Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalinan Kasih KJog di Panti Asuhan Bina Siwi

26 Maret 2020   12:52 Diperbarui: 26 Maret 2020   13:02 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teman-teman Bina Siwi bersama KJog -pic:riana dewi

Sempat terbersit keraguan setelah membaca berita tentang kondisi terakhir penyebaran virus Corona, saat itu saya berniat membatalkan keikutsertaan saya dalam Event KJog Donasi di Panti Asuhan Bina Siwi, Yogyakarta. Tetapi sebuah pesan singkat berasal dari wag memberitahukan bahwa pihak Panti Asuhan bisa menerima kami. Yang membuat saya lebih lega adalah Panti Asuhan sudah disemprot disinfektan oleh pemerintah setempat. Akhirnya kami sepakat untuk penyerahan donasi diserahkan secara singkat dan seperlunya. Ya, akhirnya Minggu pagi itu saya memutuskan untuk bergabung dengan teman-teman KJog ke Panti Asuhan Bina Siwi.

Ki-ka: Mba Nina (Sedekah Nabung), mba Retno (Kjog), Ibu Yanti (Panti Asuhan Bina Siwi)
Ki-ka: Mba Nina (Sedekah Nabung), mba Retno (Kjog), Ibu Yanti (Panti Asuhan Bina Siwi)

Kira-kira 30 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi dari pusat kota Yogyakarta. Suasana pedesaan nan asri masih terasa di sepanjang jalan memasuki daerah di mana Panti Asuhan ini berada. Secara administrative lokasinya tepat berada di Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Memasuki sebuah gang, saya lihat ada 5 anak yang berdiri di depan pagar. Wah benar rupanya mereka sedang menunggu kedatangan kami. Ada perasaan "aneh" yang susah dijelaskan, terasa ketika pertama kali bertemu dengan teman-teman ini. "Entahlah. Ah,mungkin hanya perasaan tidak enak hati.  Semoga saja mereka tidak terlalu lama berdiri menunggu kami", kata saya dalam hati.

Teman-teman Bina Siwi, gotong royong membongkar donasi
Teman-teman Bina Siwi, gotong royong membongkar donasi

Selepas memarkirkan mobil, anak-anak yang lain ikut berhamburan keluar dari arah dalam Panti.  Saya menghirup sejenak oksigen sebanyak-banyaknya, rasanya paru-paru saya kembali terisi penuh, segar sekali. Hamparan sawah hijau di sisi kanan Panti dan semilir angin sejuk, ditambah senyum dan tawa teman-teman saat saya beradu tatap mata dengan mereka.

Sedikit iri saya dengan keceriaan yang terpancar dari binar mata mereka. Tiba-tiba saya dikagetkan dengan sengolan tangan seorang anak berkaus merah. Dia dengan senyum lebar dia mengulurkan tangannya. Saya hendak membalas uluran tangannya seketika saya tersadar oleh teriakan temannya dalam bahasa Jawa "Hei, ojo salaman (Hei, Jangan salaman)". Salah seorang temannya mengingatkan. Dengan senyum malu-malu pula si kaus merah menarik tangannya. Saya membalas senyumannya, tapi saya lupa akan sesuatu, masker. Woalah, dia tidak pernah bisa melihat senyum saya dari tadi. 

Kata sambutan dari Ibu Yanti - pic: riana dewi
Kata sambutan dari Ibu Yanti - pic: riana dewi

Teman-teman yang berada di Panti Asuhan Bina Siwi ini memiliki cerita dan kondisi yang berbeda-beda, sebagian besar adalah anak berkebutuhan khusus. Nah anak berkaus merah yang menyapa saya tadi ternyata bernama Fauzi ini adalah salah satu anak berkebutuhan khusus (down syndrome). "Di tengah kondisi seperti ini (Virus Corona) anak berkebutuhan khusus seperti mereka memiliki tantangan lebih berat karena imun mereka tidak sebagus dibandingkan kita yang normal ini, mereka lebih rentan", kata Ibu Yanti salah seorang mengurus Panti.  Jadi itulah mengapa saya sedari tadi tidak pernah melepaskan masker dan benar-benar menjaga untuk tidak bersalaman dengan mereka. 

Kecerian teman-teman Bina Siwi
Kecerian teman-teman Bina Siwi

Setelah selesai menurunkan barang donasi, ibu Yanti mengajak kami ke aula Panti. Di depan saya ada beberapa gamelan, wah saya pikir seandaianya tidak ada si Corona ini pasti saat ini kami sudah menyaksikan performance mereka menabuh gamelan, menyanyikan lagu-lagu dan menari. Kami berkumpul di aula, duduk setengah lingkaran. Ibu Yanti mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kunjungan kami.

Dengar bisik-bisik dari mbak Nina, pengagas Sedekah Nabung yang digandeng oleh KJog di event donasi kali ini, teman-teman di sini sangat senang dan bangga ketika bisa tampil mempertunjukkan kepiawaian mereka perform  di panggung. Kadang memainkan gamelan, kadang hadroh, menyanyi atau menari. "Ada rasa bangga ketika mereka tampil, jadi saat ini mereka pasti merasa sedih karena tidak bisa pentas seperti biasanya." lanjut mbak Nina bercerita. Maklum saja mbak Nina ini sudah sering melakukan donasi di sini melalui kegiatan Sedekah Nabung yang digagasnya.

Ibu Yanti bersama teman-teman Bina Siwi
Ibu Yanti bersama teman-teman Bina Siwi

Untuk mengobati kerinduan mereka kami mengajak mereka bernyanyi, lagu pertama yang kami nyanyikan adalah lagu Selamat Ulang Tahun. Hehehe...rupanya Mbak Nina berulang tahun di bulan Maret ini, selain itu ada Mas Supriyadi salah satu teman yang tinggal di Panti juga berulang tahun. Keceriaan makin bertambah saat kami mengadakan games berhadiah, siapa yang bisa menjawab pertanyaan atau melaksanakan tantangan maka dia berhak dapat hadiah.

Saya kasih seribu jempol deh, semua teman-teman di sini tidak ada yang malu-malu. Coba saja lihat aksi mbak Asih, Yuni Sara-nya di sini, menyanyi Prau Layar, merdu sekali suaranya, nggak kalah sama suara Yuni Sara lho. Hmm siapa tahu suatu hari nanti bisa diajak duet nanti sama Mbak Yuni Sara. Hadiah habis dibagikan, acara kami akhiri dengan makan bersama. 

Yang paling muda dapet hadiah 
Yang paling muda dapet hadiah 

Tentang sebuah perasaan "aneh" yang tidak bisa dijelaskan tadi, barangkali itulah yang disebut asih treno (bahasa Jawa berarti kasih dan cinta). Saya melihat kasih saat Fauzi anak termuda di Panti ini, diuyel-uyel pipinya karena gemas, sampai sempat nangis kemudian teman-teman yang cewek memeluk Fauzi layaknya adik sendiri dan menenangkan dia.

Saya juga melihat ada rasa sayang saat seorang kawan baru selesai mandi, dengan bedak putih di hampir seluruh wajah, menyusul bergabung pas saat makan, seorang yang lain langsung mengambilkan kotak makanan untuk dia.

"Semua anak-anak di sini mandiri mbak", kata Ibu Yanti. Iya saya melihatnya, tidak ada yang bergantung pada Bu Yanti. Duduk tidak jauh dari saya, ada mas Erwin berhasil membuka kotak plastik makanan dengan kakinya dan mengambil sepotong kentang goreng kemudian menyuapkan ke mulutnya dengan menggunakan kakinya. "Mas Erwin nggak penah mau dibantu, selalu makan sendiri", lanjut bu Yanti. "Hebat ya bu", kata saya. Saya melihat mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan penuh cinta , bounding diantara mereka kuat karena mereka saling menyayangi.

Asyiknya makan bersama - pic: riana dewi
Asyiknya makan bersama - pic: riana dewi

Meskipun singkat dan sederhana tetapi meninggalkan kesan yang mendalam. Terlebih mendengar cerita Ibu Yanti bagaimana setiap anak akhirnya punya cerita di sini, ada yang dibuang oleh keluarganya, ada yang ditemukan oleh Polisi dan ada juga yang dititipkan oleh keluarga disini.

Selain bersekolah di SLB Bina Siwi (sekolah ada di depan Panti),mereka juga diajari beberapa ketrampilan. Ketrampilan yang bernilai jual, bangga sekali mendengar bahwa sandal hotel di salah satu hotel besar di Yogyakarta adalah hasil dari tangan terampil mereka. Tidak hanya sandal, mereka juga membuat dompet, kipas kain, bross, jepit rambut, bantal. Semua hasil karya mereka ditampilkan di ruang tamu yang ada di bagian depan. 

Ruang tamu sekaligus showroom hasil karya teman-teman Bina Siwi
Ruang tamu sekaligus showroom hasil karya teman-teman Bina Siwi

Saya enggan beranjak pergi, masih ingin mendengar kisah-kisahnya, sehari saya rasa tidak akan cukup untuk membagi cerita apa saja di Panti yang sudah berusia 27 tahun ini. Ibu Yanti mengatakan ada 38 anak yang tinggal disini dan kebutuhan beras mereka per harinya 15 kilogram. Untung saja tadi kami cukup banyak membawa beras hehehe. Mampu bertahan puluhan tahun, saya yakin Panti Asuhan ini mendapatkan banyak berkat sehingga berkecukupan,mendapatkan donasi dari berbagai pihak.

Berbagi di tengah situasi yang seperti ini serta melihat tawa bahagia mereka, saya disadarkan bahwa hidup itu haruslah dijalani dengan penuh rasa syukur. Sepelik apapun masalah yang sedang saya hadapi, saat mengingat teman-teman Panti Asuhan Bina Siwi, saya berbisik dalam hati,"Terima kasih Tuhan". Tersenyum, kemudian saya melangkah lagi. Have a blessed day dan sehat-sehat selalu ya teman-teman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun