"Kenapa harus takut? Ini bukan boneka Chucky, Anna!" Mom melempar boneka berambut pirang itu tepat di hadapanku. Aku menggigil. Napasku tersengal. Dan dadaku berdegup kencang.
Sesaat aku memberanikan diri mengamati boneka yang mengenakan gaun berwarna pink mengkilat itu.Â
Mom benar. Boneka itu bukan boneka Chucky yang menyeramkan. Ia boneka cantik dengan penampilan sempurna. Hidungnya mancung. Bibirnya mungil indah. Kulitnya mulus. Tak ada cacat sedikit pun.Â
Kecuali--ya, kecuali kedua lubang di bawah alis yang dibiarkan kosong tanpa bola mata.
"Mom, bolehkan aku menolak hadiah boneka ini? Aku mengidap pediopobhia," aku berusaha menjelaskan pada Mom. Tapi Mom sepertinya tidak mendengarku. Ia hanya menggerak-gerakkan ujung telunjuknya seraya berkata, "Happy birthday, Anna!"
Lalu, blam!Â
Mom menutup pintu kamarku dari luar.Â
***
Namaku Anna. Lengkapnya Anna Marry. Hari ini usiaku menginjak 13 tahun. Angka yang dianggap oleh sebagian orang sebagai angka sial.
Dan memang, aku benar-benar mengalami kesialan itu.Â
Mendapat hadiah boneka di usia yang beranjak remaja, bukankah itu suatu kesialan? Mengapa Mom tidak memberiku hadiah kunci mobil seperti yang dilakukan oleh kedua orangtua Judith saat ia merayakan pesta ulang tahunnya yang ke-13? Atau menghadiahi seperangkat alat-alat kosmetik sebagai pertanda bahwa aku bukan anak kecil lagi?Â