Mohon tunggu...
Ernip
Ernip Mohon Tunggu... Administrasi - Wanita dan Karyawan swasta

Terima kasih sudah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ceritaku Saat Koteka Trip dan Danamon Ajak Jelajah Sehari Kota Cirebon

21 Juni 2017   20:31 Diperbarui: 22 Juni 2017   21:43 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keluar dari Tol Cipali memasuki kota Cirebon bayanganku tentang jejeran jemuran udang dan aroma amis laut menguap begitu saja. Mengingat Cirebon dijuluki sebagai kota udang dan belum pernah ke Cirebon, terbersit di pikiran akan melihatnya saat menjelajah seharian disana. Apa yang kulihat ialah pintu-pintu gerbang atau gapura berupa candi bentar terbuat dari batu bata merah di banyak bangunan.

Tentang hari itu, Sabtu, 10 Juni 2017, ada banyak hal yang kami lihat dan alami sepanjang hari di kota Cirebon. Mulai dari cagar budaya kesultanan, kegiatan masyarakat, oleh-oleh makanan, batik khas Cirebon sendiri hingga merasakan kenikmatan kulinernya. Mari kuceritakan.

Rasa penasaran akan mengunjungi kota Cirebon menguasai sejak panitia KOTEKAtrip mengkonfirmasi kehadiranku. Alhasil aku tiba di titik kumpul Bendara Budaya Jakarta pukul 04.12 WIB. Pada pintu gedung Kompas Gramedia, seberang pos satpam, aku singgah menunggu sampai jadwal kumpul yang ditentukan.

Dengan mengendarai bus elf, hanya butuh empat jam saja mencapai kota Cirebon dari Jakarta. Lebih irit dua jam dari sebelumnya berkat Tol Cipali. Bersama Kompasianer dan Danamon, tentu saja empat jam itu tidak terlalu terasa. Celotehan tentang kuliner, oleh-oleh khas Cirebon dan persawahan di kiri kanan menyelingi perjalanan kami. Meski ada beberapa teman yang baru pertama kali bertemu, atas nama kompasianer seakan sudah kenal saja.

Aktivitas warga kota Cirebon mulai terlihat dari dekat ketika kami melewati pintu keluar Tol Cipali. Pertokoan, rumah warga, kantor dan bangunan lainnya kerap dengan candi bentar.

Dalam sebuah kerajaan benteng merupakan suatu lambang kekuatan. Jika benteng runtuh hancurlah kota sebab musuh bisa menyerang dengan mudahnya. Benteng di banyak tempat di Cirebon memperlihatkan potret masa kejayaan kesultanan Cirebon di abad ke 14. Letaknya yang strategis serta kaya akan hasil bumi seperti beras dan lada membuat Cirebon menjadi salah satu tujuan perdagangan internasional. Kejayaan ini pula amat terasa ketika menyambangi langsung Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Goa Sunyaragi bersama KOTEKAtrip (Komunitas Traveler Kompasiana) dan Bank Danamon.

Injakan pertamaku tepat berada di Bank Danamon Jl Kartini. Apa soal, Kru Danamon ingin memperkenalkan kecanggihan aplikasi financial technology D-Cash. Aplikasi ini dapat dipakai untuk melakukan tarik tunai tanpa menggunakan kartu ATM atau rekening di Bank Danamon. Ayoo... apa kamu terheran-heran sepertiku juga? Nanti ya kuceritakan lebih detail. Kita jalan-jalan dulu.

Setelah mengikuti briefing singkat di Islamic Center tidak jauh dari pintu masuk Stasiun Kota Cirebon, kira-kira pukul sebelas kami menuju ke Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Beberapa peserta menunaikan ibadah sholat disana. Mesjid ini merupakan bagian dari Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1500. Berseberangan dengan alun-alun Keraton Kasepuhan.

Keraton Kasepuhan: Keterbukaan dan Nuansa Kekayaan Budaya

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Sejarah kota Cirebon menarik untuk didengar. Menyaksikan secara langsung membuat mudah dimengerti. Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1430. Keraton ini pula merupakan Keraton pertama yang berdiri di Cirebon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun