Ancaman Offshore Oilrigs di Wilayah Lempeng Tektonik Aktif
- Kebocoran pipa
Potensi kebocoran pipa gas di bawah laut bisa disebabkan oleh peristiwa alam, seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung api di dasar laut. Meskipun ancaman alaminya umumnya minim, kecuali jika terjadi letusan Gunung Krakatau atau gempa besar di Samudera Hindia dekat Selat Sunda.
Untuk mencegah kebocoran pipa migas di bawah laut, upaya mitigasi dilakukan untuk meminimalkan dampak serius bagi lingkungan laut. Beberapa peraturan telah dibuat untuk mengatur penanggulangan, pencegahan, dan rehabilitasi kerusakan laut. Misalnya, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26 Tahun 2021 tentang pencegahan pencemaran dan kerusakan laut, serta Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan kelautan dan perikanan yang mencakup ketentuan untuk pendirian, penempatan, dan pembongkaran bangunan laut.
Upaya mitigasi untuk mengurangi insiden kebocoran pipa melibatkan pemantauan rutin menggunakan radar untuk memantau kondisi pipa di bawah laut. Jika ada tanda-tanda pipa yang berpotensi bocor, tindakan pembongkaran harus segera dilakukan. Selain itu, keamanan bahan pipa migas di bawah laut juga merupakan hal yang penting. Proses pembuatan baja menjadi pipa migas melalui proses yang panjang, dengan persyaratan bahwa pipa yang digunakan harus tahan terhadap korosi.
Kebocoran pipa migas di bawah laut berpotensi mencemari lingkungan laut dan mengancam ekosistemnya, seperti ikan dan terumbu karang. Dampaknya juga akan dirasakan dalam aspek ekonomi masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut. Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan kematian massal ikan, yang kemudian mengurangi hasil tangkapan nelayan. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan yang efektif diperlukan untuk mencegah kebocoran pipa yang bisa memberikan dampak negatif pada lingkungan dan ekonomi.
- Kegagalan struktur
Potensi risiko kegagalan struktur oil rig di lepas pantai akibat gempa bumi merupakan suatu ancaman serius yang harus diperhitungkan. Gempa bumi dapat menyebabkan goncangan yang kuat di dasar laut, yang dapat merusak atau bahkan menghancurkan struktur oil rig. Kekuatan gempa dan jaraknya dari rig dapat mempengaruhi tingkat kerusakan yang terjadi.
Struktur oil rig yang tidak didesain untuk menahan goncangan gempa bumi memiliki risiko lebih tinggi mengalami kerusakan serius. Selain itu, gempa bumi juga dapat menyebabkan pergerakan tanah di dasar laut, yang berpotensi memicu longsor atau pergeseran tanah di sekitar rig.
Untuk mengurangi risiko kegagalan struktur oil rig akibat gempa bumi, diperlukan desain struktur yang kuat dan tahan gempa serta sistem pemantauan yang dapat mendeteksi gempa bumi secara dini. Langkah-langkah pencegahan seperti ini penting untuk memastikan keamanan operasional rig dan melindungi lingkungan laut serta pekerja di sekitarnya.
- Ancaman tsunami
Sebagai contoh nyata adalah Tragedi nuklir Fukushima pada tahun 2011 terjadi sebagai akibat dari serangkaian peristiwa yang dimulai dengan gempa bumi dahsyat di lepas pantai Jepang. Gempa tersebut menghasilkan gelombang tsunami yang melanda wilayah pesisir, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Tsunami yang mencapai ketinggian yang sangat tinggi menyebabkan banjir besar di fasilitas pembangkit listrik tersebut. Genangan air ini mengakibatkan kegagalan sistem pendinginan reaktor nuklir, yang pada gilirannya menyebabkan melelehnya bahan bakar nuklir di beberapa reaktor.
Kondisi ini memicu pelepasan bahan radioaktif ke lingkungan sekitar, menghasilkan zona evakuasi yang luas dan dampak jangka panjang terhadap kesehatan dan lingkungan. Tragedi ini menimbulkan krisis nuklir internasional dan mengarah pada peninjauan ulang terhadap standar keselamatan nuklir di seluruh dunia.