Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Memandang Wabah Corona dari Kacamata Wawasan Nusantara

31 Mei 2020   10:55 Diperbarui: 31 Mei 2020   10:51 33780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawasan Nusantara (Sumber: dosenpendidikan.com)

Bahkan para pengusaha mengancam kalau sampai bulan Juni masih diberlakukan, mereka tak sanggup lagi untuk menghidupi karyawan yang masih tersisa. Dampaknya pengangguran meningkat yang berpotensi pada peningkatan kriminalitas.

Dari sisi ekonomi global, kita dibuat terperangkap oleh hutang yang semakin menggila karena seretnya pendapatan negara akibat lesunya kegiatan ekonomi. Walau jumlahnya masih sepertiga dari PDB, namun hutang tetaplah hutang yang harus dibayar. Perangkap hutang inilah yang harus diwaspadai karena bila terus menerus berhutang lama kelamaan negara akan tergadaikan kepada pihak pemberi hutang.

Dari aspek sosial budaya, kebijakan social dan physical distancing justru membuat masyarakat menjadi saling curiga satu sama lain. Manusia dianggap sebagai pembawa penyakit bahkan ketika sudah meninggal sekalipun. Jadi wabah ini secara langsung merenggangkan hubungan antar manusia secara fisik karena tidak ada satupun orang yang ingin tertular, padahal belum terbukti manusia tersebut membawa penyakit. 

Media arus utama dan medsos yang semakin tak terkendali memberitakan ketakutan juga turut memperparah keadaan dan meningkatkan rasa saling tak percaya antar warga negara. Padahal ketakutan adalah salah satu penyebab turunnya imunitas tubuh yang berpotensi menimbulkan penyakit. Apakah ini sebuah kesengajaan agar virus corona semakin cepat masuk ke dalam tubuh yang lemah imunnya, itulah ancaman yang sebenarnya. Lalu hoax yang bertebaran juga turut memicu pertentangan dua kubu yang sudah lahir dari masa pilpres dan tetap abadi hingga hari ini.

Pertengkaran di medsos yang sudah dimulai sejak pilpres 2014 hingga saat ini masih berlangsung, bahkan gara-gara corona menjadi terpecah lagi antara yang optimis dengan yang masih ketakutan. Lucunya ada cebong yang bergabung dengan tim optimis, ada pula yang bergabung dengan tim ketakutan, demikian pula dengan kadrun ada di dua kubu tersebut. Jadi peta pertengkarannya semakin rumit karena dua-duanya ada di dua pihak yang bertentangan.

Dari aspek pertahanan keamanan jelas, kebijakan membebaskan tahanan malah berbalik meningkatkan jumlah kriminalitas. Apalagi ditambah semakin banyaknya orang kelaparan membuat segala cara dilakukan termasuk berbuat kejahatan demi mengisi perut yang lapar. Ingat, selama perut masih kosong apa saja bisa dilakukan termasuk berbuat kejahatan.

Semakin banyak orang lapar akan berpotensi menyebabkan chaos seperti yang terjadi di Amerika dua hari terakhir. Kematian satu orang akibat ulah aparat yang arogan dan rasis menyulut kerusuhan di seantero Amerika yang masih dalam suasana lockdown. Tentu kita tak ingin kejadian seperti itu terulang di negeri ini.

Belum lagi aspek kejahatan siber atau cyber crime karena semakin lama orang di rumah semakin mengandalkan teknologi internet untuk berinteraksi dan bertransaksi. Data dan informasi yang disampaikan lewat internet berpotensi bocor dan dimanfaatkan pihak yang tak bertanggung jawab, termasuk rekening di bank yang tiba-tiba bisa berpindah ke rekening orang lain.

Terakhir, bila situasi semakin tidak jelas, aspek politik semakin goyah dengan banyaknya penumpang gelap yang memanfaatkan isu wabah corona untuk kepentingan politik jangka pendek. Dimulai dari sekedar mengkritisi kebijakan pemerintah yang selalu salah hingga berujung pada pemakzulan pemerintahan yang sah di tengah jalan. Hal ini bisa terjadi apabila penanganan wabah tidak segera tuntas dan masyarakat semakin tidak puas atas kinerja pemerintah.

* * * *

Dari peristiwa pandemi corona, kita bisa memahami betapa pentingnya wawasan nusantara dalam pengambilan sebuah kebijakan. Setiap kebijakan yang diambil haruslah komprehensif, memandang dari berbagai aspek poleksosbudhankam tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun