Mohon tunggu...
Diah Simangunsong
Diah Simangunsong Mohon Tunggu... Pelaut - Memperpanjang langkah

Berjalanlah selagi masih punya kaki dan mata

Selanjutnya

Tutup

Film

Seberapa Negatifnya Film "Sexy Killer"

14 April 2019   19:31 Diperbarui: 14 April 2019   19:39 10909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibereng-bereng dari judul kok terkesan agak2 negatif gitu ya!! Tapi sebenarnya itu film in memang negatif semua, wkkwkw... Tapi bukan negatif adegannya ya, tapi negatif dampaknya. 

Pada penasan kan?? Kuy lanjut baca, kalian akan tau seberapa negatif film ini. 

Didunia milenial yang saat ini dilakoni para generasi micin, barang elektronik sudah menjadi jantung yang terus memompa nadi generasi ini mulai dari urusan perut, cahaya hingga komunikasi pun membutuhkan elektronik. Tanpa elektronik bagai raga tanpa nyawa istilahnya. 

Ketergantungan terhadap barang elektronik memaksa manusia dizaman ini membutuhkan aliran listrik yang sangat besar dan pemerintah harus menyediakan kebutuhan primer ini, terkhusus bagi masyarakat kota, 1 jam saja listrik mati maka perputaran miliyaran rupiah terhenti.

Dalam film yang berdurasi 1.5 jam ini diawali dengan adegan 17++, ets!! Jangan piktor ya (pikiran kotor). Maksudnya cerita sepasang kekasih yang sedang melalukan honymoon di hotel menggunkan banyak alat elektronik yang kira2 menghabiskan 2000 watt. Bayangkan saja itu masih 1 pasang kekasih, di Indonesia berapa pasang kekasih yang sedang melakukan hal yang sama pada waktu yg sama pula?? Berapa banyak watt yang harus dipenuhi pemerintah? WAW...

Film kemudian mengarahkan penelusuran dari mana Indonesia dapat memenuhi listrik tersebut. 

Listrik Indonesia kurang lebih 50% di topang dari PLTU yang bersumber dari bahan batubara hal in terjadi karena batubara adalah bahan baku pembengkit listrik termurah dibandingkan dengan minyak bumi, gas, angin maupun panel surya. Mengapa demikian?? 

Tingginya kebutuhan batubara sebanding dengan semakin banyaknya pertambangan batubara yang ad di Indonesia khus7snya di Kalimantar Timur. Hal ini berdampak baik untuk Indonesia yang membutuhkan bahan baku listrik yang tinggu untuk memenuhi kebutuhan listrik modernitas Indonesia. Namun, tidak baik untuk mereka yang berada dekat tambang.

Selain tanahnya yang garap secara paksa, dampak berkelanjutan yang dirasakan masyarakat mulai polusi udara yang menyebabkan masalah kesehatan, kulitas produksi pertanian yang terus menurun, hingga pergeseran permukaan tanah menyebabkan rumah-rumah warga roboh. Terlebih lagi setelah pertambangan usai, muncul genangan-genangan air layaknya danau besar yang tak jarang puluhan nyawa melayang karenanya. Bukan hanya ini, dampak dari pertambangan cukup kompleks di ceritakan dalam film ini.

Tidak sampai disitu, secara gamblang digambarkan perjalanan batubara ini sampai di berbagai daerah PLTU seperti Jawa Tengah, Buleleng dan daerah lain melalui laut dengan menggunakan kapal-kapal tongkang. Momen in juga berdampak negatif bagi lingkungan, khususnya ekosistem laut mulai dari rusaknya trumbu karang akibat jangkar yang ditambatkan serta tangkapan nelayan yang semakin hari semakin rendah.

Program pemerintah yang konsen dengan pembangunan infrastruktur salah satunya listrik menyebabkan mulai tumbuhnya pembangunan PLTU baru. Jalinan kerja sama antar negara sebagai solusi untuk menutupi anggaran pembangunannya. Namun dampaknya jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan film pengabdi setan, hehhe...

Peraturan terus di buat pemerintah dalam upaya agar para pengusaha bertanggung jawab dan mengingat dimana dia mengeruk kekayaanya. Namun lagi-lagi peraturan buat hanya untuk dilanggar. Indonesia mengeluarkan banyak biaya untuk memfasilitasi para pejabat negeri dalam membuat peraturan tapi akhirnya peraturan hanya dijadikan bahan bacaan tanpa arti.

Film ini makin seru, klimaks yang memuncak membawa para penonton bertanya-tanya, siapa yang harus disalahkan dalam hal ini.

Secara terang-terangan film in menyebutkan tokoh-tokoh yang mensutradarai fenomena ini, bukan satu dua orang saja tapi puluhan. Dan yang menariknya lagi tokoh-tokoh ini memback up kedua kubu calon-calon pemimpin bangsa yang akan terpilih pada 17 April 2019. WAW.... 

Nah, hanya itu fakta-fakta yang aku ingat dari film dokumenter ini. Paragraf-paragraf diatas cuma bagian kecil dari cuplikan filmnya. Aku jamin filmnya lebih keren dibandingkan tulisanku ini, so!! Jgan lupa nonton ya, di youtube udah ad kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun