Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Tips Siap Mudik dengan Kendaraan Pribadi

21 Mei 2017   21:27 Diperbarui: 21 Mei 2017   21:34 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Mudik sudah merupakan ritual yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Sayasendiri dari kecil hingga saat ini merupakan penganut setia ritual tersebut dan hampir tiap tahun selalu mudik ke kampung halaman. Setiap mudik saya selalu menggunakan moda angkutan mobil pribadi karena selain lebih nyaman juga sekalian liburan setelah usai berlebaran. Terkadang liburannya bahkan lebih panjang dari waktu mudiknya karena berkeliling pulau Jawa.

Mudik dengan kendaraan pribadi memerlukan strategi tersendiri agar tidak terjebak macet seperti di Brexit tahun lalu. Strategi yang biasa saya pakai saat hendak mudik antara lain:

1. Berangkat H-3 atau H+0 setelah Sholat Ied

Untuk menghindari macet menjelang hari raya, sebaiknya berangkat sebelum H-3, atau malah selepas sholat Ied di dekat rumah. Biasanya banyak orang berangkat pada H-2 hingga menjelang malam takbiran, jadi dapat dipastikan jalanan bakal macet total. Demikian pula pada siang hari setelah sholat Ied kondisi jalan kembali macet karena banyak juga orang berangkat setelah pukul 9 pagi pada hari H. Semenjak berkeluarga, saya lebih sering berangkat tepat selepas sholat Ied untuk menghindari macet, dengan terlebih dahulu sarapan sebelum sholat karena memang disunahkan setelah berpuasa sebulan penuh. Untuk kondisi sekarang dengan pertumbuhan kendaraan yang semakin meningkat, sebaiknya pada pertengahan bulan puasa kita bisa menitipkan kendaraan pribadi di kampung, kemudian pas menjelang lebaran naik angkutan umum bersama keluarga. Apalagi sekarang banyak program mudik gratis yang dikoordinir oleh Kementerian Perhubungan, jadi lebih mudah mudik menggunakan transportasi umum.

2. Memetakan sebanyak mungkin jalan alternatif

Sebelum ada jalan tol Cipularang dan tol Cipali, saya lebih sering memilihjalan alternatif saat menuju ke Bandung atau Pantura seperti tulisan saya terdahulu di sini. Untuk ke Pantura saya biasa gunakan keluar tol Cikampeklalu menuju Wanayasa (Purwakarta) - Jalan Cagak (Subang), dari sini bisa kearah Bandung lewat Lembang, atau terus ke Pantura melalui Tanjung Siang ke arah Sumedang. Dari Sumedang bisa ke arah Kadipaten - Jatiwangi - Tol Kanci, atau kearah Wado - Bantarujeg - Kuningan - Tol Kanci.

Setelah tol Cipularang dan Cipali dibuka, volume lalu lintas Jakarta - Cikampek semakin padat dan timbul kemacetan sejak Jatiasih hingga pintu tol Cikarang. Saya lebih memilih keluar Jatiasih menuju ke arah Kalimalang, mengikutialiran sungai hingga ke Cikarang, bahkan hingga Karawang atau Cikampek lewat jalan Pantura lama yang terkadang malah lebih lengang daripada jalan tol. Setelah masuk tol dari Cikarang atau Karawang Barat, perjalanan dilanjutkan hingga Bandung lewat Cipularang. Saya masuk Bandung melalui tol Moh Toha karena relatif lancar ketimbang keluar Pasteur, Kopo, atau Buah Batu. Bila ke arah timur, untuk mengantisipasi Brexit saya memilih keluar Pejagan ke arah Ketanggungan, lalu lewat Slawi kembali ke arah kota Tegal menuju Pekalongan. Bila tol Pemalang sudah dibuka, sebaiknya cek Google Maps, apabila padat keluar Brebes lalu lewat jalan pantura biasa hingga Pekalongan.

Rajin-rajin buka Google Maps untuk memilih jalan alternatif bila jalan utama tampak merah, apalagi merah tua, dapat dipastikan macet total. Tapi perlu berhati-hati juga dengan mencek peta satelitnya, jangansampai tampak di peta ada jalan, ternyata ujungnya buntu. Untuk mengenali jalanitu tembus atau tidak, lihat tingkat keramaiannya. Kalau semakin sepi padahalmenjelang lebaran, hati-hati bisa jadi itu jalan kampung dan tidak tembus kemana-mana.

3. Isi penuh bahan bakar dan perbekalan

Perjalanan jauh terutama ke arah timur akan memakan waktu lebih dari 12 jam mengemudi. Untuk kendaraan pribadi biasanya tanki penuh sekitar 40 - 50 liter dengan jarak jelajah normal bisa mencapai 350 - 400 Km. Bila macet tentu akan memakan bahan bakar lebih banyak lagi sehingga jarak jelajah menjadi berkurang sekitar 250 - 300 Km. Jadi isilah penuh tangki bahan bakar sebelum berangkat, dan diperkirakan sekitar Brebes - Pemalang kita bakal isi bahan bakar lagi bila melalui pantura. Demikian pula bekal minuman dan makanan ringan perlu dipersiapkan agar tidak kelaparan di jalan. Setelah 8 jam jalan atau bila panas terik sebaiknya tiap 3-4 jam mobil berisitirahat dulu untuk mengurangi panas mesin dan ban, karena saya pernah mengalami pecah ban karena terlalu panas di jalan tol setelah 3 jam berjalan di tengah teriknya matahari. Ingat, jangan menunggu nyaris habis baru mengisi bahan bakar, sebaiknya saat tinggal setengah kita isi penuh lagi, khawatir pasokan BBM terhambat atau habis di SPBU yang akan kita tuju.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun