Mohon tunggu...
Gildas Deograt Lumy
Gildas Deograt Lumy Mohon Tunggu... -

Tumbuh dilingkungan gelandangan & pengemis, sebagai profesional TI selama 25 tahun, 20 tahun diantaranya dibidang keamanan (teknologi) informasi, membentuk Komunitas Keamanan Informasi (KKI), setelah bekerja 3 tahun di Perancis mendirikan XecureIT perusahaan penyedia jasa keamanan informasi, mengembangkan XecureBrowser untuk mengamankan transaksi internet banking.\r\n\r\nInformasi selengkapnya:\r\nhttp://www.xecureit.com atau \r\nhttp://www.linkedin.com/in/gildasdeograt

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sensor "Kulit" ala Kompasiana: Surat Terbuka untuk Yth "Malaikat" Admin

27 Juli 2014   09:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:03 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yth "Malaikat" Admin Kompasiana,

Kaget juga saat mengetahui bahwa tulisan saya berjudul "Rahasia Bocor: Bukti Jokowi bayar 2M untuk seluruh relawan dan 2T ke MK" dihapus. Muncul pesan "This content has been removed for violating Kompasiana Terms and Conditions" ketika link ini diakses: http://politik.kompasiana.com/2014/07/26/rahasia-bocor-bukti-jokowi-bayar-2m-untuk-seluruh-relawan-dan-2t-ke-mk-676533.html

Untungnya, peramban yang saya gunakan belum ditutup, sehingga isinya masih dapat diselamatkan, dan saya tampilkan kembali di FB dengan tautan

https://www.facebook.com/notes/gildas-deograt/rahasia-bocor-bukti-jokowi-bayar-2m-untuk-seluruh-relawan-dan-2t-ke-mk/10152553066023851

Dalam tulisan tersebut saya hanya menuliskan opini yang isi utamanya yaitu:
1. Jokowi hanya bisa membayar kepada seluruh relawan dengan 2M = Makasih...Makasih.
2. Jokowi akan membayar MK yang menguatkan hasil KPU dengan 2T = Terimakasih...Terimakasih.

Apa "dosa" saya hingga sang "malaikat" mencabut "nyawa" saya. Saya sebut "nyawa" karena untuk profesi saya sebagai profesional keamanan informasi, integritas adalah segala-galanya. Sertifikasi-sertifikasi profesional yang saya miliki bisa dicabut karena "violating Terms and Conditions" yang berarti melanggar kode etik profesi.

Sayapun kembali membaca "kitab suci" Kompasianer pada tautan http://www.kompasiana.com/term
Beberapa kali saya baca, saya masih tidak berhasil menemukan "dosa" saya terhadap SYARAT DAN KETENTUAN Kompasiana. Saya cukup sering dijadikan narasumber di Kemkominfo, Kemhan, Lemsaneg, dll untuk memberi masukan beberapa rancangan kebijakan pemerintah. Seharusnya saya cukup memahami Bahasa Indonesia.

Apakah sang "malaikat" pencabut "nyawa" sudah membaca isi tulisan saya?

Apakah sang "malaikat" pencabut "nyawa" mengambil keputusan hanya berdasarkan judul? Melihat "kulit" dan melakukan sensor.

“Don't judge a book by its cover”, komentar anak tertua saya, Abigail, yang baru saja lulus SMA, saat saya menceritakan kejadian "Sensor Kulit ala Kompasiana".

Saya sengaja membuat judul tulisan yang memancing reaksi seketika. Saya ingin mengetahui berapa banyak orang Indonesia menilai sesuatu hanya dari permukaan, dan berapa banyak orang Indonesia yang mau membaca dan mencari tahu lebih dalam. Bagi saya, sangat menarik membaca berbagai komentar yang diberikan di FB saat "nyawa" saya belum dicabut, maupun sesudahnya. Berikut beberapa tautan FB terkait tulisan saya:
https://www.facebook.com/gildasdeograt/posts/10204605975968625
https://www.facebook.com/JKWofficial/posts/10204605995889123
https://www.facebook.com/shares/view?id=10204605975968625&overlay=1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun