Mohon tunggu...
Dwiki Setiyawan
Dwiki Setiyawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

#Blogger #Solo #Jakarta | Penyuka #Traveling #Sastra & #Politik Indonesia| Penggiat #MediaSosial; #EventOrganizer; #SEO; http://dwikisetiyawan.wordpress.com https://www.facebook.com/dwiki.setiyawan http://twitter.com/dwikis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kejanggalan-Kejanggalan Film 5 cm

4 Januari 2013   18:53 Diperbarui: 4 April 2017   18:24 106329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_218422" align="aligncenter" width="605" caption="Poster Film 5 cm (ceritamu.com)"][/caption]

Salah satu kelemahan film Indonesia yang diadaptasi dari novel, adalah kurangnya memperhatikan detail. Kejanggalan fatal scene film 5 cm juga masih berkutat pada terabaikannya detail. Begitu kita keluar dari gedung bioskop, barulah kita menyadari ada adegan-adegan film atau scene yang nyata-nyata tidak masuk akal!

Para kru film tersebut bisa saja berdalih, terabaikannya detail di film 5 cm lantaran tidak mungkin menuangkan gagasan utama dari sebuah novel 5 cm beratus-ratus halaman karya Donny Dhirgantoro ke dalam satu setengah hingga dua jam pertunjukan. Atau bisa juga mereka berkilah, adegan-adegan dari film 5 cm tersebut atau scene telah disunting sedemikian rupa. Dan masih ada seribu satu alasan yang akan mereka kemukakan menyangkut detail.

Sekurang-kurangnya saya mencatat 3 (tiga) kejanggalan fatal scene seusai menonton film 5 cm yang disutradarai Rizal Mantovani, dengan para pemeran: Herjunot Ali (Zafran), Raline Shah (Riani), Fedi Nuril (Genta), Igor Saykoji (Ian) dan Denny Sumargo (Arial) dan Pevita Perace (Dinda) sebagai berikut:

Pertama, adegan Ian berlari-lari mengejar ketinggalan kereta. Terkesan lebay getu. Soalnya kalau kita mengejar kereta di stasiun tidak perlu demi solidaritas teman. Masuk dari pintu gerbong belakang manapun --walau si kereta telah berjalan pelan-pelan-- niscaya nanti akan ketemu temannya. Masak ada beberapa gerbong melintas, si Ian musti mengejar teman-temanya yang menunggu harap-harap cemas yang ada di gerbong depan? Ia pun bisa meloncat di pintu belakang gerbong di mana teman-temannya berada... :)

Kedua, tertimpa reruntuhan bebatuan saat mendaki jelang puncak gunung. Ini adegan film yang tidak masuk akal. Melecehkan korps pencinta alam manapun. Padahal di scene film 5 cm sebelumnya, tertayang rombongan pendaki gunung lain yang juga tengah menuju puncak di depan rombongan Genta. Logikanya pula, di belakang rombongan Genta masih ada rombongan pendaki lainnya. Sekonyong-konyong, Genta dan kawan-kawan mendapat musibah terkena longsoran bebatuan. Sampai Ian pingsan, dan teman-temannya mengkhawatirkan keselamatan diri dia.

Aneh bin ajaib. Tidak ada satu pun rombongan pendaki gunung lain yang ikut menolongnya. Seolah-olah musibah tersebut terpusat pada diri mereka. Dengan kata lain, mereka berenam saja yang naik ke puncak gunung. Di belahan dunia manapun, korps pencinta alam umumnya, dan pendaki gunung khususnya terkenal dengan solidaritas pertemanan yang tinggi. Mereka akan bahu-membahu menolong sesama pendaki gunung yang mengalami musibah. Tidak peduli latar belakangnya.

Di film 5 cm, tidak mencuat spirit solidaritas antar sesama rombongan pendaki gunung. Kecuali adegan tatkala salah satu rombongan Genta meminta air, dan diberi satu botol minuman oleh rombongan lainnya. Soal inipun sesungguhnya juga janggal, mengingat biasanya rombongan pendaki gunung akan bertanya lebih dahulu sumber air terdekat yang ada.

Ketiga, orasi di puncak gunung Semeru atau Mahameru. Tatkala rombongan Genta mencapai puncak pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus, mereka menancapkan bendera dan melakukan upacara. Tak tahu asal muasalnya, sungguh aneh tiba-tiba sudah banyak pendaki gunung lain yang berkerumum. Terasa ganjil juga, Genta, Arial, Zafran, Riani, Ian dan Dinda berdiri ekslusif seolah-olah jadi rombongan utama. Yang lain hanya ikut-ikutan. Mustinya semua rombongan yang ada bercampur baur. Untuk menunjukkan semangat kebersamaan, persaudaraan antar sesama dan perasaan senasib sepenanggungan....

Lebih ajaib lagi, di puncak gunung Genta dan kawan-kawan berorasi tentang keindahan panorama tanah air. Sembari mengulang kalimat-kalimat mantra yang sudah diucapkan sebelumnya: "Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak berbuat dari biasanya, mata yang akan menatap lebih banyak dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Serta mulut yang akan selalu berdoa...." :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun