Mohon tunggu...
Harrys Simanungkalit
Harrys Simanungkalit Mohon Tunggu... Freelancer - Hotelier

Manusia Biasa Yang Sering Overthinking

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menghargai Tayangan Siaran Langsung di Layar Televisi

30 Maret 2013   19:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:59 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo : GuyLivingston.Com

[caption id="" align="aligncenter" width="642" caption="Photo : GuyLivingston.Com"][/caption]

Sebenarnya saya datang ke RCTI bukan untuk menonton siaran langsung X Factor Indonesia secara langsung, tetapi untuk kepentingan lain. Tetapi ketika ditawari oleh produser acaranya untuk menonton langsung dan gratis pula, saya pikir ya kenapa tidak? Maka saya dan beberapa orang teman saya mendapat kesempatan menonton acara X Factor Indonesia dari bangku balkon barisan paling depan. Dari tempat saya menyaksikan acara sangat tampak jelas apa yang terjadi bawah sana, mulai dari panggung utama, meja juri dan barisan bangku penonton pendukung para kontestan. Dan jujur saja, saya lebih menikmati pertunjukan tehniknya daripada pertunjukan musiknya.Misalnya saya bolak-balik mengarahkan padangan ke arah panggung dan ke layar TV didepan saya untuk melihat kira-kira kamera yang mana yang sedang menyala untuk menghasilkan gambar yang lebih bagus atau artistik untuk pemirsa televisi dirumah.

Selama ini saya menyaksikan tayangan X Factor dari rumah melalui layar televisi.Jadi apa yang sudah tayang dilayar televisi sudah terlihat rapi dan serba beres. Namun pengalaman tadi malam menonton langsung acara yang disiarkan secara langsung ini, akhirnya saya bisa mengetahui betapa merepotkannya suasana yang selama ini tidak tampak dilayar televisi tersebut. Misalnya saat penonton sudah memadati bangku,Stage Manager harus putar otak untuk memikirkan bagaimana caranya agar penonton terlihat ‘hidup’. Maka berbagai simulasipun mulai dilatih kepada penonton, mulai dari cara bertepuk tangan yang riuh, cara menghasilkan jeritan yang heboh sampai menirukan ciri trade mark juri saat memanggil nama kontestan. Ini tentu penting, agar pas acara akan segera dimulai penonton sudah terbakar emosinya untuk memberi applaus yang tentu saja sangat diperlukan oleh acara seperti ini untuk menampilkan dan menghasilkan acara yang meriah dilayar televisi. Seandainya para penonton ini tadinya tidak latih, maka pada saat siaran langsung tayang di televisi, hasil yang diharapkan tentu tidak akan maksimal karena tepuk tangan atau pekikan penonton akan terdengar canggung atau mungkin kebablasan karena belum tau tepuk tangan dan jeritan yang seperti apa yang dibutuhkan. Belum lagi pada saat break iklan selama beberapa menit, Stage Manager kembali harus beraksi untuk mengisi kekosongansuasana demi menghindari kebosanan penonton atau mungkin yang lebih parah supaya tidak ada yang kesambet jin. Mulai dari menyuguhkan games atau memprovokasi pendukung masing-masing kontestan dalam hal jeritan siapa yang paling heboh.

Selain ‘menjinakkan’ penonton, ada juga kehebohan lain dari arah panggung utama.Beberapa detik sebelum kontestan muncul dilayar kaca, para kru heboh hilir mudik menyiapkan ini dan itu mulai dari properti panggung sampai mempersiapkan mike dan posisi berdiri sang kontestan.Misalnya Robby Purba mengalihkan perhatian kamera ke arah lain saat panggung utama sedang diporak-porandakan sejumlah kru untuk mempersiapkan setting panggung Mikha Angelo : sebuah grand piano dan lampu kedap-kedip yang gugusannya membentukbulan sabit. Termasuk harpa yang didandani milik Maya Hasan yang bertugas menjadi musisi pendukung penampilan Mikha.

Atau saat Gede Bagus akan tampil, ketika sang mentor sudah memperkenalkan sang kontestan kepada para penonton, diatas panggung masih tampak beberapa kru menyeret sebuah sofa, karpet dan beberapa bantal empuk berwarna lembut. Dan pas detik terakhir Gede Bagus akan segara tampak dilayar televisi, semua kru sudah menghilang dan semua properti sudah tertata rapi. Begitu Gede Bagus menyelesaikan penampilannya dan mendapat komentar dari para juri, para kru kembali hiruk pikuk membenahi properti panggung dan menggantinya dengan properti yang berbeda untuk kontestan lain. Tentu saja hiruk pikuk ini tidak tampak dilayar televisi, karena ketika kehebohanitu sedang terjadi, kamera sedang mengambil gambar Robby Purba yang berdiri diarah yang sama sekali tidak memperlihatkan hiruk pikuk panggung.

Pada saat itu juga saya berpikir bahwa betapa banyak kerja keras yang suasana yang stressful yang harus dialami oleh beberapa kru untuk menghasilkan tontonan yang rapi dilayar televisi. Saya selama ini termasuk orang yang cerewet mengomentari apa yang tampak dilayar kaca saat sedang menonton televisi : kurang ini dan itu, terlalu ini dan itu dan lain-lain, termasuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dikomentari. Tapi sejak tadi malam, mungkin akan ada yang berubah dalam sikap saya. Saya mungkin akan lebih menghargai apa yang tampak dilayar televisi saat sedang mempetontonkan sebuah pertunjukan diatas panggung, khususnya pertunjukan yang disiarkan secara langsung, karena saya sudah melihat sendiri kerja keras banyak orang untuk mempersembahkan tontonan yang rapi dan menarik untuk penonton televisi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun