Mohon tunggu...
Devi Meilana Trisnawati
Devi Meilana Trisnawati Mohon Tunggu... Pengajar - Seorang Ibu Rumah Tangga, Pengajar Paruh Waktu dan Blogger

Pengagum Berat Westlife. Menaruh cinta pada dunia Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Okuhara, Si Mungil dari Negeri Matahari Terbit

28 Agustus 2017   11:28 Diperbarui: 30 Agustus 2017   10:58 4098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : http://indiatoday.intoday.in/story/pv-sindhu-nozomi-okuhara-live-updates-badminton-world-championships/1/1035029.html

Sebelum membuka paragraf, saya ucapkan Selamat untuk Ganda Campuran Indonesia, Tantowi Ahmad dan Liliyana Natsir sebagai the winner of BWF World Championship 2017. Tidak ketinggalan, Mohammad Ahsan dan Riang Agung Saputra yang keluar sebagai Runner Up dari sektor ganda putra. Proud to having you both!

Suasana victory celebration masih menghangat diantara pencinta bulutangkis. Bagaimana tidak? Kemarin malam kita disuguhi 5 pertandingan kelas dunia oleh para atlet elite dari berbagai negara raksasa bulutangkis. Dibuka dari partai ganda putri antara Jepang vs Republik Tiongkok dan ditutup manis oleh partai ganda campuran antara Indonesia vs Republik Tiongkok dimana Owi-Butet, sapaan pasangan ganda campuran kita yang mampu memenangi pertandingan dengan rubber game 15-21, 21-16, 21-15 mengalahkan pasangan unggulan pertama, Zheng Siwei-Chen Qincheng.

Dari kelima partai tersebut, saya amat antusias dengan pertandingan kedua sektor tunggal putri. Sektor tersebut antara Jepang vs India. Jepang, diwakili oleh Nozomi Okuhara sedangkan India diwakili oleh Pusarla Sindhu. Dari segi peringkat, Pusarla lebih diunggulkan. Okuhara tengah berada di peringkat 12 dunia sedangkan Pusarla di peringkat ke-4 dunia. Prestasi untuk tahun 2016 diajang gelar bergengsi, Okuhara menyebet gelar All England dan Medali Perunggu Olimpiade Rio De Janeiro. Sedangkan Pusarla meraih medali perak pada olimpiade yang sama.

Ternyata, dari segi personal saya juga menemukan keunikan. Pertama, kedua pemain tersebut berada di usia yang sama, yakni kelahiran tahun 1995. Untuk postur tubuh, Okuhara hanya memiliki tinggi badan 156 cm sedangkan Pusarla dengan postur jangkung memiliki tinggi 179 cm. Mereka sama-sama memulai karir profesional mereka di usia 13 tahun dan memulai debut di usia 17 tahun. Partai sektor tersebut menurut saya adalah suguhan duel anak muda. Skill senior namun usia junior. Si mungil vs si jangkung.

Sumber : http://www.deccanchronicle.com/sports/badminton/270817/live-score-update-bwf-world-championships-final-pv-sindhu-vs-nozomi-okuhara.html
Sumber : http://www.deccanchronicle.com/sports/badminton/270817/live-score-update-bwf-world-championships-final-pv-sindhu-vs-nozomi-okuhara.html
Perjalanan dari babak penyisihan hingga menuju puncak final kejuaraan dunia dilewati dengan kondisi berbeda. Okuhara harus melewati 4 pertandingan dengan 3 kali rubber game dan 1 kali straight game. Sedangkan Pusarla, melewati dengan 1 kali rubber game dan 3 kali straight game langsung. Dari segi stamina, tentu Okuhara lebih terkuras. Di ajang semifinal, Okuhara bahkan harus berjibaku mengalahkan Carolina Marine dari Spanyol yang terkenal ambisius. Okuhara harus bertanding dengan durasi 1 jam 33 menit. Postur tubuh Marine pun sama dengan Pusarla.

Namun, di pertandingan final Okuhara menunjukkan etosnya sebagai seorang atlet. Dari sekian banyak atlet yang bertanding, tidak diragukan lagi skill yang telah mereka miliki. Hampir setiap atlet mempunyai karakteristik masing-masing dari skill yang telah ditunjukkan. Namun, Okuhara berbeda. Okuhara menggambarkan bahwa dialah warga Jepang dengan etos yang sangat tinggi. Daya juang yang ia perlihatkan benar-benar membuat saya kagum. Okuhara tak gentar sekalipun menghadapi Pusarla yang bertubuh Jangkung. Pusarla yang tengah onfire setelah meraih medali perak Olimpiade.

Dimulai dari game pertama, saat interval pertama Okuhara berada di posisi 10-5 tertinggal 5 angka dari Pusarla. Disinilah awal saya mengagumi Okuhara. Di interval kedua, titik balik Okuhara membalikkan keadaan lewat skor 10-13 menjadi 16-14. Okuhara menampilkan smash tajam setelah dihujani bola-bola lop andalan pemain bertubuh Jangkung. What a match! Okuhara justru mampu menutup game pertama dengan skor 21-19.  

Di game kedua, Pusarla menajamkan kembali serangannya dengan memimpin skkor 5-1. Okuhara selalu tertinggal hingga turun minum 11-8. Sayang sekali, mental Okuhara sedikit terpelanting hingga Pusarla berhasil mencuri game kedua.

Di game ketiga adalah pembuktian yang sesungguhnya. Selama 46 menit Kedua pemain ini saling adu ketajaman dan mengerahkan seluruh kemampuan terbaiknya. Okuhara tertinggal 4  poin dari Sindhu, 1-5 di awal game. Namun, 4 poin juga ia capai secara beruntun hingga menyamakan skor menjadi 5-5. Okuhara sangat baik dalam penguasaan lapangan. Menyamai Pusarla walaupun dengan kaki mungilnya. Kejar-mengejar poin yang sama terus berlangsung hingga terjadi jus, 20-20. Disinilah saya dibuat gemas. Dibuat ketar-ketir sebagai seorang badminton lovers.

Sekali lagi, Okuhara mengerahkan mental dan etos. Saya tekankan, metal dan etos. Setelah rekan sebangsanya kalah di partai ganda putri, Okuhara dengan tangisannya mencetak di papan skor denga kemenangan 22-20 atas Sindhu Pusarla. Dropshotmenyilangnya tak berhasil dikembalikan sempurna oleh Pusarla. Ia mengepal tangannya, menangis kemudian memeluk pelatihnya. Okuhara di usia 22 tahun mampu menjadi juara dunia tunggal putri. Si mungil itu naik ke podium juara. Senyumnya sederhana namun tersirat kebanggaan atas kerja kerasnya selama ini.

Dari sepanjang pertandingan bulutangkis tahun 2017 yang saya amati, selepas Olimpiade Okuhara baru menjuarai Australia Open 2017. Kadang, penampilannya memang tidak konsisten. Ia pernah beberapa kali tersingkir di babak penyisihan turnamen. Namun, anehnya ia selalu onfire saat menjalani pertandingan bergengsi. Rubber game selalu ia perjuangkan. All England, Olimpiade Rio hingga kejuaraan dunia. Peringkat memang tidak berpengaruh. Okuhara berhasil membuktikan bahwa tak perlu berambisi untuk menang di setiap pertandingan. Kesempatan selalu datang kapan saja. Okuhara lebih mencerminkan bahwa jadilah diri sendiri dan tunjukkan kepada dunia siapa diri kita. Siapa bangsa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun