Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penghormatan yang amat Mulia

8 Agustus 2015   06:06 Diperbarui: 8 Agustus 2015   06:06 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghormati yang tua sudah lazim. Yang tak lazim adalah menghormati yang muda. Mungkin karena tak lazim, saya pun kaget ketika mengalaminya.  

Saya mengalaminya persis seperti saya dituankan. Saya merasa seperti bos yang dikelilingi anak buah saya. Padahal saya bukan bos. Tidak pernah mengalami rasanya dihormati oleh anak buah. Wong saya tidak pernah punya anak buah. Semua sama bagi saya.

 

Ketika penghormatan itu datang, saya betul-betul merasa saya dimuliakan. Saya yang muda ini kok diberi penghormatan oleh yang tua ini. Ah bukannya saya yang harus menghormatimu. Bukan. Rupanya di sini semuanya saling menghormati. Bahkan yang tua pun mesti menghormati yang muda.

 

Kajadian ini saya alami persis saat kami pulang dari gunung. Kami naik gunung meski hanya sampai pos ketiga dengan ketinggian 1630 meter di atas permukaan laut. Kami memang berencana untuk sampai di sini saja. Tidak perlu sampai di puncak. Sebab, kami berangkatnya agak siang. Jam 9 pagi.

 

Saat pergi kami hanya bertiga saja. Muda-muda semua. Kuat jalan kaki. Naik tanjakan dan jurang tetap tangguh. Pulangnya berempat. Sahabat kami yang umurnya 75 tahun, orang Italia ikut rombongan kami bertiga.

 

Jalanan menurun dan penuh jurang. Di beberapa bagian, kami hanya bisa menaruh keseimbangan hanya pada tali yang dilekatkan ke bebatuan di tengah jurang. Ketakutan tentu ada. Tetapi prinsipnya kalau yang lain bisa melewati jalan ini, saya juga harus bisa. Kami mengkhawatirkan sahabat kami ini. Bagaimana mungkin dia yang 75 tahun ini bisa melewati jalan berjurang ini?

 

Rupanya dia kuat. Dia mampu melewati rute-rute yang sulit tanpa hambatan. Dia memang suka naik gunung. Katanya setiap tahun, di musim panas, dia selalu naik gunung. Kadang-kadang sampai 2-3 kali. Jalanan ini baginya bukanlah jalan tersulit. Biasa saja. Wong rute jalan pegunungan memang seperti ini. Pegunungan yang kami tuju memang hanyalah gunung batu. Alias gunung yang puncaknya berupa batu karang yang besar. Jurangnya dalam. Beda dengan Gunung Sinabunga atau Merapi atau Semeru di Indonesia yang di puncaknya masih berupa tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun