Mohon tunggu...
eka amaliasani
eka amaliasani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Freelancer

Memiliki minat terhadap fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitar, dan menuangkannya dalam sebuah karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menunggu atau Melepaskan?

3 Agustus 2017   22:17 Diperbarui: 3 Agustus 2017   22:19 1987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menunggu atau melepaskan?

Dua pertanyaan pelik yang umum dirasakan pasangan jarak jauh se-antero bumi ini. Kata ahli cinta, rasa kebahagiaan akan didapat ketika menunggu berakhir dengan apa yang diimpikan. Kata leluhur, cinta sejati akan membawa kebahagiaan. Dan kata papa, menunggu tidak semenyakitkan ini. Tapi nyatanya? Kata-kata itu sungguh pelik dan samar-samar keberadaannya. Ketika hati tak mampu melepaskan namun terlalu lelah untuk menunggu.

Kekacauan yang terjadi dalam otakku seketika pecah. Pukul 23.00 WIB tiba-tiba gawai ku bunyi dan segera menampilkan chat WhatsApp dari orang yang saat ini tidak ku harapkan untuk menghubunginya.

            Hai, gimana kabarmu? Aku rindu kamu Aqila, aku rindu akan segala kenangan kita, aku rindu mengelus rambutmu, aku rindu memegang erat tanganmu, aku rindu seutuhnya dirimu. Tidak bisakah kamu memaafkan diriku yang hina ini? tidak bisakah kamu sedikit berdamai denganku? Tolong Qila sayangku..... balas setidaknya pesan ku yang satu ini.  

Deg, hatiku serasa dihujam ratusan paku, aku bahkan sudah sekuat ini untuk tidak membalas pesannya, dan barusan ia benar-benar membuat kebimbangan dalam diriku lagi. Ya, itu pesan dari Ben, kekasih hatiku, belahan jiwaku, dulu, setahun yang lalu....

"Hai sayang, kamu mau aku jemput jam berapa? Aku udah ngga sabar mau ketemu kamu Qila-kuu"

"iya sayang sebentar ya jam 7 malem aku baru bisa pulang, aku masih ada rapat di hima"

"okey sayangg, aku jemput nanti ditempat biasa ya"

"siapp darling"

Aku menghela napas karena akhirnya telah selesai rapat pada hari ini. Pas sekali Ben mengajakku jalan, untuk menghilangkan penat sedari di ruang rapat tadi, kesal aku di ruang rapat tadi tidak ada yang mau mengalah akan pendapatnya, ditambah ketua himpunan si Jordi yang arogan itu, ah sudahlah nanti aku semakin emosi, lebih baik memikirkan Ben, hehehe.

 Aku segera menghubungi Ben untuk meneruskan janjian kita ditelfon tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun