Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist, Dosen

Geologist, Dosen | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Foto Langit-langit

12 Februari 2017   23:56 Diperbarui: 17 Februari 2017   02:01 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada yang akan menyukainya. Aku berani bertaruh. Foto ini cuma akan menjadi penggembira di umpan BBM (terjemahan “umpan” sedikit mengganggu), seperti halnya status galau Nurlaelah yang kadang disertai foto ekspresi unik wajah tirusnya. Aku tahu Nurlaelah sedang galau dan berharap segera mendapatkkan pasangan hidup. Setelah itu, lalu apa? Seperti status Nurlaelah yang berderet dan digulung dengan cepat, orang lain cuma akan tahu aku sedang tidak melakukan apa-apa hari ini. Ya, cukup tahu.

Bagian lain diriku berkata sebaliknya. “Ayo updategambar profiku. Biarkan dia penasaran tentang apa yang sedang aku lakukan hari ini”. Jika aku lebih sering muncul di halaman umpan, sedikit demi sedikit aku akan diperhatikan. Logika yang aneh, menurut bagian diriku yang satu lagi. Bukannya mendapatkan perhatian, aku mungkin akan dicap sebagai tukang postinghal-hal tidak penting. Tapi tunggu dulu. Itu juga salah satu bentuk perhatian kan? Tidak mungkin aku dilabeli demikian jika dia tidak memperhatikan.

Bagian diriku yang lebih terhormat akhirnya kalah. Foto selfie tiga orang dengan wajahku terpampang jelas di tengah dua orang lainnya kuganti dengan foto langit-langit kamar kost. Foto ini adalah produk iseng saat tubuhku terbaring lemah di atas kasur usai mencuci, menyetrika, menyapu lantai, dan mengisis perut dengan semangkuk mie instan. Ah sudahlah, biarkan orang-orang berkomentar aneh. Tujuanku hanya satu, mendapatkan komentar atau sekedar like darinya.

Dia akan penasaran. Aku memang biasa mem-posting sesuatu yang tidak biasa, termasuk foto. Misalnya, saat bulan Ramadhan kemarin, aku mengganti gambar profilku dengan memeyang menampilkan penyanyi dangdut koplo yang sedang bergoyang lengkap dengan tulisan “Yang di sana, masih kuat puasanyaaa?”. Jika dia nanti bertanya apa maksud foto langit-langit itu, aku akan menjelaskan bahwa langit-langit adalah simbol limitasi, pembatasan terhadap kemampuan dan mimpi manusia. Tidak, tidak. Otakku mulai tidak beres.

Dia bisa jadi tidak menghiraukan perubahan gambar profilku dari yang semula berwarna-warni berlatar belakang area bukaan tambang batugamping menjadi putih kotak-kotak dengan lampu hemat energi 8 watt di bagian tengahnya. Aku tahu bagaimana kebiasaanya. Dia mudah bosan. Jempolnya bisa sangat cepat menggeser layar, menampilkan ­updateterbaru dari banyak orang yang tenggelam di dasar. Dia hanya akan memperhatikan hal-hal yang menarik. Bagian mana yang menarik dari sebuah foto langit-langit?

Ah sudahlah. Baiknya aku pasrah saja. Cukup menanti suara notifikasi BBM. Aku akan sangat bersyukur jika itu dia. Aku bisa memulai pembicaraan dengannya. Jika ternyata bukan ya tidak jadi masalah. Anggap saja salah satu upaya bersilaturahmi dengan kawan lama.

. . .

. . .

. . .

. . .

“Tring”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun