Mohon tunggu...
Worklife Pilihan

Impian Terwujud Bersama "Employee Benefit" OCBC NISP

6 Mei 2019   11:46 Diperbarui: 6 Mei 2019   12:06 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bungsu dari 4 bersaudara tidak pernah mengurungkan niatku untuk hidup merantau. Kemandirian sepertinya sudah menjadi DNA ku dari kecil. Aku lahir dan besar di Kupang - Nusa Tenggara Timur. 

Setelah lulus SMP aku memutuskan untuk meminta ijin sekolah di Yogyakarta, kemudian setelah lulus SMA pada tahun 2008, aku kembali memutuskan melanjutkan kuliah di Kota Bandung. 

Lulus dari bangku kuliah 2012, kemudian aku bekerja di salah satu Pabrik Emas di Bandung dan pada 2014 aku memulai karir di OCBC NISP hingga saat ini.

Sepuluh tahun berada di rumah kost membuat aku berpikir saatnya untuk punya rumah sendiri. Meskipun aku seorang perempuan, namun bagiku bukan hal yang tabu untuk membeli rumah sendiri. Sebaliknya hal tersebut akan menjadi sebuah kebanggaan baik untuk diri sendiri maupun orang tuaku. 

Kendala besar yang aku hadapi adalah aku harus membeli rumah impianku tanpa bantuan orang tua dan aku tidak punya tabungan dengan jumlah yang fantastis. 

Mungkin bagi teman-teman yang pernah juga merasakan perjuangan mencari Rumah Impian dengan Budget yang sesuai dan lokasi strategis paham betul dengan apa yang aku alami. 

Sebagai karyawan OCBC NISP aku mengetahui ada Employee Benefit Housing Loan. Aku mencari tahu mengenai informasi tersebut serta persyaratannya. Setelah mendapat informasi yang cukup, akupun memulai mencari rumah yang sekiranya sesuai dengan kemampuanku. 

Tak mudah kuakui, karena harga rumah di Bandung sudah mahal. Apalagi bila ingin membeli rumah baru dari developer. kurang lebih 3 bulan berselang akhirnya aku menemukan rumah yang ingin aku beli. 

Harga rumah itu Rp. 550.000.000 (lima ratus lima puluh juta rupiah), pikirku pada saat itu, aku pasti bisa membeli rumah ini tanpa kendala apapun. 

Namun kenyataan berkata lain, ketika proses pengajuan, ada proses taksasi oleh tim appraisal, angka yang diberikan untuk rumah itu sekitar Rp. 480.000.000 (empat ratus delapan puluh juta rupiah). 

Seketika harapanku membeli rumah seperti pupus karena aku tidak memiliki tabungan sebanyak itu untuk menambah kekurangannya. Meminta bantuan ke orang tuaku juga bukanlah sebuah solusi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun