Mohon tunggu...
EcyEcy
EcyEcy Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Sejatinya belajar itu sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Menteri, Seperti Inikah yang Kau Mau?

10 Desember 2019   19:25 Diperbarui: 10 Desember 2019   19:55 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Mentri, Seperti Inikah yang Kau Mau?

Ganti Menteri ganti kebijakan itu sudah biasa. Tapi terobosan baru yang ditunggu adalah hal yang luar biasa. Terutama bagi guru yang terus dideru dengan setumpuk administrasi yang katanya perlu. 

Apalagi harus meninggalkan tugas dan fungsinya sebagai guru hanya karena tugas tambahan yang semakin berliku. Sekarang ditambah lagi dengan teknologi yang memburu. Guru harus melek teknologi karena itu. Guru oh guru, betapa berat bebanmu. Kalau Dilan merasa berat dengan rindu, kalau guru beratnya sampai ngilu ngilu linu.

Sebelum mengajar, guru harus membuat perangkat administrasi guru seperti Program tahunan, program semester, analisis Minggu efektif, analisis kompetensi inti dan dasar, silabus dan RPP dengan menulis tangan melulu. Bisa dibayangkan betapa lelahnya jari ini yang harus berjam jam memeluk pulpen dan buku untuk kelengkapan semua itu. 

Sekarang guru tinggal memanfaatkan perangkat komputer yang bisa menggantikan aktivitas menulis menjadi lebih menyenangkan. Minimal ada data yang dapat disimpan lebih lama di komputer dalam bentuk soft copy dari pada di buku. 

Sehingga tahun awal mengerjakannya saja yang agak sibuk. Setelah itu tinggal pembaharuan data yang dianggap sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang menjadi yang baru.

Seperti itu pula sekolahku. Mengikuti perkembangan yang ada. Penerapan kegiatan belajar mengajar yang berbasis IT sudah diterapkan sejak lama. Penggunaan program Microsoft office dalam pembuatan perangkat administrasi, proses belajar di kelas bahkan penilaian hingga rapotan sudah sangat membantu. 

Semua perlu waktu. Karena tidak semua guru bisa dan menguasai hal itu. Namun keinginan manajemen sekolah untuk menerapkan itu diikuti dengan memberikan In House Training pada guru betul betul membawa perubahan baru. Sekarang semua guru tak lagi menemui kesulitan yang berarti dalam kegiatan KBM berbasis IT.

Begitu pula dalam proses penilaian dan evaluasi. Kita tahu bahwa  proses pembelajaran selalu diakhiri dengan penilaian. Baik harian maupun penilaian tertentu seperti pertengahan semester dan akhir semester tiap tahunnya. Dulu menuliskan soal kemudian menyerahkan pada TU untuk diketikkan masih diampuni. 

Sekarang, tak ada kata maaf jika guru tak bisa mengetikkan soalnya satu satu. Bahkan In House Training dilaksanakan oleh sekolah demi mengajarkan pada semua guru agar tak gagap teknologi yang satu itu. 

Bisa membuat soal, membuat kisi kisi soal dan pedoman penskorannya, bisa melakukan penilaian dan bisa menganalisis soal yang dibuat satu persatu bahkan bisa menyerahkan nilai olahannya dengan rapi tanpa alasan babibu. Jika kami tak mengandalkan teknologi, tentu jemari ini akan rontok satu demi satu. Teknologilah yang membantu kami melengkapi semua itu.

Di era teknologi sekarang ini, tuntutan pemanfaatan teknologi untuk kepraktisan lebih digaungkan. Alhasil, beberapa guru yang masih bertahan dalam kebiasaan tradisional menulis dan menghitung sendiri nilai siswa menjadi semakin dipusingkan dengan munculnya aplikasi penilaian. 

Padahal aplikasi tersebut sangat membantu guru dalam melakukan penilaian sekali tapi hasilnya satu paket tanpa harus lembur mengerjakan dari pagi hingga ke pagi lagi. Karena itu kemauan untuk bisa menjadi modal utama selain keberanian mencoba. Dan kami di sekolah dibekali itu. Mau tak mau, kami harus berani mencoba sebab penerapan penilaian berbasis IT sudah diterapkan di sekolah kami.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dimulainya Penilaian Akhir Semester ganjil di sekolah kami kali ini yang berbasis aplikasi memaksa kami membuat soal berdasarkan ketentuan yang ada. Diketik, dicopy paste, diubah dalam format jpeg, di upload hingga dapat dibuka siswa dalam aplikasi CBT sangat menguras energi. 

Berminggu Minggu semua guru mata pelajaran mempersiapkan ini. Sekolah mengadakan In House Training agar semua guru kenal dan akhirnya paham bagaimana menggunakan aplikasi ini. 

Namun tak ada yang tak mungkin jika kita mau berusaha. Akhirnya hari ini hingga lima hari ke depan, sekolah kami melaksanakan ulangan berbasis IT. Bahkan Disdikpora Kabupaten mengapresiasi kenekatan sekolah kami. Bukan tanpa alasan, semua ini demi kemudahan dalam pengoreksian hasil kerja siswa dan memangkas waktunya yang bisa berhari hari menjadi secepat kedipan mata ini.

Pemerintah pun tak tinggal diam. Sekarang Kemendikbud pun sudah memfasilitasi pengolahan nilai rapot melalui sistem dapodik sekolah. ERapot namanya yang mana setiap guru hanya tinggal memasukkan nilai hasil evaluasi siswa selama proses belajar di semester ganjil ini dalam format yang telah disediakan. 

Selanjutnya ERapot yang mengolahnya hingga jadi nilai rapot lengkap dengan predikat dan deskripsinya. Sehingga setiap guru tak kesulitan lagi mengolah semua nilai yang ada. Bahkan para wali kelas tak perlu capek lagi memasukkan data dan nilai siswa. Sebab dengan ERapot, data dan nilai tinggal diambil dari data yang telah diinput guru mata pelajaran tadinya. Sehingga proesnya tak memakan waktu lama.

Tapi lagi lagi aplikasi ini akan menjadi ribet dan buat pusing kepala jika kita tak mengerti prosedurnya. Namun kenyataannya aplikasi ini jauh lebih praktis dari apa yang kita pikirkan sebelumnya. Oleh karena itulah, sekolah kami mulai merangkak sedikit demi sedikit dari tahun ajaran sebelumnya untuk belajar dan menerapkan ERapot ini. 

Dan sekarang setiap guru dan wali kelas sudah bisa tersenyum sambil mengatakan bye bye kepala pusing dan lembur semalaman. Sebab dengan ERapot, mengolah nilai dan pembuatan rapot menjadi lebih menyenangkan.

Terlintas sebuah kalimat dibenakku.

"Pak Mentri, seperti inikah yang kau mau?"

Saya rasa apa yang dikembangkan oleh Kemendikbud dan teknologi canggih ini merupakan terobosan baik demi kemudahan bagi guru untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam hal proses belajar dan evaluasi. Tak ada yang tak mungkin kalau kita mau berusaha. Yang pasti guru adalah sosok pembelajar.

Jadi sepintar apa pun guru, setinggi apa pun keilmuannya, tetap tak melupakan belajar. Sebab teknologi semakin maju. Dan semua guru pasti tak ingin tenggelam dalam teknologi yang semakin menderu. Sebab itulah lembaga terkait ikut berpartisipasi untuk mewujudkan kemudahan belajar mengajar melalui teknologi itu.

Salam hangat salam literasi😊🙏
Love and pece😁✌️
EcyEcy; Benuo Taka, 9 Desember 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun