, mencapai lebih dari 50 persen. Dengan terus berlanjutnya emisi dari aktivitas manusia, CO2 akan terus terakumulasi di atmosfer dan menyebabkan kenaikan suhu global (Kompas.id, 17 November 2023).

Dampak dari perubahan iklim menjadi semakin nyata, dengan potensi terjadinya bencana-bencana yang mengakibatkan kenaikan harga pangan dan merugikan ekonomi secara keseluruhan. Menurut penelitian Litbang Kompas pada tahun 2024, cuaca ekstrem menyebabkan risiko kerugian fisik hingga Rp 1.963 triliun. Kekeringan, salah satu bencana iklim yang paling berisiko, memiliki potensi kerugian ekonomi hingga Rp 968 triliun dan berdampak pada kerusakan lingkungan dengan risiko hingga 35 juta hektare (Kompas.id, 10 Januari 2024).

Kedua: Hilangnya Keanekaragaman Hayati

Selain perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati juga merupakan masalah serius yang dihadapi Bumi. Keanekaragaman hayati, yang juga dikenal sebagai biodiversitas, merujuk pada variasi dan keberagaman kehidupan di planet ini, baik dalam hal gen, spesies, maupun ekosistem.

Keanekaragaman hayati sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Setiap spesies memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekosistem, dan kehilangan satu spesies bisa memicu efek domino yang mengganggu keseluruhan ekosistem, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi manusia.

Di Indonesia, keanekaragaman hayati telah didokumentasikan melalui kurasi data oleh Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI). Pada tahun 2020, data dari 195 referensi menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 1.603 spesies, 1.300 genus, dan 530 famili yang terdokumentasi dari populasi darat maupun laut. Kemudian pada tahun 2021, data dari 230 referensi menunjukkan keanekaragaman hayati kelautan sebanyak 2.701 spesies dan 639 famili (kompas.id, 10 Januari 2023). 

Kehilangan keanekaragaman hayati disebabkan oleh sejumlah faktor kompleks, seperti perusakan habitat alami, perburuan ilegal, perubahan iklim, polusi, dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan. Deforestasi dan konversi lahan mengancam habitat penting, sementara perburuan ilegal mengancam kelangsungan hidup spesies tertentu. Perubahan iklim juga memberikan tekanan tambahan terhadap ekosistem (Kompas.id, 16 Mei 2023). 


Di Indonesia, deforestasi menjadi tantangan besar, terutama di Kalimantan. Meskipun ada penurunan dalam laju deforestasi, Indonesia masih memiliki tingkat deforestasi tertinggi, dengan dampak yang mencakup penurunan jasa lingkungan, perubahan iklim, dan penurunan kualitas genetik serta jumlah spesies.

Pertambangan batubara juga menjadi ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati di Kalimantan, dengan lebih dari 70% area pertambangan berada di pulau tersebut. Banyak perusahaan tambang batubara yang dikategorikan sebagai ancaman tinggi terhadap satwa liar langka dan ekosistem mangrove (Kompas.id, 16 Mei 2023). 

Indonesia memiliki banyak area dengan kekayaan biodiversitas yang tinggi, namun lebih dari setengahnya berada di luar kawasan konservasi, meningkatkan risiko kehilangan biodiversitas di area yang tidak dilindungi.

Ketiga: Polusi dan Limbah

Masalah ketiga yang menjadi bagian dari triple planetary crises adalah polusi dan limbah. Sampah plastik, limbah kimia, dan polusi udara dan air telah mencemari lingkungan Bumi secara luas. Dampaknya dapat dirasakan dalam kesehatan manusia, keberlanjutan lingkungan, dan keanekaragaman hayati.

Di Indonesia, polusi menjadi masalah serius yang mengancam kesehatan manusia dan ekosistem. Berbagai jenis polusi tersebar luas di seluruh wilayah, mulai dari udara, air, hingga tanah. Polusi udara, yang disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor, pembangkit listrik, dan industri. Sementara itu, polusi air dan tanah, yang berasal dari limbah industri, pertanian, dan domestik, mengancam kerusakan lingkungan dan kesehatan penduduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun