Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bilakah, Donald Trump Termakzulkan?

11 Desember 2019   12:26 Diperbarui: 11 Desember 2019   12:43 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Presiden Donald Trump dan pemakzulan bergerak sangat cepat, agak sulit diikuti dengan seksama dan pemahaman kita terhadapnya terus berubah seiring fakta yang dibeberkan para saksi.

Agar pemahaman kita terhadap pemakzulan tersebut lebih seksama mari kita telusuri dari awal usaha pemakzulan itu bermula.

Alasan Presiden Amerika Serikat berusaha dimakzulkan ialah karena skandal yang melibatkan Trump dan Presiden Ukraina Volodymir Zelensky.

Pada bulan September 2019 lalu seorang whistleblower dari kalangan intelejen di Central Intelegent Agency (CIA) atau Dinas Intelejen Amerika Serikat membeberkan keterlibatan Trump dalam  menekan Presiden Ukraina untuk mendapatkan informasi mengenai  saingannya dalam Pemilihan Presiden AS 2020 mendatang, Joe Biden dan putranya Hunter Biden.

Diketahui bahwa Hunter Biden bekerja di sebuah perusahaan Ukraina pada saat Joe Biden masih menjabat Wakil Presiden pada masa kepemimpinan Obama. Dalam aturan Pemilihan Presiden di Amerika Serikat, meminta bantuan pihak asing untuk memenangi Pilpres adalah hal yang dilarang.

Awalnya pejabat yang menjadi whistleblower tersebut menulis sebuah surat keprihatinan tentang percapakan telepon antara Trump dan Zelenzky pada tanggal 25 Juli 2019 lalu.

Percakapan ini menjadi ramai saat Trump menahan kucuran dana bantuan militer ke Ukraina yang bernilai ratusan juta dollar. Dalam perkembangannya seorang pejabat senior di pemerintahan Amerika Serikat bersaksi bahwa Presiden Trump memberi penegasan kepada Presiden Zelensky, jika dana bantuan itu mau turun maka Pemerintah Ukraina harus melakukan investigasi terhadap Biden.

Terkait kesaksian tersebut, Gedung Putih membantah keras kesaksian tersebut.

Nah, kemudian Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS memanggil Pelaksana Tugas Duta Besar AS untuk Ukraina, Bill Taylor untuk  di dengar kesaksiaannya. Dalam kesaksiannya Bill mengatakan bahwa salah satu staffnya mendapat informasi bahwa Trump sibuk mendesak agar Biden diselediki.

Awal ceritanya bermula, anggota stafnya tersebut mendengar percakapan telepon antara Dubes AS untuk Uni Eropa Gordon Sondland dengan Donald Trump  di sebuah restoran di Kiev Ukraina.

Dalam percakapan tersebut Sang Dubes berujar kepada Trump "Orang-orang Ukraina siap bergerak". Setelah percakapan tersebut kelar, stafnya tersebut bertanya kepada Dubes Sondland, Bagaimana pendapat Trump tentang Ukraina, lantas Dubes menjawab "Presiden Trump lebih tertarik terhadap investigasi Biden dibanding urusan lain"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun