Mohon tunggu...
Iin Nuraini
Iin Nuraini Mohon Tunggu... Guru - guru penulis penikmat buku

Guru di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pesan dari Hujan

21 Maret 2017   08:25 Diperbarui: 21 Maret 2017   08:35 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan lebat menebas malam ini kian sepi. Sekitar pukul 10 malam langkahku kupercepat menuju gang di kampungku. Hampir saja hujan yang lebat ini menghujamku mirip jarum yang menusuk wajah. Lembur akhir bulan di kantor kurampungkan dengan hujanan di jalan sempit ini. Kembali, bayangan sosok lelaki itu berdiri di jendela rumah berlantai dua itu. Kubuka gerbang kecil yang tepat disamping rumah lelaki yang sering hanya muncul dan membuka tirai jendelanya saat hujan.

Sesaat aku masuk ke kamar kos, segera kuganti baju dan menyeka rambutku dengan handuk kering. Kulihat lagi jendela lantai dua itu dari kamarku. Lelaki itu justru mendekatkan tubuh dengan menjulurkan kedua lengannya keluar jeruji jendela yang berulir bunga dan daun. Tubuhnya terlihat basah karena air hujan masuk dan terhempas-hempas angin yang kencang. Ada apa dengan orang itu? Siapa dia?

--o0o—

Hari ini hari Sabtu. Sudah saatnya aku keluar dari kamar karena terik matahari menyorot langsung masuk ke kamar. Sudah siang dan hampir saja adzan Zuhur. Kubergegas ke warung sebelah untuk sarapan. Sabtu itu waktunya untuk bersantai pikirku.

“Mbak Kris, teh manis anget ya seperti biasa”, sapaku pada pemilik warung depan kosku. Rumah yang berlantai dua milik lelaki itu dibawahnya disewakan untuk warung makan.

“Soto seperti biasa juga mas Pam?”, tanya perempuan tengah baya yang masih cantik dengan kuncir satu di atas, tampak cekatan mengambil piring-piring yang sudah ditinggalkan si pembeli. Segera kumengangguk dan menengok kanan kiri. Sudah sepi. Saatnya aku cari tahu perihal lelaki itu.

“Mbak Kris... pemilik warung ini apa ya tinggal disini to?”, jawabku sambil menyeruput teh hangat di meja. Perempuan itu hanya melengos. Hmm, kampret....malah dicuekin.

“nih sotonya.... sarapan dulu baru ngobrol”, sungutnya dengan senyum kecut.

“Cuma pengen tahu. Penasaran dari dulu ngekos disini kagak tahu yang punya ni warung. Barangkali punya anak perawan yang belum laku. Hehe”, candaku sekenanya.

Setelah beberapa waktu kusantap soto daging sapi ini, kembali ketengok perempuan itu, “mbak ....sini to aku serius ni”, tanyaku tanpa basa basi.

“Dulu aku tanya pak RT waktu mau ngontrak ini warung. Trus dia yang menanyakan perihal ongkos dan thethek bengeknya. Kata pak RT , yang punya warung ini agak teganggu mentalnya. Nggak pernah keluar rumah semenjak anaknya yang kecil dibawa Ibunya. Mereka cerai. Namanya pak Harun”, terangnya singkat dan padat. Aku hanya mengangguk-ngangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun