Mohon tunggu...
Don Zakiyamani
Don Zakiyamani Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi Senja

personal web https://www.donzakiyamani.co.id Wa: 081360360345

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memaafkan Diri Sendiri

22 Mei 2020   21:55 Diperbarui: 22 Mei 2020   21:48 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama seorang teman selepas salat Idul Fitri di masjid / dok. Ig

Ramadan selesai. Kita memasuki bulan Syawal. Bulan saling memaafkan dengan sesama. Menuju kesucian sejati, bersih lahir dan batin. Sukses meraih ketakwaan yang akan diuji 11 bulan kemudian. Apakah kita benar-benar takwa atau pura-pura. Dan Ramadan tahun ini cobaan lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Korona penyebabnya. 

Setelah sukses menjalin hubungan dengan Allah Swt. melalui beragam ibadah, kita wajib sukses menjalin hubungan dengan sesama. Dalam sebuah hadis yang populer disebutkan, tidak akan masuk surga orang-orang yang memutuskan silaturahmi. Ini maknanya, silaturahmi bukan perkara biasa. Meski ibadah bermilyaran namun Hablum Minannas kita buruk, maka peluang takwa pun dapat lenyap. 

Hubungan vertikal dan horizontal hendaknya sejalan. Melalui konsep itulah, Islam mengajarkan umatnya agar dapat saling memaafkan setelah puasa dilaksanakan. Proses memaafkan kesalahan orang lain tidaklah semudah dituliskan maupun diucapkan. Bahkan kita sulit memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang pernah kita lakukan. Akibatnya, kita pun sulit memaafkan orang lain apabila melakukan kesalahan yang sama dengan kita.

Karenanya, memaafkan diri sendiri merupakan permulaan. Setelah itu barulah kita akan sukses memaafkan orang dengan ikhlas. Kerap kita saksikan orang-orang seolah saling memaafkan, apalagi bila dilakukan di depan publik. Namun faktanya, mereka hanya bersandiwara di depan publik. Itulah mengapa nyaris setiap tahun kita terus melakukan perulangan peristiwa saling memaafkan. Seolah-olah kita melakukan kesalahan yang sama.

Tahun mudik dilarang, beberapa orang hanya bisa saling memaafkan melalui media. Sejatinya sejak media sosial hadir, kegiatan silaturahmi virtual maupun tulisan sudah dilakukan manusia. Setiap tahun kita pasti menerima SMS, pesan singkat, melalui media sosial dari kerabat maupun teman. Bahkan, ada di antara kita yang mengolok-olok, atau meremehkan pesan-pesan tersebut. Barangkali dianggap tidak serius atau apa, padahal kita tidak tahu, apakah pesan itu benar-benar tulus atau tidak.

Lalu bagaimana saling memaafkan bagi mereka yang tak mudik?. Sejatinya, tetangga merupakan keluarga terdekat. Sebaiknya saling memaafkan dan saling mengunjungi. Saya  setiap tahun bila berada di kampung halaman melakukan itu, selain berkunjung ke rumah kakak atau abang serta orang-orang yang dituakan.

Agar kita dapat menghayati proses saling memaafkan dengan sesama, saya menyarankan sebaiknya dimulai dengan memaafkan diri sendiri. Tujuannya agar kita ikhlas meminta maaf dan memberi maaf pada orang lain. 

Kita sebagai manusia pastilah penuh dengan kesalahan, dan memaafkan diri sendiri itu penting agar kita dapat mengikhlaskan diri terhadap kesalahan orang lain. Mohon maaf lahir dan batin kepada seluruh Kompasianer apabila ada tulisan saya kurang berkenan. Mari maafkan diri sendiri dan orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun