Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pasar Rakyat Sebagai Destinasi Wisata

19 Desember 2014   20:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:56 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memikirkan kondisi pasar rakyat sekarang ini, pikiran saya melayang ke Italia pada dua dekade silam. Tahun 90-an, kompetisi sepak bola Italia merasakan kejayaan sebagai yang terbaik di Eropa, bahkan dunia. Namun, waktu berlalu begitu cepat. Waktu telah  mengalahkan kebesaran sepak bola Italia. Lihat saja, dua dekade berlalu, Italia telah tertinggal jauh dari negara Eropa lainnya. Stadion Italia masih banyak yang kuno, lapangan jelek, berpasir dan keras. Situasi itu membuat  pemain top dunia enggan main di Italia. Semua itu imbas dari sikap apatis pejabat federasi sepak bola Italia yang enggan merawat aset mereka.

Gambaran stadion dan lapangan di Italia yang salah urus sehingga kemudian tertinggal dan ditinggalkan itu agaknya cukup relevan bila kita samakan dengan kondisi pasar-pasar rakyat di negeri ini.

Sama dengan sepak bola Italia yang mulai ditinggalkan, ada banyak pasar rakyat di negeri ini yang juga mulai ditinggalkan masyarakat. Keberadaan pasar rakyat yang dulu jadi “juara di hati masyarakat”, kini mulai kalah bersaing dengan industry ritel modern. Sebuah data menyebut, dalam kurun waktu tiga tahun belakangan ini, tercatat ada hampir 3.000 pasar rakyat tutup dan mati ditinggalkan oleh masyarakat.

Ancaman gulung tikarnya pasar rakyat itulah yang kemudian dibaca Perusahaan Daerah (PD) Pasar Surya, BUMD milik Pemerintah Kota Surabaya yang khusus mengurusi pasar-pasar rakyat. Maka, PD Pasar pun membuat berbagai inovasi dengan mengusung jargon “ayo kunjungi pasar” untuk menghidupkan kembali pasar rakyat. Di Surabaya, ketika menyebut kata pasar, konotasinya sudah langsung menunjuk pada pasar rakyat.

Direktur Utama PD Pasar Surya, Karyanto Wibowo dalam sebuah wawancara pada Senin (15/12/2014) lalu mengungkapkan, dirinya punya harapan perihal 67 pasar rakyat yang ada di bawah naungan PD Pasar. Dia membayangkan, pasar rakyat akan kembali jadi juara di hati masyarakat. Dia berpikir keras agar pasar rakyat masih tetap menarik untuk dikunjungi warga. Beberapa pasar rakyat di Surabaya seperti Pasar Kayon, Pasar Pabean, Pasar Blauran, ‘wajahnya’ dirawat agar jadi lebih cantik sehingga membuat masyarakat semakin cinta.

Kedepankan Filosofi The Book Judged By It’s Cover

Bukan pekerjaan rumah yang gampang untuk menjadikan pasar rakyat bak magnet yang bisa menarik minat warga agar mau datang berbelanja. Filosofi yang berlaku bukan lagi don’t judge the book by it’s cover atau jangan menilai sesuatu dari tampilan luar. Justru, dalam hal memasarkan pasar rakyat, harus disadari bahwa tampilan luar pasar yang tampak mata, jadi faktor paling penting dalam mempengaruhi keputusan warga untuk mau belanja ke pasar. Karenanya, filosofi beken itu pun harus diubah menjadi “the book judged by it’s cover”. Maknanya, tampilan pasar haruslah menarik karena  orang akan menilai pasar berdasarkan tampilan yang mereka lihat.

Berpegang pada filosofi itu, beberapa pasar rakyat di Surabaya telah mengalami polesan renovasi tanpa mengubah wajah asli pasar rakyat tersebut.  Salah satunya Pasar Kayon. PD Pasar Surya merenovasi tampilan depan pasar bunga yang konon sudah ada sejak zaman kolonial Belanda ini. Proyeksinya, ada gapura berciri java colonial yang akan membungkus Pasar Kayoon. Gapura ini diberi lampu sorot sehingga ketika malam hari, atribut Pasar Kayon akan bisa terlihat jelas. Posisi lantai stan-stan bunga juga akan ditinggikan agar lebih mencolok mata masyarakat yang melintas di jalan tersebut.

[caption id="attachment_360442" align="aligncenter" width="800" caption="Stan bunga berjajar di Pasar Kayon/hadi santoso"][/caption]

Pasar Kayon merupakan salah satu pasar bunga dengan koleksi terlengkap di Surabaya, bahkan mungkin di negeri ini. Lokasinya ada di Jalan Kayon, tidak jauh dari Balai Pemuda, salah satu land mark Kota Surabaya. Ada puluhan stan berjajar yang menjual bunga hidup beraneka macam, bunga potong, juga tersedia bunga papan dalam beragam ukuran. Pasar bunga yang bersebelahan dengan sungai Kalimas ini kerapkali jadi jujugan tamu-tamu dari luar kota dan juga mancanegara yang berkunjung ke Surabaya. Selama tahun 2014 ini, tercatat ada empat kali rombongan kapal pesiar yang singgah ke Surabaya, mampir ke Pasar Kayon.

Berbagai event juga siap digulirkan untuk lebih menghidupkan pasar bunga Kayon. PD Pasar Surya berencana membuat festival bunga di sepanjang Jalan Kayon. Jalan sepanjang kurang lebih 800 meter ini akan “disulap” menjadi serba bunga. “Kita maunya tiap enam bulan sekali ada festival bunga di jalan Kayoon. Tujuannya agar lebih mendekatkan warga dengan Pasar Kayon,” ujar Karyanto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun