Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Liverpool Juara, Hadiah Berkesan dari Der Panzer

29 Juni 2020   15:00 Diperbarui: 30 Juni 2020   09:21 6257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image https://www.nationalwaves-ng.com/

Skema ini juga mampu menjadi trend setter di Liga Inggris, setelah  Juergen Klop menerapkan skema counter pressing di Liverpool, tim seperti MU, Manchester City, Chelsea, Totenham Hotspur dan Southampton juga sudah mulai mengikuti gaya permainan ini.

Di Liga Jerman, pertemuan antara Bayern Muenchennya Pep Guardiola dengan Borusia Dortmund yang dilatih oleh Klop sangat ditunggu oleh para penggemar, pertemuan ini ibarat pembuktian skema mana yang terhebat. Antara tiki taka versus gegen pressing dan ball possesion versus counter pressing.

Pada musim perdana Klop di Liga Inggris, Liverpool menjelma menjadi lawan yang alot bagi rival-rivalnya di Liga Inggris.  Memang di musim ini, Liverpool belum bisa berbuat banyak, satu hal karena pemain -pemain yang ada memang bukan pilihan Klop, sehingga belum mengadaptasi sepenuhnya skema gegen pressing.

Disamping itu juga, skema gegen pressing ini memang sangat menguras stamina. Hal ini terlihat dari  perjalanan Liverpool yang tersendat di akhir musim 2015/2016.  Di  Borusia Dortmund  sendiri, di 2 musim terakhirnya Klop, skema gegen pressing menjadi bumerang akibat kelelahan yang mendera pemain dan juga banyaknya pemain bintang yang dijual oleh tim ini.

Setelah beradaptasi di musim perdananya, pada musim berikutnya Liverpool sudah menjelma menjadi monster di Liga Inggris maupun di Eropa.

Tim ini mampu menyulitkan tim manapun di planet ini, moncernya skema ini karena sudah menyatu dengan Liverpool ditambah lagi strategi pembelian pemain yang tepat. Juergen Klop seperti menemukan kepingan Puzzle yang hilang ketika mendatangkan Van Dijk, Salah, Matip, Salah dan Allison.

Meskipun mereka bukan pemain kelas I, tetapi kedatangan mereka ke Liverpool melengkapi apa yang dibutuhkan oleh Klop. Belajar dari musim sebelumnya, Klop juga melakukan evolusi taktik, di musim ini Liverpool tidak memaksakan lagi melakukan counter pressing di sepanjang pertandingan.

Di samping itu Liverpool berubah menjadi lebih oportunis, mereka lebih mementingkan kemenangan dibanding keindahan permainan.

Musim 2019/2020 adalah musim yang sempurna buat Liverpool, mereka cuma sekali kalah dari Watford. Pep Guardiola saja sudah megibarkan bendera putih sebelum musim berakhir, ketika menghadapi Chelsea, Pep memilih melakukan rotasi pemain untuk persiapan pertandingan FA Cup. 

Liverpool di bawah Klop juga sudah menjadi tim yang mempunyai mental juara, meskipun mereka bermain buruk dan dilanda badai cidera mereka tetap berusaha meraih kemenangan. Meskipun sudah juara, di musim ini  Liverpool belum diperkenankan menginjak rem, karena perjuangan tim ini masih berlanjut di Liga Champion. 

Proses memang tidak pernah mengkhianati hasil, setelah 30 Tahun gonta ganti pelatih dan pemain akhirnya fans The Reds dapat berdiri dengan bangga disamping Fans The Red Devil sebagai tim dengan koleksi gelar juara liga Inggris terbanyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun