Mohon tunggu...
Hadi Santoso
Hadi Santoso Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Jurnalis.

Pernah sewindu bekerja di 'pabrik koran'. The Headliners Kompasiana 2019, 2020, dan 2021. Nominee 'Best in Specific Interest' Kompasianival 2018. Saya bisa dihubungi di email : omahdarjo@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Agar Pernikahan Tak Seperti "Membeli Barang Elektronik"

26 September 2018   07:59 Diperbarui: 26 September 2018   14:10 1428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikah tidak seperti membeli barang elektronik, kita bisa merasakan kebahagiaan bertahan lama/Foto: Orami

Mungkin agenda di hari itu akan sangat padat dan melelahkan. Namun, karena kita bisa mengawali pagi dengan manis, kita punya bekal untuk menghadapi hari yang sepadat apapun. Minimal kita tidak menjejali pikiran dengan pesimisme di pagi hari.

Taruh Ponsel Sejenak

Ada rupa-rupa kebiasaan ketika bangun di pagi hari. Ada yang langsung mencari gawai nya, menonton televisi, mengaji, baca koran dan sebagainya. Tentu saja, tidak ada larangan untuk memegang gawai di pagi hari. Sekadar mengecek ada pesan terbaru apa di grup WhatsApp. Namun, tidak bagus bila pagi dilalui hanya dengan mager alias malas gerak demi gawai.

Waktu pagi terlalu berharga untuk dilewatkan hanya dengan sibuk memainkan gadget masing-masing. Sebab, waktu berbincang dengan pasangan di pagi hari, jauh lebih hebat dibanding beraktivitas dengan gadget meski tidak ada larangan untuk itu.

Membagi Tugas-tugas Pagi

Suami dan istri punya tugas dan peran masing-masing. Namun, menganggap rumah seperti kantor di mana pegawai punya tugas dan pokok fungsi masing-masing yang harus dia kerjakan, bukanlah hal bagus. Membagi wilayah pekerjaan istri atau suami bukanlah ciri pasangan bahagia.

Tidak bagus ketika ada pikiran bahwa urusan mencuci baju, piring, membersihkan lantai ataupun memasak nasi hanyalah tugasnya istri. Sementara suami lebih banyak berkutat di luar rumah ataupun bila bekerja di rumah, tugasnya ya hanya bekerja.

Karena, pekerjaan di rumah tidak akan selesai bila sekadar mendikotomi kerjaan istri atau suami. Tidak ada istilah dapur dan sumur hanya milik istri. Rumah milik bersama, ya kerjaan pun diberesi bareng. Seharusnya tidak perlu ada dikotomi peran suami dan istri di rumah seperti yang pernah saya tulis di kompasiana.com/hadi.santoso.

Ya, kita bisa bekerja sebagai tim dengan membagi tugas dan mengerjakan bersama-sama. Semisal ketika suami bangun terlebih dulu, tidak perlu menunggu istri untuk memasak nasi ataupun memberesi pekerjaan rumahh. Atau ketika istri memasak, si suami bisa memberesi piring-piring yang kotor ataupun mencuci baju. Pun, ketika anak-anak masih kecil, jangan sungkan untuk mencuci baju anak-anak ataupun mengganti popoknya.

Cara membangun koneksi di pagi hari yang menyenangkan itu ternyata bisa membawa kebahagiaan sepanjang hari. Minimal, kita bisa mengawali hari dengan mood yang bagus.

Pendek kata, menjalani pernikahan itu tidak seperti membeli barang elektronik. Selama kita mau bahagia dengan banyak bersyukur, terus berusaha menjadi lebih baik, tidak mudah emosi dan mau mendengar/tidak hanya banyak bicara, kita bisa merasakan kebahagiaan itu bertahan lama tanpa ada batasan daya tahan seperti halnya barang elektronik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun