Mohon tunggu...
Firdausia Hadi
Firdausia Hadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Cukup Satu Sayap

19 Januari 2017   09:59 Diperbarui: 19 Januari 2017   10:03 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Matahari mulai meninggi perlahan-lahan menunjukkan bahwa waktu pagi mulai menghilang dan sang raja tata surya perlahan mengeluarkan panas dari dalam tubuhnya. 12 Januari 2017 Pukul 10.30 saat para kader intelektual sedang asik berdiskusi di gazebo dengan beberapa dosen yang sekaligus menjadi pelaksana organisasi yang baru saja diresmikan oleh wakil rektor satu IAIN Jember bapak Nur Solihin MH., pada 8 Januari 2017 lalu, organisasi ini tidak hanya berdiri sebagaimana organisasi-organisasi kampus IAIN Jember lainya, namun organisasi ini telah mendapat ijin khusus dari bapak rektor Babun Soeharto. IMC (intelectual movement comunity) nama yang dipopulerkan sebagai nama organisasi tersebut.

Setalah menunggu cukup lama, pada akhirnya ada salah satu dosen pembimbing IMC yang masih singledari ke enam dosen pembimbing lainnya memanggil kami yang sedang asik berdiskusi. Progam pertama para kader intelektual adalah mengunjungi sebuah sekolah SMK yang lokasinya tidak terlalu jauh dari kampus kami yaitu SMK Nurul Ulum atau bisa disingkat Nulum. Tepat pukul 10.01 bus IAIN Jember yang kami tumpangi beranjak menuju lokasi tujuan setelah dilakukannya pengecekan jumlah penumpang sebelumnya. Tatkala bus sudah beranjak beberapa meter, kami pun mengeluarkan peralatan selfiemulai dari tonsis dan pastinya kamera. 

Kalau kata anak muda jaman sekarang ini, kalau ngak selfiengak jaman. Tiga belas menit kemudian, tiba-tiba bus yang kami tumpanggi berhenti sejenak di desa Glagah Wero entah apa yang membuat bus tiba-tiba berhenti dan bapak supir bus turun dari bus lalu mengajak  bicara seseorang di desa tersebut. Usut punya usut ternyata kami sedikit nyasar, namun ketika bapak supir bus kembali  ke dalam bus ada salah satu teman kami Ra’uf nama panggilannya memberitahukan bahwa ia tahu jalan menuju lokasi tujuan, akhirnya kami pun melanjutkan pejalanan.

Jam menunjukkan pukul 10.37 dimana posisi matahari mulai tegak lurus persis di atas kepala dimana pada saat itu matahari dalam keadaan terik. Ketika kami turun dari bus kami disambut sangat baik oleh bapak kepala sekolah setempat, bapak Mahrus Sadikin S.Pd.I yang terbilang sangat muda sebagai kepala sekolah dah bahkan usut punya usut beliau ini masih single. Kemudian kami pun diarahkan menuju suatu ruangan sederhana yang ternyata itu adalah sebuah kelas yang diubah menjadi ruangan serbaguna dan sebelum masuk kami pun diminta untuk mengisi daftar tamu. Ketika kami sudah memasuki ruangan tersebut adek-adek SMK Nulum tersebut menyabut kami dengan hangat dan ramah. 

Sebelum acara dimulai beberapa orang dari kami pun termasuk saya memulai obrolan dengan mereka yang dimana obrolan ini lebih mengarah pada wawancara. Saya pun menanyakan beberapa pertanyaan yang semua berkaitan dengan sekolah mereka tentunya. Dengan pertanyaan-pertayaan tersebut akhinya saya tahu beberapa fakta unik dan menarik dari sekolah mereka, faktanya SMK Nulum ini berbasis kepesantrenan yang berbeda dengan SMK pada umumnya yang notaben­nya berbasis non-pesantren atau umum, dan sekolah ini belum memiliki jurusan lain selain tata busa. Beralih kepada fakta-fakta nyata yang saya lihat ketika pertama kali masuk ke SMK ini, yakni di dalam persantren ini terdapat dua masjid yang dua-duanya berfunsi, terdapat pula beberapa mesin jahit dan kantin sederhana.

Beberapa menit berlalu saat kami asik mengobrol dengan mereka tidak terasa ternyata acara inti sudah dimulai. Acara ini dipandu oleh seorang pembawa acara laki-laki yang dengan nada tegas dengan memperlihatkan wajah seriuskepada pada hadirin yang hadir pada acara tersebut, acara pun dilanjutkan dengan pembacaan sholawatatas Nabi saw yang dipandu oleh dua siswi. Sebelum memasuki acara inti, hostatau pembawa acara memberikan kesempatan kepada kepala sekolah dan pimpinan pondok pesantren untuk memberikan sambutan-sambutan dengan ketentuan durasi sambutan lima menit untuk setiap sambutan. 

Sambutan yang disampaikan oleh KH Hanif A.R selaku pimpinan pondok pesantren sangat menyentuh. Beliau mengatakan bahwa ingatlah kata Khoirul Tanjung “Belilah masa depan kalian yang sekarang untuk masa depan” ujaranya dengan nada lembut. Setelah beberapa sambutan disampaikan, sampailah pada acara inti yang dimana pada kesempatan kali ini bapak wakil rektor berkesempatan menyampaiakan materi dengan judul “Sarasehan Character Building” suatu judul yang sangat menarik sekali untuk dikaji. 

Pada intinya materi yang dibahas oleh bapak Solihin adalah hilangnya karakter diri generasi muda atau mindsetanak bangsa Indonesia akibat dari distorsi karakter yang menimbulkan hilangnya budaya gotong royong, budaya kesatuan, budaya toleransi, budaya ramah dan satun. Solusi yang dapat diterapkan agar mindsetanak bangsa tidak hilang bisa saya simpulkan dari penyampaian beliau seperti ini; pertama, harus ada kemauan untuk merubah mulai saat ini. Kedua, kembali meniru Rasulullah saw, para sahabat, pahlawan-pahlawan kita. ketiga, kembali kepada bangsa yang ramah, toleran, teposiro, atau dengan kata lain kembali kepada kultur Indonesia.

Ketika materi telah disampaikan seluruhnya oleh bapak Solihin, yang pada dasarnya beliau sedikit menyesalkan karena tidak dapat menayangkan slideatau pokok-pokok materi yang sudah dibentunya dalam power point untuk melengkapi penyampaiannya. Karena pada saat itu waktu tidak bersahabat atau jika penjelasan materi diselinggi dengan beberapa slidepada layar besar maka akan memakan waktu yang lama sedang waktu yang diberikan sangat terbatas. 

Tatkala materi telah tuntas disampaikan, pembawa acara yang sedari tadi hanya diam mendengarkan dan sesekali menoleh kepada audien untuk memastikan bahwa acara berjalan tertib terkendali. Hostpun memberikan kesempatan ke pada siswa siswi dan mahasiswa untuk bertanya, ia membatasi hanya dua penanya saja. Setelah semua jawaban diberikan dengan jelas dan cukup panjang, hingga waktu pun menunjukkan pukul 14.13, maka acara pun disudahi dengan melantunkan doa yang dipandu oleh bapak Solihin.

Saat semua audien dipersilahkan meninggalkan tempat acara, kami pun begegas menuju masjid di samping tempat acara tersebut. Tak dapat disangka ketika saya sampai di masjid, antrian panjang menyambut saya. Usut punya usut antrian panjang ini diakibatkan karena kamar mandi masjid hanya terdapat satu saja, pantas saja antrian panjang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun