Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dunia yang Semakin Mendekati Gila

17 Februari 2018   23:39 Diperbarui: 18 Februari 2018   19:20 2599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
banyak kegilaan di dunia ini (jambi.tribunnews.com)

Ah peradaban kalau dipikir dalam-dalam bisa gila. Manusia terjebak oleh kegilaan-kegilaan baru. Bayangkan di Amerika dalam waktu berdekatan telah terjadi tragedi kemanusiaan memilukan. Bahkan hanya dilakukan oleh teroris yang mengancam dunia beberapa waktu ini tetapi juga psikopat, penderita kelelahan jiwa bahkan manusia cerdas yang notabene berbudaya tetapi terjebak dalam emosi yang menggelimpangkan rasa hingga akhirnya nekat mengakhiri hidup sohibnya, temannya, kekasihnya dan juga gurunya. 

Banyak terdengar juga orang tua kandung dengan tega membunuh anaknya sendiri karena stres akut tapi juga karena mereka terpapar imajinasi-imajinasi yang membutakan nurani, menumpulkan  perasaan.

Tercerabut dari akar budaya

Pendidikan sekarang ini mungkin adalah produk percepatan, instan. Dulu pendidikan itu memberi kesempatan anak berkembang secara wajar dengan tahab-tahap psikologis yang jelas. Pendidikan mengarahkan manusia memiliki pondasi kuat untuk menyusun pengetahuan demi pengetahuan sesuai dengan kemampuan manusia. Berkat proses pembangunan bertahap manusia bisa menghadapi badai masalah tanpa perlu panik. Ia menghadapi dengan wajar, tidak lantas berteriak-teriak  histeris . 

Stres karena masalah dihadapi dengan nyaman sehingga berbagai permasalahan bisa dipecahkan. Sekarang banyak manusia terjebak depresi, mengidap dua kepribadian. Pada suatu waktu ia tengah terkena sindrom euforia, kebahagiaan memuncak sehingga perlu datang ke tempat dugem, atau kafe merayakan kegembiraan sesaat, tidak seberapa lama tiba-tiba jiwanya kalut, berteriak-teriak histeris seakan-akan ialah yang paling menderita sedunia.

Banyak manusia telah tercerabut dari akar budayanya, ia tidak lagi memahami laku sebagai manusia meresapi segala tantangan hidup. Ia terjebak dalam euforia kebahagiaan dan merayakan dengan berlebihan sementara saat kecewa, sedih, marah ia terjebak dalam luapan emosi membandang, hingga kesetanan dan akhirnya tidak bisa mengendalikan diri. Ia bisa menjadi pembunuh berdarah dingin. Manusia dengan kepribadian ganda. Padahal jika jiwanya diberi pupuk budaya, entah dengan menikmati seni, melukis, membuat puisi, mengendapkan kemarahan dengan menulis bisa jadi ia akan tetap waras.

Radhar Panca Dahana seorang budayawan bahkan bingung menjawab  Di mana kebudayaan itu, kebudayaan kita (Indonesia). Pada hakikatnya kebudayaan itu adalah dimensi (esen)isi yang semestinya ada  dan membentuk apa yang disebut  dengan"Bangsa". (Opini Kompas, Sabtu 17 Februari 2018).Radhar amat pesimis jika bicara tentang kebudayaan yang seharusnya  menjadi pondasi kehidupan bangsa yang berkarakter. Bahkan  Radhar menggambarkan bahwa  bangsa ini tengah dalam situasi kritis bahkan bisa dikatakan absurd.

Dunia yang semakin Gila

Pada halaman Utama Koran Kompas Sabtu 17 Februari 2018 ditampilkan fakta penembakan di AS setahun terakhir. 26 Maret 2017 di Ohio Cornel Beckley (17) dan Deodrey Davis (29) mengamuk di kelab malam dengan korban 1 orang. Berturut turut kemudian 10 April 2017 di California tersangkanya Cedric Anderson (53) memakan korban dua orang , lebih parah di Las Vegas Saat ada festival music Seorang yang cukup tua Stephen Craig Paddock (64) lebih sadis lagi korban kebiadabannya berjumlah 50 orang. Devin Patrick Kelley menyasar gereja dan korban bergelimpangan 26 orang. 

Peristiwa terakhir adalah di Kentucky seorang pelajar mengamuk dan memakan korban 2 orang pelajar dan di florida Lokasi sekolah menengah dengan tersangka Nikolas Cruz memakan korban 17 orang. Itu baru yang terjadi di Amerika. Di Indonesia Kabar terakhir adalah peristiwa  di Gereja Santa Lidwina (mBedog) Gamping Jogjakarta dan Seorang Ulama Jawa timur yang dianiaya seseorang. Masih banyak bahkan mungkin beratus ratus peristiwa terjadi  akibat kedegilan manusia dan kejiwaan yang terluka.

peristiwa penyerangan di gereja Lidwina Jogja (tribunnews.com)
peristiwa penyerangan di gereja Lidwina Jogja (tribunnews.com)
Dunia semakin gila. Bahkan agama tidak berdaya  membendung kegilaan-kegilaan manusia.Mungkin sebagai introspeksi anda, saya dan pembaca lainnya pernah merasakan hsiteria kejiwaan itu mengingat banyaknya masalah yang ada di sekitar,  di keluarga, kehidupan rumah tangga dan beban hidup yang semakin berat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun