Mohon tunggu...
Faisol Basri
Faisol Basri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Sengkuni Sang Kreator "Kemelut Direksi Pertamina"

24 Februari 2017   09:29 Diperbarui: 24 Februari 2017   09:43 4325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jajaran Direksi Pertamina (Sumber gambar : cdn.sindonews.net)

Sejak awal merebaknya berita tentang matahari kembar di Pertamina sudah kami curigai ada yang tidak beres di internal Pertamina sendiri. Ketidak beresan yag kami duga justru bukan tentang isu matahari kembarnya, namun tentang adanya sebuah operasi kasar dan kotor dan sang sengkuni untuk mengaduk-aduk Pertamina dengan motif persaingan jabatan dan target menduduki  Jabatan Dirut Pertamina.

Sang Sengkuni yang menjadi orang kepercayaan Dwi Sutjipto tersebut adalah salah seorang bagian dari Pejabat Pertamina. Sebut saja yang bersangkutan dengan inisial RHD. RHD yang dipercaya oleh Dwi Sutjipto untuk membantunya memimpin pertamina ternyata diam-diam menyusun siasat untuk memamfaatkan situasi mengadu domba Diruk Utama dan Wakil Direktur Utama . Adalah Dwi Sutjipto dan Ahmad Bambang yang kemudian menjadi kutub polarisasi dari perpecahan direksi pertamina atas design dari sang sengkuni tersebut. Dwi Sutjipto tanpa sadar dengan keluguannya telah ditikam dari belakang oleh orang yang dia percaya sendiri untuk membantunya melawan polarisasi polemik dan kemelut direksi Pertamina yaitu RHD. Sungguh piawai sang sengkuni menciptakan konflik di jajaran direksi Pertamia dan kemudian mengambil kesempatan dari konflik tersebut untuk menyingkirkan Dirut dan Wakil Dirut agar yang bersangkutan bisa menduduki kursi Dirut Pertamina.

Apa motif dari sang sengkuni dan bagaimana operasinya menciptakan kemelut untuk menyingkirkan teman sejawatnya di Pertamina? Mari kita ulas dengan fakta-fakta yang terjadi.

Pertama, sang sengkuni sudah membaca dan melihat bahwa kursi Dirut yang didudukin oleh Dwi Sutjipto memang tidak akan bertahan lama karena sang sengkuni tahu betul tentang Dwi Sutjipto dan kemampuannya. Maka sang sengkuni meyakini bahwa kursi Dirut Pertamia tidak lama lagi akan kosong dan sang sengkuni begitu berhasrat mendudukinya.

Kedua, naiknya Ahmad Bambang dari Direktur Pemasaran menjadi Wakil Dirut Pertamina atas keputusan Pemegang Saham yaitu Pemerintah membuat sang sengkuni melihat Ahmad Bambang akan menjadi ganjalan dan penghalang hasrat sang sengkuni menduduki kursi Dirut Pertamina. Ahmad Bambang yang fenomenal dalam prestasi kerjanya  dan semingu sebelum berhenti dari Jabatan Wadirut karena keputusan penghapusan kembali Jabatan Wadirut mendapat penghargaan dari Presiden di Istana, dilihat sebagai saingan terberat menduduki jabatan Dirut maka harus disingkirkan.

Dua hal diatas menjadi motif sang sengkuni untuk kemudian menciptakan polemik dan kemelut di Pertamina. Dengan menciptakan isu matahari kembar, sang sengkuni berharap dan menargetkan bahwa Dwi Sutjipto dan Ahmad Bambang akan jatuh. Analisisnya mudah, jika terjadi kemelut dan konflik, sudah pasti orang yang berkonflik akan dicopot, itulah logika mudahnya.

Atas dasar motif tersebut diatas, sang sengkuni kemudian merancang dan melakukan sebuah operasi untuk menghancurkan Dirut dan Wadirut Pertamina. Bagaimana cara sang sengkuni melakukan operasi menyingkirkan teman sejawat yang dianggapnya sebagai saingan dan penghalang hasratnya menduduki kursi Dirut? Berikut kita ulas secara singkat.

Pertama, dengan bantuan sebuah media online dan seorang pengamat migas kemudian sang sengkuni RHD menggelontorkan dana untuk pembentukan opini dengan judul utama kudeta merangkak di Pertamina dan matahari kembar dipertamina. Hampir setiap hari media online tersebut selalu memberitakan berita tentang kudeta merangkak dan matahari kembar, dan uniknya hanya sang pengamat migas tersebut sendirian yang menjadi nara sumbernya. Tidak ada pengamat lain yang menjadi pembanding opini. Terlihat sekali bahwa si media online tersebut kerjasama dengan sang pengamat untuk menaikkan isu perpecahan di Pertamina atas order dari sang sengkuni.

Kedua, upaya menggusur Ahmad Bambang yang dari jabatannya maka kembali sang media online dan pengamat tersebut atas order sang sengkuni secara langsung menghantam dan membunuh karakter Ahmad Bambang dgn issue kilang minyak banyak rusak pada sejak bulan Desember 2016, dan isu tentang korupsi disebuah anak perusahaan Pertamina. Isu tentang kilang minyak banyak yang rusak hanya dalam tempo 2 bulan pasca ditinggal Rahmad Hardadi sebagai Direktur Pengolahan ternyata tidak menjatuhkan Ahmad Bambang seketika. Dengan lihai Ahmad Bambang dgn menangkis issue kilang minyak banyak rusak di Desember melalui konperensi pers dan membuka datanya secara lengkap. Fakta kemudian menunjukkan ternyata banyak kerusakan terjadi sepanjang tahun ketika Rahmad Hardadi masih menjabat Direktur Pengolahan. Penyebanya adalah dikarenakan kilang tua yg jadwalnya TA (turn around - overhaull) tidak dilakukan oleh Rahmad Hardadi tapi diundur 2 tahun lebih krn dipaksa operasi. Apa tujuan dipaksanya kilang operasi? Demi membentuk dan mengejar citra Rahmad Hardadi sebagai Direktur Pengolahan yang sukses dan pengurangan import.

Ketiga,  sang sengkuni atas bantuan opinion maker media online dan seorang pengamat, sang sengkuni di internal terus mengipasi Dwi Sutjipto untuk terus berkonflik dengan Ahmad Bambang dengan memberikan bukti-bukti ramainya berita di media hanya dengan menunjukkan berita media online orderan sang sengkuni. Akhirnya Dwi Sutjipto tampak terpancing dan marah sehingga cerita semakin membesar keluar bahwa Ahmad Bambang melangkahi wewenang Dirut dengan membuat surat permohonan tambahan kuota import Solar. Dikemas dalam label yang bombastis "Matahari Kembar" plus operasi media besar-besaran maka tercipta dan terbangunlah opini publik yang didasari kehebohan yang dahsyat. Dwi Sutjipto masuk dalam jebakan sang sengkuni. Tampaknya sang sengkuni belajar dari kasus Menteri Rizal Ramli dan Sudirman Said yang lalu, sang sengkuni maka menjiplak kasus tersebut dan menerapkannya kepada Dwi Sutjipto dan Ahmad Bambang. Kita semua tahu bahwa Rizal Ramli dan Sudirman Said kemudian dicopot keduanya, maka hal yang samapun terjadi pada Dwi Sutjipto dan Ahmad Bambang.

Atas kemelut yang semakin besar di Pertamina karena memang sang sengkuni terus beroperasi menciptakan suasana panas, maka Dewan Komisaris melakukan pertemuan dan membahas rekomendasi yang akan diberikan kepada Menter BUMN. Atas pertemuan Dewan Komisaris, maka rekomendasi dibuat yang salah satunya adalah pencopotan Dwi Sutjipto dan Rahmad Hardadi. Namun ironis, sebelum menteri BUMN menghadap Presiden untuk menyerahkan rekomendasi Dewan Komisaris, Wamen ESDM kabarnya mendahuli Menteri BUMN menghadap presiden dan memberikan masukan yang berbeda dengan dewan komisaris padahal sang Wamen juga adalah salah satu komisaris. Tampaknya Archandra Tahar menghianati teman-temannya di Dewan Komisaris demi sebuah kepentingan. Apa kepentingan Archandra Tahar? Mungkin dan patut diduga untuk menutupi skandal pekerjaan konsultan fiktif di Pertamina EP. Operasi yang dilakukan sang sengkuni tampak sukses dan kemudian memang menjadikan Dwi Sutjipto bersama Ahmad Bambang harus meletakkan jabatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun