Mohon tunggu...
Fidlia Mae sarah
Fidlia Mae sarah Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Literasi

Literasi, budaya dan Sejarah, hak perempuan dan anak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suara Puan: Apakah Perempuan Berperan?

25 April 2024   08:49 Diperbarui: 25 April 2024   08:53 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain Suara Puan Bag. Aksara Rima

Dalam kehidupan kita sering kali mendengar perempuan berperan. Namun, dua kalimat tersebut dalam beberapa kaum baik lelaki maupun perempuan menjadi hal yang sedikit aneh untuk di dengar.  Bahkan menganggap dua kalimat tersebut hal yang mustahil dilakukan oleh perempuan.

Tentu bukan tanpa sebab mengapa beberapa kaum laki-laki atau perempuan menganggap hal tersebut mustahil. Dalam berbagai media baik berita atau jagat maya, perempuan banyak menjadi objek perlakuan menyimpang. Mulai dari perdagangan perempuan sampai dengan kekerasan yang dialami perempuan dalam rumah tangga maupun di luar rumah tangga.

Hal tersebut disebabkan oleh kurang ter-exposenya kiprah perempuan di media sosial dan berita. Lalu, sebab yang lain adalah mengenai bias pemahaman terhadap teologi agama. Sebab terakhir, adalah Paham patriarki yang sudah tertanam di dalam masyarakat.

Padahal, jika kita kembali mengulik sejarah. Banyak Kiprah dan peran perempuan, mulai dari aspek agama, sampai dengan aspek politik serta bernegosiasi dalam perdagangan antar negara. Salah satu kiprah dan peran  perempuan dalam buku "Kuasa Rahim: Reposisi Perempuan Asia Tenggara Periode Modern Awal 1400-1800", karya Barbara Watson Andaya membahas mengenai perempuan di berbagai aspek di Asia tenggara. Diantaranya dari aspek perempuan dan kepercayaan, periode modern awal di Asia Tenggara pada saaat itu adalah periode perdangan internasional. Perempuan di Asia Tenggara mengalami perkembangan yang cukup signifikan ketika masuknya agama islam dan kristen. Sebagaimana kita ketahui bahwa Asia Tenggara sebelum datangnya islam dan kristen merupakan daerah yang kental dengan Hindhu dan Budha yang menjadi agama mayoritas. Agama tersebut menganggap bahwa perempuan dalam bidang apapun, dari segi ekonomi sampai agama dan politik, perempuan lebih inferior dari laki-laki (Andaya, 89: 2021).

Namun dalam catatan sejarah abad 16 Filiphina sangat berbeda dengan yang dikatakan dunia, bahwa perempuan lebih inferior dari laki-laki. Agama asli di Filiphina memposisikan perempuan dan laki-laki sama untungnya. Sebab, di Filiphina perempuan banyak berperan sebagai pemangku di dalam ritual keagamaan. Tidak hanya di Filiphina, adapun di Vietnam pada abad ke 17, Alexander de Rhodes menyebutkan, bahwa perempuan baya umumnya dipandang sebagai pakar dalam urusan keagamaan dan menggengam pengaruh yang luar biasa dalam rumah tangga (Andaya, 90: 2021).

Ketika Islam datang ke Asia tenggara banyak membawa perubahan bagi kedudukan perempuan dan bahkan perempuan mampu berperan. Kedudukan perempuan sejak datangnya islam di Asia Tenggara menjadi salah satu batu loncatan untuk memuliakan dan memberikan ruang yang luas untuk peran perempuan. Dalam kitab suci agama islam serta Hadist- hadist yang shahih banyak membahas mengenai kesetaraan gender. Dalam beberapa hadist bahkan diriwayatkan oleh perempuan bernama Siti Aisyah  yakni, Istri Rasulullah.

Di Asia Tenggara, salah satu nya adalah Indonesia mengenal tradisi pingitan. Tradisi ini ada jauh sebelum datangnya islam di Pulau jawa, tetapi sejak datangnya islam tradisi pingitan menjadi salah satu tradisi yang memuliakan wanita. Selain tradisi, bukti kiprahnya perempuan sejak datangnya agama islam adalah turut membantu penyebaran akidah Islam.

Selanjutnya, catatan sejarah mengenai perempuan dan pertumbuhan ekonomi. Dewasa ini, menganggap perempuan hanya di ranah kasur, dapur, dan sumur. Padahal, sejarah mengatakan hal yang sebaliknya. Dalam catatan islam yang terkenal kita ketahui adalah istri Rasulullah, yakni Khadijah adalah seorang pedagang yang kaya raya. Hal ini membuktikan bahwa perempuan mampu berkiprah dengan tetap menjaga marwah suami dan dirinya sebagai perempuan.

Catatan sejarah Asia Tenggara membagi perempuan dan pertumbuhan ekonomi menjadi dua, yakni perempuan penghasil Bahan Makanan dan Perempuan, Perdagangan dan, Pedagang Asing. Perempuan Penghasil Bahan Makanan dalam catatan sejarah Asia Tenggara banyak dijumpai di daerah yang memiliki kuantitas lelaki yang lebih sedikit dikarenakan lelaki memiliki tugas berburu,nelayan, tentara dan lain sebagainya.

Catatan selanjutnya adalah Perempuan, Perdagangan dan Pedagang Asing. Dalam pekan domestik secara khusus di dominasi oleh perempuan, menjadi salah satu wadah bagi perempuan untuk berperan. Kenyataannya, perempuan memiliki kemampuan bernegosiasi lebih unggul dibandingkan lelaki, hal ini memberikan ruang terhadap perempuan melakukan perdagangan baik dengan pedagang lokal maupun pedagang asing.

Pertayaan terbesar di era yang begitu sensitif jika membahas mengenai perempuan, apakah perempuan berperan? Setelah mengulik sejarah Asia Tenggara menganai Reposisi rahim, masihkah Pertanyaan apakah perempuan berperan layak untuk disematkan pada perempuan?. Bukankah setelah mengetahui Kiprah perempuan dan peran perempuan da;am catatan sejarah, pertanyaanya menjadi, "Masihkah perempuan berperan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun