Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tasripin, Bukan Aspirin!

19 April 2013   22:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:55 1575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1366383816920494296

[caption id="attachment_238848" align="alignleft" width="283" caption="Staf khusus kepresidenan menyerahkan bantuan kepada Tasripin di kediamannya. (Sumber: @SBYudhoyono)"][/caption] BOCAH miskin itu! Ya, namanya Tasripin, bukan Aspirin. Dia adalah bocah yang tinggal di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Bocah yang mengundang simpati luas dari masyarakat Indonesia karena ketegaran dan kisah hidup yang memprihatinkan sekaligus menginspirasi dan menyengat kesadaran kita.

Saya tidak sedang melucu. Sebelumnya saya minta maaf pada Tasripin dan keluarga karena menghubung-hubungkan namanya dengan nama obat.

Ya, penyebutan nama Tasripin memiliki bunyi mirip Aspirin. Posisi hurufnya hanya sedikit terbolak-balik dan pada nama Tasripin ada huruf “T”. Kemiripan ini menggerakan saya untuk search di Wikipedia mengenai Aspirin.

Aspirin adalah nama sejenis analgesic atau obat penahan rasa sakit. Dijelaskan di sana bahwa Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan angina (nyeri dada).

Masih dari Wikipedia, menurut kajian John Vane, Aspirin menghambat pembentukan hormon dalam tubuh yang dikenal sebagai prostaglandin. Prostaglandin ialah hormon yang dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek pelbagai di dalam tubuh termasuk proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan termostat hipotalamus (pusatnya otak).

Intinya, Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan demam. Daya kerja antipiretik dan analgetik pada Aspirin diperkuat oleh pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.

Lalu, apa keterkaitan antara Tasripin dan Aspirin? Tak hanya kesamaan bunyi, tetapi juga pengaruh. Jika Aspirin langsung bereaksi mengurangi rasa sakit, kisah kehidupan Tasripin yang diangkat media massa, berdampak langsung ke pusat kekuasaan: RI 1.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun tergerak dan memberikan bantuan yang diantar langsung oleh staf khusus kepresidenan ke rumah Tasripin.

Nah, kisah Tasripin telah ‘bekerja’ seperti Aspirin. Dengan terlibat langsungnya pusat kekuasaan ikut membantu bocah tersebut, setidaknya mengurangi “rasa sakit” publik terhadap Negara yang dinilai masih belum total dalam menyejahterakan rakyatnya.

Pun, menurut saya, tujuan media massa mem-blow up kisah Tasripin adalah untuk memberikan pesan kepada penguasa agar membuka mata lebih lebar terhadap Tasripin-Tasripin lainnya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas (Sulut) sampai Pulau Rote (NTT). Dengan begitu, rakyat tidak melihat uluran tangan Presiden SBY sebagai pencitraan semata demi keuntungan politis (mengingat tahun depan kita Pemilu), tetapi benar-benar tergerak karena empati yang mendalam terhadap rakyatnya yang sedang menderita.

Tentu saja tidak setiap orang miskin di negeri ini berharap kiriman amplop yang diantar staf khusus kepresidenan ke rumahnya. Jelas Presiden SBY tak punya banyak uang dari kantong pribadinya untuk membantu satu demi satu orang miskin di negeri ini. Yang kita harapkan adalah pemerintah menjalankan program pengentasan kemiskinan yang dikerjakan sungguh-sungguh, punya target capaian jelas dalam periode tertentu, dan bukan sekadar menyodorkan statistik yang meragukan mengenai angka kemiskinan di negeri ini.

Satu lagi harapan kami – agak melenceng dari kisah Tasripin – yakni jelang kenaikan harga BBM, pemerintah jangan lagi menjalankan program karitatif seperti Bantuan Langsung Tunai atau BLT yang hanya bersifat analgesic. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun