Di sini dengan udara yang dingin tubuh kita serasa ingin merangkul satu sama lain,Â
sementara jalan menuju pusat kota teramat lengang untuk di lewati dengan sekedar diam.
Bus-bus nampak panjang bentuknya, jalan perlahan, menggilas kesadaranÂ
dan di depan seorang perempuan berambut pirang lewat tanpa memandang. Matanya biru.
Tak ada yang asing di sini selain diri sendiri serta gambar bungkus rokok kretek yang ada di saku kiri.Â
Semua nampak bersahabat di negeri yang kini setengah komunis. Dan teruslah kakiku melangkah.
Tiba di sebuah perempatan orang-orang ramai lalu lalang sebuah marka jalan yang tidak bisa di bacaÂ
seperti sebuah tanda pengenal tanpa alamat rumah. Teruslah berjalan.
Kita berhenti sejenak di dekat kios surat kabar di samping kedai minuman,Â
aku ingin sekali merokok, aku ingin minuman hangat sejenis vodka atau apa sajalahÂ
lalu seorang teman berkata