Mohon tunggu...
Dimas Istanto
Dimas Istanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ribetnya Menikah di Indonesia

9 Desember 2016   10:18 Diperbarui: 9 Desember 2016   15:31 1822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via tiaraundangan.com

Baiklah sebagaimana yang diketahui dalam ajaran Agama (dalam hal ini saya seorang muslim) untuk menghalalkan seseorang yang sudah menjadi calon pasangan hidup kita adalah melalui sebuah prosesi yang dinamakan pernikahan (baca : akad nikah dan resepsi) tetapi seperti yang bagaimana kita bisa saksikan dalam kehidupan bermasyarakat di Tanah Air, apakah kita bisa melihat bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sederhana? apakah pernikahan adalah sesuatu yang mudah diwujudkan jika kriterianya hanyalah kesiapan mental dan keyakinan dari pasangan itu sendiri untuk berdua memulai hidup yang baru? Tetapi faktanya banyak pasangan yang (terpaksa) harus berlama-lama mempersiapkan pernikahannya karena beberapa hal.

1. Orang Tua

Saya memang tidak mengadakan survey, tetapi dari apa yang saya temukan dari teman-teman saya yang memang sudah merencanakan pernikahan, meraka hanya ingin pernikahan yang sederhana, hanya keluarga inti, saudara dekat, dan juga kawan karib. Bagi anda yang sudah menikah silahkan jawab, berapa dari tamu undangan di pernikahan anda yang benar-benar anda kenal? Katakanlah dari 1000 undangan yang disebar, berapa dari nama-nama tersebut yang memang anda berdua sebagai pasangan yang ingin menikah dimasukkan sebagai daftar undangan?

Sisanya bisa dipastikan itu adalah daftar tamu yang diatur oleh orang tua, entah itu mungkin teman kantor nya Ibu, atau mantan SMA nya Ayah. Belum lagi permintaan orang tua yang seringkali menginginkan sebuah hajatan yang bahkan tidak seribet dibayangkan pasangan yang akan menikah. Ribet? iya, tambah biaya? pasti.

2. Adat

Sebuah pernikahan, apalagi yang terjadi di Indonesia memang tidak bisa lepas dari sesuatu yang namanya adat istiadat. Keragaman suku, tradisi, dan budaya menciptakan pernikahan tidak sesederhana ijab kabul, ramah-tamah, selesai. Kita tidak perlu mengambil contoh tradisi pernikahan di Indonesia dari salah satu keragaman budaya yang kita miliki, karena secara dominan dari yang bisa kita lihat prosesi adat mulai dari sebelum, saat, dan setelah pernikahan itu. Silakan bayangkan sendiri. 

3. Lokasi dan Katering

Terutama bagi anda yang tinggal di kota besar, sudah menjadi anggapan umum bahwa, Tanggal pernikahan adalah tanggal dimana tempat pernikahan tidak full booked. Sudah tentukan tanggal, begitu ingin booking ternyata tempatnya sudah full booked, padahal masih H-6 bulan bahkan H-1 tahun. Ganti tempat, tempatnya tidak cocok, mungkin jauh, macet, tidak strategis atau rawan gusuran. Begitu anda mendapatkan tempat pengganti yang cocok ternyata katering nya harus sepaket, padahal anda sudah punya rencana sendiri jasa katering yang ingin digunakan karena memang sudah cocok atau terbukti. Sudah mulai pusing ? nanti dulu belum selesai.

http://maheswaricatering.com/
http://maheswaricatering.com/
4. Biaya

Mulai dari jumlah undangan (baik yang diundang maupun yang siluman dan juga titipan orang tua) , prosesi adat, sewa tempat, katering, mas kawin, seserahan, jujuran, tata rias, dan entah apa lagi, apa buntut dari semua hal itu ? ya tentu saja biaya yang membengkak. Dengan mengakomodasi semua hal itu, sebuah prosesi pernikahan dengan 500 undangan pun bisa menghabiskan minimal 150 juta Rupiah.

Anda harus mengeluarkan 150 juta, uang yang anda tabung bertahun-tahun dengan bertahan hidup di tanggal tua dengan air putih dan obat maag hanya untuk dihabiskan dalam waktu singkat. "kamu gak harus kok nikah ribet-ribet, yang sederhana aja ga bakal sampe mahal-mahal banget kok" kata seorang teman, tapi apakah banyak orang yang bisa ataupun mau melakukan hal itu ? Tidak juga, karena...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun