Mohon tunggu...
Dinda Kirana
Dinda Kirana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Golkar Harus Fokus untuk Menghadapi Tahun Politik ke Depan

27 Mei 2016   15:51 Diperbarui: 27 Mei 2016   16:08 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai Golkar berhasil keluar dari persoalan politik yang menderanya selama hampir dua tahun akibat konflik kepengurusan dan perpecahan internal ditubuh partai berlambang Beringin tersebut. Hal ini usai dipilihnya Setya Novanto menjadi ketua umum dalam formu Muasyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang berlangsung di Nusa Dua Bali pecan lalu.

Penyelenggaraan Munaslub yang rekonsiliatif dan konsolidatif itu sendiri dinilai sebagai suksesi partai politik yang paling demokratis dan merupakan sebuah terobosan politik baru yang dilakukan oleh partai yang identik dengan warna kuning ini. Hal-hal yang dianggap sebagai sebuah konstruksi baru dalam berdemokrasi bagi partai politik di Indonesia adalah diadakannya debat dan kampanye terbuka bagi para calon kandidat ketua umum partai tersebut, yang kemudian debat itu disiarkan langsung lewat media televise nasional bergengsi di Indonesia. Selain itu, pada proses pelaksanaannya, Partai Golkar juga membentuk sebuah Komite khusus dalam membantu mengawal dan mengevaluasi segala proses politik yang dilakukan oleh baik panitia pengarah dan lebih khusus yang dilakukan oleh para kandidat.

Komite yang dimaksud melakukan monitoring politik, melihat segala bentuk penyimpangan etika dan moral, serta politik transaksional dan segala hal yang bertentangan dengan aturan manin partai serta UU yang berlaku di negera Republik Indonesia. Komite ini juga memiliki wewenangan, selain mengevaluasi, emngawasi dan memantau jalannya proses rekonsoliasi tersebut, juga berwenangan untuk mengadili, menyidangkan dan memberikan sanksi bagi siapa yang dianggap melakukan pelanggaran tersebut.

Atas keberhasilan dan kesuksesan proses rekonsiliasi tersebut, menjadi poin positif bagi partai yang mengalami pelemahana elektorat politik ini, setidaknya hal yang dilakuakn partai Golkar selama proses rekonsiliasi tersebut memberikan pengaruh positif bagi jalan dan hadirnya kembali kepercayaan rakyat terhadap Golkar. Dengan demikian, nilai-nilai positif ini haruslah dapat dikembangkan dan maksimalkan kembali dengan kerja dan pengelolaan partai yang baik, jika tidak maka bisa dipastikan dalam Pilkada dan juga Pilpres kedepan Golkar akan jauh ketertinggalan.

Untuk itu, pasca Munaslub, Partai Golkar dan khususnya ketua umum yang baru, haruslah fokus pada soal-soal yang prinsip tersebut. Soal bagiamana mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap partai Golkar, meningkatkan elektabilitas partai yang mengalami kemerosotan, mengembalikan kejayaan partai, menjadikan Golkar sabagi partai pemenang dan partai yang konsen terhadap pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

Apa yang saya sebut sebagai hal yang prinsipil di atas merupakan persoalan mendasar bagi segenap partai politik, yang harus diperhatikan dengan baik, apa lagi bagi partai Golkar yang mengalami keterpurukan. Hal ini sebagai upaya persiapan untuk mengahadpi tahun-tahun politik kedepan. Karena kita tahun, tahun 2017 merupakan tahun Pilkada Serentak tahap dua, tentu calon-calon kepala daerah yang diusung Golkar sudah harus dipersiapkan secara matang dan terstruktur, belum lagi pada tahun 2018 juga disambul dengan Pileg dan 2019 dihadapkan dengan puncak tahun politik yaitu Pilpres.

Partai Golkar, sekali lagi haruslah mulai fokus pada hal-hal ini, mempersiapkan diri secara maksimal untuk menghadapinya, dengan program kerja, kebijakan, strategi, visi dan misi serta gerakan-gerakan advokasi sosial kebnagsaan lainnya dalam rangka memperjuangakn aspirasi rakyat Indonesia.

Ketua umum Golkar Settya Novanto, juga tidak harus menyibukkan diri dengan hal-hal politik praktis yang tidak substansial dalam memperbaiki partai Golkar, tidak substansi untuk sebuah rekonsiliasi dan konsolidasi. Yaitu menyibukkan diri dengan soal dukung mendukung pemerintah, menyeret Golkar pada pusaran kepentingan yang sifatnya pragmatis dan transaksional, yang bisa saja menggiring Golkar pada sentiment politik antar kader, sebab urusan internal belum selesai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun