Mohon tunggu...
Halomoan Harahap
Halomoan Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Berbagi cerita dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tidak Mudah Menjadi Penulis

16 Juni 2019   18:12 Diperbarui: 16 Juni 2019   18:24 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penulis | Sumber : C2live.com

Profesi penulis mulai menarik perhatian saya. Menulis sesuatu dan membagikannya kepada orang lain. Namun terbentuk pada tidak tahu apa yang akan saya tulis. Kata populernya, tidak ada ide. Mandek lagi. Software pengolah kata di komputer yang sudah tebuka, terabaikan begitu saja. Saya beralih ke aplikasi lain seperti media sosial. Keinginan menjadi penulis terabaikan seketika itu juga.

Ketika keesokan harinya membaca beberapa tulisan di media, gelora menjadi penulis berkobar lagi. Saya coba membuka aplikasi pengolah kata di komputer. Terbentang lembaran kosong yang siap untuk diisi. 

Tetapi apa ? Saya mulai memaksa otak untuk membongkar memori pengetahuan dan pengalaman yang pernah tersimpan.  Banyak sekali isi memori saya,  ada perjalanan hidup, ada pengetahuan matematika dasar, ada pengetahuan tentang politik praktis, ada pengetahuan tentang media, percintaan, dan lain-lain. Setelah dipilah-pilah dan dipilih tidak ada yang layak untuk dibagikan ke orang lain. 

Pengetahuan saya dangkal, tidak komprehensif, sepihak, tidak berguna dan tidak menarik. Sebelumnya saya pernah diberitahu tulisan yang baik harus menarik, unik, menambah wawasan, dan berguna bagi banyak orang. Atas pertimbangan ini, akhirnya otak panas, capek, tidak jadi tulisan. Stop.

Berselang beberapa minggu, gejolak ingin menjadi penulis berkobar lagi! Ada rasa ingin berbagi pengetahuan. Muncul keinginan saya untuk menolong orang yang membutuhkan. Bukan menulis untuk pamer pengetahuan, takut kualat sama Allah. Bukan juga saya melakukan personal branding.

Penemuan Ide yang menarik

Saya paksakan diri untuk menulis. Buka aplikasi pengolah kata di komputer. Tekad saya "pokoknya harus nulis!".  Sementara saya abaikan kriteria-kriteria tulisan yang baik tadi. Tidak peduli menarik atau tidak tulisan saya. Menarik tidaknya suatu tulisan pembaca yang menilai. Merekalah yang diberi mandat menilai tulisan, bukan penulisnya. Ok, bulatkan tekad, menulis. Pemula seperti saya, kobaran semangat sudah menjadi modal besar menjadi penulis.

Kembali membolak balik tumpukan memori pikiran. Ketemulah ide, cara membuat es teh manis, belajar sabar, cara menabung, cara membaca buku literatur secara cepat. Rasa-rasanya semua ide sudah banyak ditulis orang. 

Sedikit kembali kepada kriteria tulisan yang menarik, sebelumnya pernah saya pernah diberitahu. Tulisan yang menarik apabila memiliki unsur kebaruan (novelty) atau belum banyak ditulis orang. Berpikir kreatif menciptakan yang berbeda.  Jangan mengulang-ngulang tulisan yang sudah banyak ditulis orang. 

Bila tulisan kita mengikuti ide orang,  kita dianggap melakukan paritas. Paritas itu artinya mengekor. Teman saya menasihati dan mengingatkan dengan sebuah kalimat satir tentang ekor. Teman saya berkata, "seindah-indahnya ekor, tempanya selalu di belakang". Maksudnya, bila kita mencaplok ide orang, yang sukses adalah pemilik ide, kita disebut pengekor atau lebih sadis disebut plagiator. Sebaiknya ada unsur orisinalitas.

Menarik juga dapat dilihat dari pengaruh yang ditimbulkan oleh ide tersebut besar. Para pakar jurnalistik menjelaskan kriteria magnitude adalah dampaknya kepada siapa saja. Semakin banyak orang yang terkena dampak, semakin besar magnitude-nya. Ide yang menarik bila memberi pengaruh kepada semakin banyak orang.

Unik

Belum beberapa kalimat tergelontorkan di ruang tulis pengolah kata, eits, muncul hambatan kedua, apakah ide ini cukup unik ?

Hmmm... menurut saya cukup unik, bahkan sangat unik. Katanya setiap penulis perlu menanamkan percaya diri.  Aku yakinkan diri, ide ini sangat menarik. Ide ini tidak banyak orang yang tahu, tetapi banyak orang yang butuh. Pikiran saya mendapat justifikasi keunikan, pelajar dan mahasiswa yang hendak mengerjakan makalah membutuhkan cara ini. Jumlahnya jutaan di Indonesia. Sambil senyum-senyum yakin, sendiri.

Saya terbayang dan sedikit berempati.  Mahasiswa sering disuruh dosen membuat makalah Ilmiah dalam waktu seminggu dengan merangkum dari berbagai literatur. Membaca satu literatur secara seksama merupakan pekerjaan yang butuh waktu mungkin seminggu. Bagaimana harus membaca 5 atau lebih literature dalam seminggu ?   Pusing pasti. Pusingnya bukan hanya tujuh keliling, tetapi seperti pusingnya anak zaman now, pusing tingkat dewa. Kasihan kau, dek !

Keunikan ide ini dilihat dari persoalan sangat umum, dialami sebagian besar mahasiswa. Bila sudah dikuasai akan membawa kemudahan yang sangat berarti. Bila tidak,  akan terjebak dalam kesulitan berkepanjang.

Menambah wawasan 

Hambatan kedua untuk menjadi penulis tampaknya terlewati dengan mulus. Amin !

Tantangan baru ini ternyata lebih berat. Tulisan harus membahas ide menawah wawasan. Menambah wawasan bila pembaca mendapat suatu informasi yang lengkap dan benar.  Artinya menjelaskan secara lengkap dan sempurna dari A -- Z . Tulisan jangan meninggalkan beban pikiran bagi pembaca. 

Waduh ! Hmmmm....bagaimana mungkin ? pengetahuan saya masih dangkal. Ide tulisan saya  "cara membaca buku literatur secara cepat". Bagaimana tulisan ini akan dikatakan menambah wawasan dan komprehensif? Menambah wawasan dan komprehensif itu yang bagaimana ? Ho Ho Ho. Istirahat dan berpikir sejenak.

Tiba-tiba ingat analogi teman saya, salah satu ciri menawmbah wawasan dan komprehensif bila tulisan menjelaskan secara lengkap ide yang dimaksud. Tulisan menjelaskan kelengkapan informasi 5 W + H. What (apa), Who (siapa), Where (di mana), When (apabila), Why (mengapa) ditambah penjelasan tentang How (bagaimana). Oke Oke. Saya tahu. Saya usahakan semua pertanyaan ini akan terjawab dalam tulisan saya. Informasi 5W + H tentang cara membaca buku referensi dengan cepat.

Sobat pembaca. Saya tidak akan paparkan teknik membaca buku literatur dengan cepat pada tulisan ini. Itu hanya contoh bagaimana saya menceritakan keinginan saya untuk menjadi penulis dan tantangan yang dihadapi. Semoga tidak gagal paham ya, bro.

Berguna

Tantangan utama mau menjadi penulis ternyata ada pada tahap akhir.  Tulisan harus berguna dan bermanfaat bagi sebagian besar pembaca. Ada manfaat yang dapat diambil oleh pembaca. Apa itu manfaat ? Manfaat dalam hal apa ? Siapa saja yang mendapat manfaat ? Berapa banyak mereka ?

Timbul persoalan baru, coy!

Ada dua kriteria berguna dan bermanfaat. Pertama bermanfaat menurut pandangan penulis. Kedua bermanfaat menurut pendangan pembaca. Kriteria penulis jelas tidak ada masalah. Ini sangat bermanfaat, paling tidak melatih untuk menuangkan ide menjadi tulisan. Manfaat lain menurut penulis akan membantu para mahasiswa menyelesaikan tugas mereka. Membantu menghemat waktu , pikiran dan tenaga mereka menyelesaikan tugas membuat makalah.

Sedangkan manfaat menurut kriteria pembaca, serahkanlah kepada mereka. Mereka lebih mengerti apa yang mereka butuhkan. Penulis hanya sekedar memperkirakan ini bermanfaat. Ha ha ha. Penulis mendapat justifikasi alias ngeles. Berpikir seperti ini membantu penulis lepas dari benar berat ingin menjadi penulis. Plong..!

Regard

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun