Mohon tunggu...
Fariastuti Djafar
Fariastuti Djafar Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Pembelajar sepanjang hayat, Email:tutidjafar@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasionalisme di Batas Negeri

7 Agustus 2015   14:32 Diperbarui: 7 Agustus 2015   14:44 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi penduduk yang tidak tinggal di daerah perbatasan, kata “nasionalisme” mungkin terlalu abstrak untuk diartikan. Karena abstrak, nasionalisme bisa diartikan macam-macam dari mencintai produk dalam negeri sampai tidak bekerja untuk negara asing. Nasionalisme sering muncul ketika berhadapan dengan negara lain seperti ketika menonton pertandingan sepakbola antar negara, tertimpa musibah di luar negeri sehingga perlu bantuan negara sendiri atau ketika ada ancaman dari negara asing. Tidak jarang isu ancaman dari negara asing sengaja dibuat oleh negara-negara maju sebagai "musuh bersama" supaya rakyatnya yang sudah nyenyak dengan kemapanan sadar bahwa mereka adalah bagian dari negara.

Penduduk di perbatasan Indonesia Malaysia paling sering dicurigai memiliki nasionalisme yang tipis. Hal ini bisa dilihat dari berita tentang sebagian penduduk perbatasan di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara (Kaltara) yang menjadi warga negara Malaysia (di sini). 

Pulau Sebatik sebagai pulau terluar di Kabupaten Nunukan yang berbatasan dengan Tawau, Sabah Malaysia memiliki kisah tersendiri tentang nasionalisme. Pulau ini terbagi dua yaitu Sebatik Indonesia dan Sebatik Malaysia. Sebatik Indonesia terdiri dari lima kecamatan yaitu Sebatik, Sebatik Tengah, Sebatik Barat, Sebatik Timur dan Sebatik Utara. Belum lama di pulau ini ada helikopter Malaysia yang salah mendarat ( di sini ). Selain dengan helikopter, Sebatik bisa dicapai dengan angkutan laut dari Nunukan dan Tawau. Karena tinggal di Sarawak, rute saya ketika mengunjungi daerah ini adalah Kuching-Sabah-Tawau dengan menggunakan pesawat terbang dan menyeberang ke Sebatik dengan speed boat sekitar 30 menit.   

Kekhawatiran terhadap nasionalisme menyebabkan banyak pejabat negara mengunjungi daerah perbatasan sejak dulu lagi. Tak kurang dari Presiden Jokowi datang dan memanjat menara Pos Perbatasan Sei Pancang Sebatik (di sini). Terbaru Menteri Dalam Negeri berencana untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia di Sebatik "agar rasa nasionalisme terhadap tanah air semakin bertumbuh di wilayah perbatasan" (di sini ). Masyarakat perbatasan nyaris bosan dengan kunjungan tersebut karena nasib mereka tetap tak berubah. Mereka tidak bisa menunggu pemerintah Indonesia dan harus berbuat sesuatu demi kelangsungan hidup sekalipun harus menyeberang ke Malaysia.  

Tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah serta ketergantungan yang tinggi terhadap Malaysia yang lebih kaya adalah sekian dari banyak alasan untuk curiga terhadap nasionalisme penduduk perbatasan. Pemupukan jiwa nasionalisme di perbatasan menyebabkan pemerintah merasa perlu hadir dengan berbagai atribut yang mencerminkan nasionalisme. Atribut tersebut antara lain berupa pos penjagaan, bendera, pintu gerbang, tugu dan kalimat pembakar nasionalisme. Atribut ini juga ditemui di Sebatik yang memiliki Pos Lintas Batas (PLB) yang hanya boleh dilalui penduduk yang tinggal di kecamatan yang langsung berbatasan dengan menggunakan Pas Lintas Batas bukan paspor. 

[caption caption="Tugu perbatasan di Sebatik, Kaltara"][/caption]

[caption caption="Pos Lintas Batas Aji Kuning Sebatik Indonesia, di sampingnya ada rumah Indonesia yang dapurnya berada di wilayah Malaysia"]

[/caption]

 [caption caption="Presiden Jokowi memanjat pos menara perbatasan di Sei Pancang Sebatik. Lihat apa dan lalu apa ? "]

[/caption]

Sumber: http://setkab.go.id/tinjau-wilayah-perbatasan-presiden-jokowi-panjat-pos-menara-tertinggi/

Ketergantungan penduduk di perbatasan Kalimantan terhadap Malaysia bukan tanpa sebab. Perhatian pemerintah yang kurang, infrastruktur yang buruk dan jauh dari wilayah lainnya di Indonesia menyebabkan mereka lebih mudah menjual hasil pertanian, bekerja dan membeli keperluan sehari-hari di Malaysia. Barang yang dibeli termasuk barang yang disubsidi Pemerintah Malaysia yang seharusnya hanya boleh dinikmati warga negara Malaysia dan tidak boleh diekspor keluar Malaysia. 

[caption caption="Pisang dari Sebatik di sekitar dermaga Tawau, siap dipasarkan"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun