Kreativitas adalah anugerah Tuhan yang dimiliki setiap manusia. Ada orang yang ahli melukis, jago menulis, terampil menciptakan kerajinan tangan, dan lain-lain. Individu berspektrum autis pun memiliki kreativitas, bahkan bisa berkembang jauh melampaui orang-orang biasa.Â
Individu autis lahir dengan gangguan perkembangan daya pikir yang berpengaruh pada kemampuan komunikasi dan interaksi individualnya. Mereka yang berkebutuhan khusus ini memiliki pemahaman berbeda-beda tentang dunia. Namun minat mereka bisa dicermati melalui lukisan dan seni rupa.Â
Untuk pertama kali, Bentara Budaya Jakarta (BBJ) bekerja sama dengan Yayasan Autisma Indonesia (YAI) mengajak teman-teman autis  berpameran seni rupa dalam acara Warna-Warni Duniaku. Tujuannya untuk mendapatkan apresiasi masyarakat umum terhadap hasil karya seni rupa individu autistik. YAI membuka mata masyarakat bahwa orang autis mampu bekarya dan menciptakan bidang pekerjaan sendiri.
Pameran "Warna-Warni Duniaku" dibuka 4 Juli 2019 dengan sambutan Manajer BBJ, Paulina Dinartisti; Ketua YAI, Dr. Melly Budhiman, SpKj (K); serta Muhammad Farhan sebagai duta autisme YAI. Farhan adalah presenter yang menumbuhkan kepeduliannya terhadap para penyandang autis karena kondisi autis almarhum putra pertamanya.
Acara pembukaan berlanjut dengan penampilan suara emas Junes dan anggota band I'm Star, Arya,. sementara Abhy dari I'm Star bermain saksofon. Ada Ferina Widodo, aktris dan mantan anggota grup vokal Elfa Singers, yang ikut bernyanyi sekaligus memamerkan buku kumpulan cerpen tentang kisah para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.Â
Pameran berlangsung selama 5 - 13 Juli, dari pukul 10.00 sampai 18.00. Ada 53 peserta yang menampilkan 89 karya, antara lain Anfield Wibowo, Audrey Angesti, Yuna Quinn Patricia, dan Johannes Setyo.
Ketiga sahabat saya----Adinda Mandita Praharsacitta atau Dita Soeroso, Ruben Rayhan Rotty, dan Thomas Andika---ikut memamerkan lukisan dan karya lainnya. Dita menggambar aneka macam karakter yang dicetak ke syal, hijab, gantungan kunci, dan buku notes. Sementara lukisan  Ruben ada yang dibuat kalender, celemek, kartu kosong, dan tatakan piring. Thomas, tentu saja, memamerkan karya origami.  Saya berkesempatan mempromosikan buku-buku saya, termasuk buku baru yang terbit tahun ini.Â
Pada Minggu, 07 Juli, Â Hilmar Farid, Dirjen Kemendikbud, berkunjung ke pameran. Ia berkeliling melihat lukisan dan produk lain. Ia terkesan dan mengapresiasi karya-karya kami. Â Saya dan ketiga sahabat saya bangga bisa bertemu beliau. Saya mewawancarainya dan mendapatkan jawaban sebagai berikut.Â
Pak Farid menilai karya-karya individu autis di pameran itu luar biasa dan istimewa. Lukisan yang paling disukainya adalah Candi Borobudur  karya Anfield Wibowo. Beliau mengagumi gambar photographic memory drawing Andra.Â
Beliau berkata, "Sebetulnya, individu autistik sama saja dengan individu lain. Semuanya punya hak. Makanya galeri nasional membuat pameran yang judulnya "Bebas Batas" setiap tahun.Â
Saya tidak setuju dengan pameran yang temanya difabel, karena kita seharusnya menghargai karya itu dari karya sendiri, bukan melihat latar belakang orang yang bekarya. K alau bicara soal kemampuan individu yang berbeda-beda, semua orang pada dasarnya berbeda-beda.Â
Namun semua orang harus mendapatkan kesempatan sama. Karena itu setiap tahun diadakan festival Bebas Batas. Ada seni pertunjukan dan seni rupa. Festival ini melibatkan banyak daerah."
"Kebudayaan kita mesti inklusif alias untuk semuanya. Jadi semuanya terlibat dalam hal apa pun. Di tempat saya, strategi kebudayaan menyediakan ruang-ruang untuk bisa berinteraksi," kata Pak Hilmar saat saya bertanya mengenai perubahan besar dalam strategi kebudayaan nasional.
Harapan beliau ke depan adalah teman-teman autis tidak perlu terus- menerus diperlakukan khusus. Interaksi dengan sesama mesti berjalan biasa saja.,Kita tidak perlu peduli pada latar belakang dan, kemampuan peserta pameran, tapi penilaiannya cukup berdasarkan tema yang diberikan. Kalau ini bisa berjalan lancar maka berarti kita berhasil.
Pada akhir wawancara, saya menyampaikan harapan agar kementerian memberikan perhatian pada minat dan bakat individu penyandang autis agar kami memiliki kesempatan yang sama untuk memamerkan karya seni. Sang Dirjen Kemendikbud setuju. "Yang bikin tentu teman-teman yang mau berpameran. Saya tugasnya hanya membantu teman-teman untuk nantinya bisa berpameran."
***