Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April, ternyata menjadi berkah tersendiri bagi salon-salon kecantikan yang menyewakan baju daerah (adat) di daerahku. Seolah menjadi tradisi di berbagai sekolah (khususnya PAUD sampai SD) jika Hari Kartini tiba, pihak sekolah selalu mewajibkan siswa-siswinya untuk mengenakan pakaian adat. Tak heran jika beberapa salon yang ada diserbu oleh ibu-ibu yang membawa putra putrinya guna berburu pakaian adat sesuai keinginannya. [caption id="attachment_172392" align="aligncenter" width="419" caption="Baju adat yang warna-warni menjadi pilihan"][/caption] Karena kehabisan stock pakaian adat, tak jarang para orang tua yang rela ke kota (Balikpapan) guna mencari tempat-tempat yang menyewakan baju adat. Namun tetap saja mereka kesulitan. Jika tidak kehabisan stock, maka ukuran yang ada tidak sesuai dengan putra-putrinya. Biaya sewa pakaian adat untuk anak-anak ini dibandrol Rp. 50.000,- per stel. Itu belum termasuk biaya tata rias wajah sesuai dengan baju adatnya yang kurang lebih berharga sama. Bahkan banyak dari salon-salon yang sudah kehabisan stock pakaian adat. Biasanya mereka memilih pakaian adat sesuai daerah asal orang tua masing-masing. Jika orang tuanya berasal dari Jawa maka akan mengenakan pakaian adat jawa. Begitupun jika orang tuanya dari Manado, Toraja, Bugis, atau Dayak, maka pakaian adatnyapun akan menyesuaikan. Lantas bagaimana dengan siswa yang berjenis kelamin laki-laki? Apa juga harus mengenakan pakaian adat? Sebagian memang mengenakan pakaian adat, namun ada juga yang memilih mengenakan pakaian ala polisi atau tentara (untuk anak PAUD dan TK), sedangkan yang SD lebih memilih mengenakan kemeja batik. [caption id="attachment_172397" align="aligncenter" width="448" caption="Pakaian Tentara banyak menjadi pilihan murid laki-laki"]