Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Kirimi Aku Bunga

26 Maret 2017   18:52 Diperbarui: 27 Maret 2017   03:00 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore yang indah, ya, Thom. Udara sedang cerah. Lihatlah, para penjual bunga tampak riang menawarkan dagangannya. Beberapa di antara mereka asyik merangkai buket pesanan sembari berdendang. 

Berapa kali kita menginjakkan kaki di sini, Thom? Di pasar bunga ini. Oh, sudah tidak terhitung lagi, ya. Hingga para penjual bunga itu hafal, bunga apa yang hendak kubeli. Seikat mawar merah dan krisan ungu. Mereka sudah siapkan begitu melihat kedatanganku, bahkan sebelum aku mengatakannya. 

Selalu bunga itu, ya, Thom. Mawar merah dan krisan ungu. Tak pernah berubah. Iya, kamu benar, kedua jenis bunga itu memang bunga kesayanganku.

Sore ini kulihat kamu pergi sendiri. Tanpa aku. Kakimu melangkah ringan menuruni anak tangga menuju kios bunga yang letaknya berada di lorong paling bawah.

Ah, Thom, hati-hati, awas terjatuh. Kakimu berkali tersandung lantai anak tangga yang tidak rata. Jangan berjalan sambil melamun, Thom.

"Mawar merah dan krisan ungu," ujarmu pada seorang pemuda penjual bunga langganan kita. 

"Diikat seperti biasa, Mas?"

Kamu mengangguk.

"Tumben sendiri, Mas, mana Mbak cantiknya?" pemuda yang kamu ajak bicara itu menatapmu. Kamu tidak menyahut, hanya tersenyum. Lalu merogoh saku jaket dan menyerahkan dua lembar uang sepuluh ribuan.

Kini rangkaian bunga sudah berpindah ke tanganmu. Setelah mengucap terima kasih, kamu bergegas meninggalkan kios bunga. Menaiki anak tangga kembali. Kali ini langkahmu tidak seringan tadi. Sedikit gontai. Kenapa, Thom?

Kamu meraih motormu, menghidupkan mesinnya dan segera melaju di atas jalanan yang ramai. Oh, Thom, kamu mengendarai motormu terlalu kencang. Hati-hati! Kamu nyaris menyerempet lelaki tua yang tengah menyeberang jalan. Jangan mencari perkara, Thom, bisa-bisa kamu berurusan dengan Polisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun