Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

(Ngawur) Melacak Jejak Sejarah Gaj Ahmada

18 Juni 2017   12:13 Diperbarui: 18 Juni 2017   12:30 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Katakanlah berita ini hoax semata, mencoba memahami sejarah dilihat dari kacamata generasi milenial yang terkerangkeng oleh cerita-cerita simpang siur, mana yang benar dan mana yang salah susah dibedakan. Saat ini antara sastrawan dan penulis yang waton nggambleh saja saling terjadi pembunuhan karakter. Yang nggambleh lebih populer daripada sastrawan yang mempertahankan ilmu klasik dengan teori  njelimet tapi pada akhirnya malah tidak terbaca oleh para pembaca  yang lebih menyukai artikel gendeng daripada artikel  waras.

Apalagi bila bicara sejarah, bicara  tentang jejak masa lalu dan serba neka  kehidupan yang memang  terpetak-petak dari satu masa ke masa, dari mazhab ke mazhab lain, dari bukti antropolog sahih yang seringkali sekarang dicibir karena hanya dianggap pemutarbalikkan fakta. Fata yang benar menjadi salah, yang salah dengan label  kitab suci dan keyakinan agama menjadi benar.

Saya lagi mikir benarkah Nabi Sulaiman itu yang membuat  candi Borobudur, dasar antropologinya darimana, bukti prasastinya darimana, lalu pakai ilmu apa sehingga Nabi (yang asalnya Timur Tengah) bisa mentatah batu, memasang batu-batu hingga membesar menjadi candi Borobudur yang terkenal sebagai salah satu warisan budaya Dunia(Reliefnya saja sudah menggambarkan budaya Budha dengan potret kehidupan masa itu).Kalau mikir lama lama menjadi gemblung, kentir, dan nggumun apakah saya ini masih manusia waras jika mempercayai berita-berita yang seakan-akan sah, benar menurut pemikiran cendikiawan medsos. A** itu saja yang keluar dari mulut saya.

Kalau suroboyoan bisa langsung ngumpat Diam*** . Sebenarnya siapakah sih yang sering mengekspos artikel-artikel  mbambung yang berani-beraninya menantang  fakta sejarah. Bayangkan saja Jika ternyata Gajah Mada itu ternyata seorang Muslim yang bernama asli Gaj Ahmada. Entah dia dari aliran wahabi atau syiah, itu bukan domain saya  nanti malah menjadi blunder karena saya tidak menguasai sama sekali ilmu agama. Tapi kenapa akhir- akhir ini banyak orang menjadi senang uthak athik gatuk, senang  mengulik sejarah, senang  mempermasalahkannya dan mengklaim sejarah menurut  "wudele dewe". Kalau sejarah akhirnya menjadi ruwet  dimana masyarakat awam lebih mempercayai mulut  pemuka agama daripada ahli sejarah, duh apakah bumi tidak semakin bulat tapi semakin peyok, atau malah semakin datar saja?

Semua ini awalnya adalah blunder Pemilukada DKI Jakarta. Sebuah generasi ngawuers yang memplintir apa saja demi heboh dan ribut seluruh kota. Semua ngoceh, semua jari membuat konser saling memaki dan membuat berita-berita yang benar menjadi hoax dan hoax menjadi sahih alias benar. Angka dikeramatkan, hari hari tertentu dijadikan gerakan, teror kata menyebar hingga memecah belah persaudaraan. Yang semula sahabat mendapat cap kafir karena beda agama, yang biasa main sama China kemudian diaseng-asengkan. Komunis yang  tidak bersuara kemudian dihidup-hidupkan lagi demi nyaringnya  persaingan dan kontestasi politik.

Orang menjadi bingung sebenarnya apa sih peranan agama, membuat tentram, damai, tenang dan menyejukkan atau malah membuat orang menjadi saling membenci, saling mencakar dan saling melotot.

 Di  bulan suci Ramadhan bagi orang Islam saja masih banyak yang tega membunuh, merampok, tawuran massal, saling menebarkan kebencian. Semakin hari manusia semakin ngawur dalam memandang hidup. Tidak lagi mempedulikan teman, tidak lagi respek  pada teman yang sedang serius menjalankan ibadah, malah bergosip nyinyir di media sosial. Woalah...elok tenan eh bocah gemblung!.

Ngawur. Betul kata Eyang  Merapi. Jamane pancen lagi jaman edan. Yang gila dan yang waras susah dibedakan. Yang benar dan tulus berjuang saja dibully dan dikatakan Komunis, antek China. Dan orang Arab yang  benar-benar paham agama dikatakan munafik dan sok sederhana. Hadeww... piye iki.

Banyak orang membela  ulama mati-matian, padahal ulama khan masih manusia tidak sama dengan Tuhan tapi kadang mereka menuhankan ulama dan mengabaikan kekuatan dan kebesaran Tuhan.  Sama juga dengan agama-agama lainnya masih sering mengkeramatkan benda yang terlihat dan akan mati- matian membelanya meskipun salah.

Era Pemelintiran

Suara suara di media sosial yang menggema hari-hari ini adalah pemelintiran sejarah. Ada artikel  yang menyatakan  Majapahit itu sebenarnya adalah kesultanan. Raden Wijaya Pendiri Majapahit aslinya adalah seorang Muslim dan Patih Gajah Mada itu aslinya bernama Syeh Gaj Ahmada. Pemelintiran sejarah itu benar-benar bikin mules perut. Banyak portal-portal berita begitu pintarnya menulis sehingga yang benar terlihat salah dan yang ngawur terbukti bisa dipertanggungjawabkan faktanya. Sekarang jika ditanyakan siapakah yang salah Ahok atau Buni Yani tidak akan yang bisa menebaknya dengan akurat. Tergantung siapa yang disurvey, siapa yang ditanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun